tag:blogger.com,1999:blog-239668732024-03-14T13:50:36.551+07:00nabil on the spotis my real live. ini bener kenyataan tapi kebanyakan yang gue tulis kisah sial gue hahahahaahahhahanabilhttp://www.blogger.com/profile/10999164119568672765noreply@blogger.comBlogger123125tag:blogger.com,1999:blog-23966873.post-3132641903207278832011-06-20T11:02:00.000+07:002011-06-20T11:03:02.692+07:00dimensi ruang….Wa jannatin ardhuhaa ka’ardhi as-samaa’I wa al-ardhi….(QS. Al-Hadid: 21)<br />….wa jannatin ardhuhaa as-samawaatu wa al-ardhu….(QS Ali Imran: 133)<br /> <br />Dimensi merupakan parameter ruang. Ruang adalah ruang sebagaimana yang terlihat oleh mata. Sehingga sangat sulit bagi kita utk membayangkan dimensi2 pada alam2 yg berbeda dengan logika dimensi yang kita alami saat ini. <br /> <br />Kalau melihat sejarahnya pengertian tentang dimensi ini terus berkembang. Pada abad renaissance di Eropa, muncul seseorang Perancis yg bernama Rene Descartes. Si Descartes ini kemudian membuat sebuah rumusan mengenai ruang yg kita lihat sehari2 yaitu sesuatu yg terparameterisasi dalam 3 bagian dimensi, yaitu: panjang, lebar dan tinggi. Lahirlah kemudian sistem 3-axis koordinat (x,y,z) yang terbukti menjadi alat yg sangat berguna dalam analisis sains dan teknik. Bisa kita bayangkan bagaimana sulitnya melakukan analisis teknik tanpa sistem koordinat. Sistem koordinat ini kemudian disebut sebagai koordinat Cartesian. Ruangnya disebut sebagai ruang Euclid (untuk menghormati Euclid sbg orang pertama yang merumuskan dasar2 geometri ruang).<br /> <br />Einstein kemudian merevisi persepsi ruang Cartesian. Menurut Einstein, ruang terparametrisasi dalam 4 dimensi: x, y, z, t (ditambah dimensi waktu, space-time).<br />Kemudian Hawking cs merevisinya lagi. Ruang itu terparameterisasi dalam 26-dimensi (menurut teori string), atau 11-dimensi (menurut teori M), atau……..<br /> <br />Weleh, jadi sebenarnya berapa dimensi sih ruang yg kita lihat sehari2 ini?! <br /> <br />Belum jelas. Ilmuwan masih mencoba mencari. Sebelum teori final, atau yg dikenal juga dengan Theory of Everything (TOE) ttg jagat raya berhasil ditentukan, sulit utk memastikan parameter dimensi itu ada berapa. Mungkin yang bisa dikatakan saat ini adalah seperti ini:<br />Jika kita mengecil dan terus mengecil hingga cukup kecil utk bisa menyelinap diantara quark dan gluon pada inti atom, maka kita bisa memperoleh pengalaman bagaimana rasanya hidup di ruang 11-dimensi yang disebut oleh Hawking. Yang pasti akan sangat berbeda, karena hukum2 fisika yg berlaku di sub-atomik berbeda dng hukum2 fisika sehari2.<br /> <br />Dalam kehidupan sehari2 kita measakan efek gaya gravitasi dng fenomena batu yg jatuh kebawah atau kita bisa berjalan dengan menapak bumi. Demikian juga kita dapat merasakan efek gaya elektromagnetik sepert proses melihat yg dilakukan dng adanya cahaya. <br />Namun jika kita berukuran sebesar debu, efek gravitasi sudah mulai hilang, kita tidak “jatuh” ke bawah melainkan melayang terbawa angin. <br />Lalu jika dikecilkan lagi ukurannya, sebesar molekul, gaya elektromagnetik mulai menjadi sangat dominan. Sedikit saja berdekatan atau bersenggolan dng molekul lain akan terjadi tarik-menarik yg dahsyat sehingga molekulnya bisa berubah (sebagaimana prinsip2 dalma reaksi kimia).<br /> <br />Kemudian kalau dikeclkan lagi menjadi sebesar elektron, maka kita mulai merasakan efek2 gelombang, difraksi, interferensi.<br />Dikecilkan lagi menjasi sebesar quark dan gluon, maka kita bisa masuk menyelinap ke dalam inti atom. Nah, di dalam inti atom ini pengalaman dan persepsi kita terhadap ruang akan menjadi benar2 berbeda. Kita akan bisa melihat dan mengalami bagaimana sih rasanya berada dalam ruang 11-dimensi atau mungkin 26-dimensi itu.<br /> <br />Kesimpulannya:<br />- Karena kita manusia pada umumnya memiliki persepsi dimensi ruang yg kita alami adalah 3 dimensi.<br />- Kalau kita mengecil dan terus mengecil, maka persepsi dimensi ruang akan berbeda. Mungkin inilah yg disebut sebagai “terlalu kecil utk dilihat”. Parameter dimensi yg akan kita alami akan berbeda lagi.<br />- Demikian juga sebaliknya jika membesar dan terus membesar sebesar galaksi bimasakti (misalnya), maka persepsi dimensi ruang juga akan berbeda lagi.<br /> <br />Nah jika Surga itu dikatakan seluas dari langit dan bumi, gimana dengan persepsi dimensi ruangnya? WaLLahu a’lam, yang jelas sangat berbeda dng persepsi dimensi ruang yg kita kenal sehari2.<br />Apakah sekarang sudah ada/belum? Kalau sudah ada, dimanakah itu? Kalau belum, dulu kemanakah Rasulullah saaw dulu pergi waktu mikraj yg diriwayatkan ada perjalanan utk melihat surga dan neraka?<br /> <br />Walhasil, bisa sangat banyak spekulasi. Dan yang pasti dan kita yakini, Surga dan Neraka (alam akherat) itu pasti adanya. Dan perlu persiapan utk “berangkat” ke “alam” sana.<br /> <br />(mail dari sohib)nabilhttp://www.blogger.com/profile/10999164119568672765noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-23966873.post-78857606608733616092010-08-07T14:34:00.001+07:002010-08-07T14:34:58.763+07:00doa untuk anak kuDengan asma Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang<br /><br />Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Rasulullah dan keluarganya<br /><br /><br />Bismillah – kalimat pemegang penjagaan, ucapan pencari perlindungan<br /><br />A’udzubillah – aku berlindung pada Allah dari kekejaman manusia kejam, dari rekaperdaya manusia dengki, dari kezaliman manusia lalim<br /><br />Aku memuji Dia di atas pujian semua yang memuji<br /><br />Ya Allah, Engkau Yang Esa Tiada Tara, Engkau Raja Tiada Dirajai,<br />tak terlawan ketentuanMu, tak tertolak kekuasaanMu<br /><br />Ya Allah tambahkanlah kesejahteraan kepada tauladan kami Nabi Muhammad SAW<br />Sebagai pengobat dan penawar hatiku;<br />Penyehat dan penyegar badanku;<br />Sebagai sinar dan cahaya pandangan mata;<br />Sebagai penguat dan santapan rohani;<br />Dan kepada keluarganya dan para sahabatnya berikanlah keberkahan dan keselamatan.<br /><br />Ya Tuhanku, sesungguhnya aku menazarkan kepada Engkau anak yang dalam kandunganku manjadi hamba yang shaleh dan berkhidmat karena itu terimalah (nazar) itu daripadaku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha Mengetahui Dan aku mohon perlindungan untuknya dan keturunannya kepada (pemeliharaan) Engkau dari setan yang terkutuk<br /><br />Ya Allah semoga Engkau lindungi bayi ini selama ada dalam kandungan ibunya;<br />Dan semoga Engkau memberikan kepada bayi dan ibunya Allah yang memberi kesehatan;<br />Tidak ada kesehatan selain kesehatan Allah, kesehatan yang tidak diakhiri dengan penyakit lain.<br /><br />Ya Allah semoga Engkau ciptakan bayi ini dalam kandungan ibunya dgn rupa yg bagus;<br />Dan semoga Engkau tanamkan hatinya bayi ini iman kepadaMu ya Allah dan kepada Rosul Mu.<br /><br />Ya Allah semoga Engkau mengeluarkan bayi ini dari dalam kandungan ibunya pada waktu yg tlah ditetapkan dlm keadaan yg sehat dan selamat.<br />Ya Allah semoga Engkau jadikan bayi ini sehat, sempurna, berakal cerdas dan mengerti dalam urusan agama.<br />Ya Allah semoga Engkau memberikan kepada bayi ini umur yang panjang, sehat jasmani dan rohani, bagus budi perangainya, fasih lisannya;<br />Serta bagus suaranya untuk membaca dan Al Quran;<br />Dan tinggikanlah derajatnya;<br />Dan luaskanlah rizkinya;<br />Dan jadikanlah bagi manusia yg sempuran selamat di dunia dan akhirat.<br />Dengan berkahnya Nabi besar Muhammad SAW dan segala puji bagi Allah Tuhan seru sekalian alam.<br /><br />Ya Allah<br />Berikan padaku semua itu dengan petunjuk dan rahmat-Mu<br />Lindungi aku dari api neraka<br />Anugerahkan pada saudaraku, muslimin dan muslimat<br />apa yang aku minta dari-Mu bagiku dan anak-anakku<br />di dunia dan di akhirat<br />Sungguh, Engkau Maha Dekat<br />Yang Maha Menjawab doa<br />Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui<br />Maha Pengampun, Maha Pemaaf<br />Maha Pengasih, Maha Penyayang.<br /><br />Ya Allah, aku bermohon pada-Mu<br />dengan permohonan orang yang berat keperluannya<br />yang ketika kesulitan menyampaikan hajatnya pada-Mu<br />yang besar kedambaannya untuk meraih<br />apa yang ada di sisi-Mu<br /><br />Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang<br />Sampaikan shalawat kepada Rasulullah dan keluarganya<br /><br />Ya Allah, aku bermohon kepada-Mu, dengan rahmat-Mu yang meliputi segala sesuatu<br />dengan kekuasaan-Mu yang dengannya Engkau taklukkan segala sesuatu<br />dan karenanya merunduk segala sesuatu dan karenanya merendahkan segala sesuatu<br />dengan kemuliaan-Mu yang mengalahkan segala sesuatu<br />dengan kekuatan-Mu yang tak tertahankan oleh segala sesuatu<br />dengan kebesaran-Mu yang memenuhi segala sesuatu<br />dengan kekuasaan-Mu yang mengatasi segala sesuatu<br />dengan wajah-Mu yang kekal setelah punah segala sesuatu<br />dengan asma-Mu yang memenuhi tonggak segala sesutu<br />dengan ilmu-Mu yang mencakup segala sesuatu<br />dengan cahaya wajah-Mu yang menyinari segala sesuatu<br /><br />Aaamin, aamin aamin yaa robbal aalamin.<br />Kabulkanlah doa kami, kabulkanlaah doa kami, kabulkanlah doa kami, ya Allah Tuhan Semesta Alam......nabilhttp://www.blogger.com/profile/10999164119568672765noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-23966873.post-66643003575655551872009-04-25T14:40:00.000+07:002009-04-25T14:42:14.301+07:00Si Al-Qur'an Berjalan Fidhah Hindi pembantu Az-Zahrah a sMasih ingatkah akan sejarah hidup pembantu putri Rasulullah saww Syayidah. Fathimah Zahra as? Mungkin anda jarang sekali menemukan buku sejarah tentangnya. Ia seorang pembantu, namun bukan sembarang pembantu. Ia menjadi pembantu di rumah wanita termulia dan teragung. Siapakah dia, dan apa kelebihannya sehingga kita layak untuk mengenalnya? <br />Dialah Fidhah Hindi. Ia berasal dari Negara India. Ia datang ke kota Madinah pada zaman Rasulullah saww masih hidup. Dimana statusnya pada saat itu ialah sebagai budak perempuan. Adapun mengenai sebab kedatangannya ke Madinah terdapat perbedaan pendapat dalam berbagai sumber sejarah. Sebagian mengatakan bahwa Fidhah merupakan putri raja India. Akan tetapi tidak ada seorang pun yang mengetahui secara jelas mengenai kedatangannya ke Madinah. Karena, pasukan Islam pada saat itu belum pernah memasuki wilayah India. Karena wilayah tersebut baru ditaklukan pada zaman Abdul Malik bin Marwan. [Biharul-Anwar jilid 41 halaman 272 dinukil dari Cesyme dar Bastar halaman 314] <br />Sementara dalam sumber lain dijelaskan tentang beberapa kemungkinan, di antaranya; Kemungkinan pertama, Raja Najasyi berperang dengan kerajaan India dan akhirnya Fidhah Hindi ditawan, lalu raja Najasyi menghadiahkannya kepada Rasulullah saww. Kemungkinan kedua, Raja Romawi telah memberikan berbagai hadiah kepada Rasulullah, di antaranya ialah menghadiahkan Fidhah Hindi. <br />Kemungkinan ketiga, karena cahaya Islam telah terpancar dalam hatinya akhirnya ia membiarkan dirinya tertawan agar dapat sampai ke Negara pusatnya Islam…hanya Allahlah yang mengetahui yang sebenarnya. [Riyahanu asy-Syari’ah jilid 2 halaman 320 dinukil dari Cesyme dar Bastar halaman 314] itulah kemungkinan-kemungkinan yang menyebabkan Fidhah Hindi sampai di kota Madinah. <br />Sempat terbesit dalam hati Fidhah mengharapkan kematian, karena seringnya mendengar berbagai cerita kekejaman para majikan kepada para budak. Fidhah Hindi akan pergi menuju rumah majikan barunya yaitu Syayidah. Fathimah Zahra as. Dalam perjalanan menuju rumah majikannya, Fidhah menangis karena teringat akan kasih sayang, kelembutan, belaian dan pelukan hangat ibunya. Namun akhirnya, ia pun pasrah atas nasib yang telah menimpanya. Fidhah terus larut dalam lamunannya, sampai akhirnya tiba-tiba ia mendengar seseorang memberikan salam kepadanya. Tidak salah mendengarkah saya? Apaka ada orang yang memberikan salam kepada seorang budak. Ternyata ia tidak salah mendengar, kembali ia mendengar sambutan hangat yang telah memberikan salam kepadanya, seraya berkata: “Assalamualaikum, saya adalah Fathimah. Selamat datang di rumah barumu!”. <br />Kemudian Syayidah. Fatimah Zahra membawa masuk ke dalam rumah dan mempersilahkannya duduk. Setelah itu, lantas beliau menyuguhi ia dengan segala hidangan yang terdapat di dalam rumah. Seusai menyaksikan sambutan hangat majikan barunya, pikiran buruk yang telah terbesit dalam pikiran Fidhah pun hilang dari ingatannya. Ia telah datang di rumah wanita termulia dan penghulu para wanita sebagaimana yang telah dijelaskan dalam berbagai riwayat, yang telah memperlakukan pembantu dengan sebaik-baiknya. <br />Fidhah Hindi sangat terkesima sewaktu menyaksikan wajah suci dan menarik Fathimah Zahra. Ia kembali larut dalam lamunannya: “Betapa bercahaya perempuan ini. Betapa berkharisma perempuan ini. Walaupun ia calon majikanku, namun ia pun sangat baik dan hangat dalam menyambutku… sepertinya aku telah mengenalnya”. Tiba-tiba Fidhah merasakan tangan majikannya telah memegang tanggannya dengan lembut, seraya berkata: “Janganlah sungkan di rumah barumu! Anggaplah aku sebagai saudarimu! Engkau pasti lelah. Oleh karena itu, istirahatlah dulu untuk beberapa hari. Setelah itu, baru kita bergantian dalam mengerjakan pekerjaan rumah. Ketika giliran saya yang mengerjakan pekerjaan rumah, engkau harus beristirahat. Dan sebaliknya, ketika giliranmu tiba, engkau yang bekerja dan saya akan beribadah”. <br />Untuk pertama kali dalam hidupnya, Fidhah melihat seorang majikan yang membagi pekerjaan dengan seorang pembantu secara adil. Memberi makan pembantu sama dengan makanannya sendiri . Setiap malam, ia mendengar munajat doa dan tangisan Fathimah Zahra a, yang sedang bermunajat dengan Tuhannya. Menyaksikan pemandangan seperti itu, lalu ia pun bangun mengambil air wudhu dan beribadah. Di rumah majikannya ia telah mendapatkan berbagai ilmu. Ia telah belajar tentang keutamaan, pengorbanan, kedermawanan dan kemanusiaan dari majikannya, Fathimah Zahra as. Fidhah telah menyaksikan majikannya ketika sedang bekerja dan menumbuk gandum selalu terlantun dari bibir sucinya ayat-ayat suci al-Qur’an. Oleh karenanya, ia telah belajar untuk selalu dekat dan bersama al-Qur’an dari Fathimah Zahra as. Bahkan ia tidak pernah berbicara melainkan dengan ayat-ayat al-Qur’an sampai akhir hayatnya. Ketika ia ingin mengatakan atau menanyakan sesuatu maka akan menggunakan ayat-ayat suci al-Qur’an. <br />Disebutkan dalam sejarah, pada suatu hari di padangan pasir Hijaz seorang laki-laki tertinggal dari rombongannya dan ia telah bertemu dengan Fidhah Hindi. <br />- Laki-laki tersebut bertanya kepadanya: “Siapakah anda?”. <br />- Fidhah Hindi menjawab: “Wa qul salaamun fa saufa ya’lamun”; “Dan katakanlah: “Salam kelak mereka akan mengetahui”. [Az-Zuhruf: 89] <br />- Dari ayat itu, laki-laki telah memahami bahwa ia harus mengucapkan salam terlebih dahulu. Oleh Karena itu, ia mengucapkan salam kepada Fidhah Hindi. Lalu ia bertanya kembali: “Apa yang anda lakukan di tempat ini sendirian? Apakah anda tersesat?”. <br />- Fidhah Hindi menjawab: “Man yahdillahu fa ma lahu min mudhilin”; “Dan barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, Maka tidak seorangpun yang dapat menyesatkannya”. [az-Zumar:37] <br />- Laki-laki bertanya; “Apakah anda jin atau manusia?” <br />- Fidhah Hindi menjawab: “Ya bani Adam khuzduu zinatakum”; “ Hai anak Adam, pakailah pakainmu yang indah”. [al-A’raf: 31] Maksudnya, ia adalah manusia. <br />- Laki-laki bertanya; “Anda berasal dari mana?”. <br />- Fidhah Hindi menjawab: “Yunaduuna min makanin b’aiidin”; “mereka itu adalah (seperti) yang dipanggil dari tempat yang jauh“. [Fushilat:44] Maksudnya, ia berasal dari tempat jauh. <br />- Laki-laki bertanya: “Anda mau pergi kemana?”. <br />- Fidhah Hindi menjawab: “Walillahi ‘alannasi hijjul baeti”; “ Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah”. [Ali-Imron: 97] Maksudnya, ia hendak pergi ke kota suci Mekkah. <br />- Laki-laki bertanya: “Sudah berapa lama anda di perjalanan?”. <br />- Fidhah Hindi menjawab: “Wa laqad kholaqna as-samawaati walardhi fi sitati ayyaami “; “Dan Sesungguhnya Telah kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa”. [Qaaf: 38] Maksudnya, telah 6 hari lamanya ia berada dalam perjalanan. <br />- Laki-laki bertanya: “Apakah anda sudah makan?”. <br />Fidhah Hindi menjawab: “Wa ma ja’alna hum jasadan la ya’kuluun at-tha’ami”; “Dan tidaklah kami jadikan mereka tubuh-tubuh yang tiada memakan makanan”. [al-Anbiyaa: 8] Maksudnya, ialah belum makan. <br />- Lalu laki-laki tersebut memberi makan kepadanya, seraya bertanya: “Kenapa anda tidak berjalan cepat sehingga tidak tertinggal?”. <br />- Fidhah Hindi menjawab: “La yukalifullahu nafsan illa wus’ahaa”; “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”. [al-Baqarah: 286] Maksudnya, ia tidak mampu berjalan dengan cepat karena usianya yang telah lanjut. <br />- Lalu laki-laki bertanya: “Apakah anda berkenan menaiki tungganganku -unta-?”. <br />- Fidhah Hindi menjawab: “Lau kaan fiihima aalihatun illallah lafasadata”; “Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu Telah rusak binasa”. [al-Anbiya: 22] Maksudnya, tidak mungkin menunggangi tunggangan (onta) secara bersamaan. <br />- Lalu laki-laki turun dari tunggangannya dan mempersilahkan Fidhah menaikinya, lalu bergerak untuk melanjutkan perjalanannya. <br />- Setelah menaiki tunggangan, lantas Fidhah berkata: “Subhana alladzi sakhkhaara lanaa hadza”; “Maha Suci Tuhan yang Telah menundukkan semua Ini bagi kami”. [az-Zuhruf: 13] Maksudnya, ia memohon kepada laki-laki tersebut untuk menghantarkan ke rombongannya. <br />- Lalu laki-laki mengantarkan Fidhah sampai bertemu dengan rombongannya, dan bertanya kepadanya; “Apakah di antara rombongan ini ada yang anda kenal?”. <br />- Fidhah Hindi menjawab: “Ya Daud innaa ja’alnaaka khalifatan filardhi”; “Hai Daud, Sesungguhnya kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi”. [Shaad: 26] “Wa ma Muhamadun illa rasulun”; “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul”. [Ali Imron: 144] <br />“Ya Yahya khudi alkitaba”; “Hai Yahya, ambillah Al Kitab (Taurat)…”. [Maryam:12] ”Ya Musa innii anaa Rabbuka …”; “Maka ketika ia datang ke tempat api itu ia dipanggil: “Hai Musa. Sesungguhnya Aku inilah Tuhanmu”. [Thaha: 11-12] <br />- Laki-laki pun memahami maksud Fidhah bahwa nama-nama yang telah disebutkannya (Daud, Muhamad, Musa dan Yahya) ialah orang-orang yang dikenalnya. Lantas laki-laki memanggil keempat orang tersebut. Tidak lama datanglah empat orang laki-laki muda. Laki-laki itu kembali menengok ke arah Fidhah seraya bertanya: “Apakah hubungan mereka denganmu?”. <br />- Fidhah Hindi menjawab: “Almaalu wa albanuunu zinatul hayaati dunya”; “Harta dan anak-anak merupakan perhiasan dunia”. [Kahfi: 46] Maksudnya, keempat anak muda tersebut ialah anak-anaknya. <br />- Ketika anak-anak Fidhah menghampirinya, lantas ia berkata kepada mereka: “Ya abati ista’jirhu inna khaira man ista’jarta alqawiyu alamiinu” “Wahai ayahku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), Karena Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang Kuat lagi dapat dipercaya”. [Qashas: 26] Maksudnya, karena laki-laki tersebut telah susah payah dalam menghantarkannya ke rombongan, sebagai gantinya ia harus diberi upah. Lantas para anaknya memberikan upah kepada laki-laki tersebut. <br />- Namun Fidhah kembali berkata; “Wallahu yudhaifu liman yasya’u”; “Dan Allah akan melipat gandakan (diberi lebih) bagi yang dikehendakinya”. [al-Baqarah; 263] Para anak Fidhah memahami maksud ibunya, yaitu agar memberikan uang lebih dari bayaran yang seharusnya. Lantas mereka pun melipat gandakan bayaran laki-laki tadi. <br />Sewaktu laki-laki menyaksikan Fidhah sangat menguasai al-Qur’an, dengan penuh rasa takjub ia bertanya: “Siapakah sebenarnya perempuan ini?”. Mereka menjawab: “Dia adalah ibu kami Fidhah, mantan pembantu Fathimah Zahra as. Dua puluh (20) tahun lamanya tidak pernah berbicara melainkan dengan al-Qur’an. [Biharul-Anwar jilid 43 halaman 46 dinukil dari Cesyme dar Bastar halaman 310-312] Laki-laki tadi masih tertegun setelah menyaksikan kelihaian Fidhah dalam menguasai al-Qur’an. Dalam hati ia bertanya: “Sebenarnya bagaimana Fathimah Zahra as memperlakukan pembantunya, sehingga pembantunya menjadi seperti ini? Andaikan aku memiliki anak seperti ini”. <br />[ED, sumber buku Cesyme dar Bastar; analisa tentang berbagai sisi kehidupan Fathimah Zahra as, karya Pur Sayyid Oghoi]nabilhttp://www.blogger.com/profile/10999164119568672765noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-23966873.post-81946111214488941872009-04-21T12:31:00.000+07:002009-04-21T12:32:17.635+07:00Konspirasi Anti-Syiah dan Upaya Adu Domba CIA<span style="font-weight:bold;">Konspirasi Anti-Syiah dan Upaya Adu Domba CIA </span><br /> <br />Sebuah buku berjudul "A Plan to Divide and Destroy the Theology" telah terbit di AS. Buku ini berisi wawancara detail dengan Dr. Michael Brant, mantan tangan kanan direktur CIA.<br /><br />Dalam wawancara ini diungkapkan hal-hal yang sangat mengejutkan. Dikatakan bahwa CIA telah mengalokasikan dana sebesar 900 juta US dolar untuk melancarkan berbagai aktivitas anti-Syiah. Dr. Michael Brant sendiri telah lama bertugas di bagian tersebut, akan tetapi ia kemudian dipecat dengan tuduhan korupsi dan penyelewengan jabatan. <br /><br />Tampaknya dalam rangka balas dendam, ia membongkar rencana-rencana rahasia CIA ini. Brant berkata bahwa sejak beberapa abad silam dunia Islam berada di bawah kekuasaan negara-negara Barat. Meskipun kemudian sebagian besar negara-negara Islam ini sudah merdeka, akan tetapi negara-negara Barat tetap menguasai kebebasan, politik, pendidikan, dan budaya mereka, terutama sistem politik dan ekonomi mereka. Oleh sebab itu, meski telah merdeka dari penjajahan fisik, mereka masih banyak terikat kepada Barat.<br /><br />Pada tahun 1979, kemenangan Revolusi Islam telah menggagalkan politik-politik kami. Pada mulanya Revolusi Islam ini dianggap hanya sebagai reaksi wajar dari politik-politik Syah Iran. Dan setelah Syah tersingkir, kami (AS) akan menempatkan lagi orang-orang kami di dalam pemerintahan Iran yang baru, sehingga kami akan dapat melanjutkan politik-politik kami di Iran. <br /><br />Setelah kegagalan besar AS dalam dua tahun pertama (dikuasainya Kedubes AS di Teheran dan hancurnya pesawat-pesawat tempur AS di Tabas) dan setelah semakin meningkatnya kebangkitan Islam dan kebencian terhadap Barat, juga setelah munculnya pengaruh-pengaruh Revolusi Islam Iran di kalangan Syiah di berbagai negara--terutama Libanon, Irak, Kuwait, Bahrain, dan Pakistan--akhirnya para pejabat tinggi CIA menggelar pertemuan besar yang disertai pula oleh wakil-wakil dari Badan Intelijen Inggris. Inggris dikenal telah memiliki pengalaman luas dalam berurusan dengan negara-negara ini. <br /><br />Dalam pertemuan tersebut, kami sampai pada beberapa kesimpulan, di antaranya bahwa Revolusi Islam Iran bukan sekadar reaksi alami dari politik Syah Iran. Tetapi, terdapat berbagai faktor dan hakikat lain, di mana faktor terkuatnya adalah adanya kepemimpinan politik Marjaiyah dan syahidnya Husein, cucu Rasulullah, 1400 tahun lalu, yang hingga kini masih tetap diperingati oleh kaum Syiah melalui upacara-upacara kesedihan secara luas. Sesungguhnya dua faktor ini yang membuat Syiah lebih aktif dibanding Muslimin lainnya. <br /><br />Dalam pertemuan CIA itu, telah diputuskan bahwa sebuah lembaga independen akan didirikan untuk mempelajari Islam Syiah secara khusus dan menyusun strategi dalam menghadapi Syiah. Bujet awal sebesar 40 juta US dolar juga telah disediakan. Untuk penyempurnaan proyek ini, ada tiga tahap program: <br /><br />1. Pengumpulan informasi tentang Syiah, markas-markas dan jumlah lengkap pengikutnya.<br />2. Program-program jangka pendek: propaganda anti-Syiah, mencetuskan permusuhan dan bentrokan besar antara Syiah dan Sunni dalam rangka membenturkan Syiah dengan Sunni yang merupakan mayoritas Muslim, lalu menarik mereka (kaum Syiah) kepada AS.<br />3. Program-program jangka panjang: demi merealisasikan tahap pertama, CIA telah mengutus para peneliti ke seluruh dunia, di mana enam orang dari mereka telah diutus ke Pakistan, untuk mengadakan penelitian tentang upacara kesedihan bulan Muharram. Para peneliti CIA ini harus mendapatkan jawaban bagi soal-soal berikut:<br />a. Di kawasan dunia manakah kaum Syiah tinggal, dan berapa jumlah mereka?<br />b. Bagaimanakah status sosial-ekonomi kaum Syiah, dan apa perbedaan-perbedaan di antara mereka?<br />c. Bagaimanakah cara untuk menciptakan pertentangan internal di kalangan Syiah?<br />d. Bagaimanakah cara memperbesar perpecahan antara Syiah dan Sunni?<br />e. Mengapa mereka kuatir terhadap Syiah?<br /><br />Dr. Michael Brant berkata bahwa setelah melalui berbagai polling tahap pertama dan setelah terkumpulnya informasi tentang pengikut Syiah di berbagai negara, didapat poin-poin yang disepakati, sebagai berikut:<br /><br />Para Marja Syiah adalah sumber utama kekuatan mazhab ini, yang di setiap zaman selalu melindungi mazhab Syiah dan menjaga sendi-sendinya. Dalam sejarah panjang Syiah, kaum ulama (para Marja) tidak pernah menyatakan baiat (kesetiaan) kepada penguasa yang tidak Islami. Akibat fatwa Ayatullah Syirazi, Marja Syiah saat itu, Inggris tidak mampu bertahan di Iran. <br /><br />Di Irak yang merupakan pusat terbesar ilmu-ilmu Syiah, Saddam dengan segala kekuatan dan segenap usaha tidak mampu membasmi Syiah. Pada akhirnya, ia terpaksa mengakhiri usahanya itu. <br /><br />Ketika semua pusat ilmu lain di dunia selalu mengambil langkah beriringan dengan para penguasa, Hauzah Ilmiyah Qom justru menggulung singgasana kerajaan tirani Syah.<br /><br />Di Libanon, Ayatullah Musa Shadr memaksa pasukan militer Inggris, Perancis, dan Israel melarikan diri. Keberadaan Israel juga terancam oleh sang Ayatullah dalam bentuk Hizbullah.<br /><br />Setelah semua penelitian ini, kami sampai pada kesimpulan bahwa berbenturan langsung dengan Syiah akan banyak menimbulkan kerugian, dan kemungkinan menang atas mereka sangat kecil. <br /><br />Oleh sebab itu, kami mesti bekerja di balik layar. Sebagai ganti slogan lama Inggris: Pecah-belah dan Kuasai (Divide and Rule), kami memiliki slogan baru: Pecah-belah dan Musnahkan (Divide and Annihilate). <br /><br />Rencana mereka sebagai berikut:<br /><br />1. Mendorong kelompok-kelompok yang membenci Syiah untuk melancarkan aksi-aksi anti-Syiah. <br />2. Memanfaatkan propaganda negatif terhadap Syiah, untuk mengisolasi mereka dari masyarakat Muslim lainnya.<br />3. Mencetak buku-buku yang menghasut Syiah.<br />4. Ketika kuantitas kelompok anti-Syiah meningkat, gunakan mereka sebagai senjata melawan Syiah (contohnya: Taliban di Afghanistan dan Sipah-e Sahabah di Pakistan).<br />5. Menyebarkan propaganda palsu tentang para Marja dan ulama Syiah.<br /><br />Orang-orang Syiah selalu berkumpul untuk memperingati tragedi Karbala. Dalam peringatan itu, seorang akan berceramah dan menguraikan sejarah tragedi Karbala, dan hadirin pun mendengarkannya. Lalu mereka akan memukul dada dan melakukan upacara kesedihan (azadari). Penceramah dan para pendengar ini sangat penting bagi kita. Karena, azadari-azadari seperti inilah yang selalu menciptakan semangat menggelora kaum Syiah dan mendorong mereka untuk selalu siap memerangi kebatilan demi menegakkan kebenaran. Untuk itu:<br /><br />1. Kita harus mendapatkan orang-orang Syiah yang materialistis dan memiliki akidah lemah, tetapi memiliki kemasyhuran dan kata-kata yang berpengaruh. Karena, melalui orang-orang inilah kita bisa menyusup ke dalam upacara-upacara azadari.<br />2. Mencetak atau menguasai para penceramah yang tidak begitu banyak mengetahui akidah Syiah.<br />3. Mencari sejumlah orang Syiah yang butuh duit, lalu memanfaatkan mereka untuk kampanye anti-Syiah. Sehingga, melalui tulisan-tulisan, mereka akan melemahkan fondasi-fondasi Syiah dan melemparkan kesalahan kepada para Marja dan ulama Syiah.<br />4. Memunculkan praktik-praktik azadari yang tidak sesuai dan bertentangan dengan ajaran Syiah yang sebenarnya.<br />5. Tampilkan praktik azadari (seburuk mungkin), sehingga muncul kesan bahwa orang-orang Syiah ini adalah sekelompok orang dungu, penuh khurafat, yang di bulan Muharram melakukan hal-hal yang mengganggu orang lain.<br />6. Untuk menyukseskan semua rencana itu harus disediakan dana besar, termasuk mencetak penceramah-penceram ah yang dapat menistakan praktik azadari. Sehingga, mazhab Syiah yang berbasis logika itu dapat ditampilkan sebagai sesuatu yang tidak logis dan palsu. Hal ini akan memunculkan kesulitan dan perpecahan di antara mereka.<br />7. Jika sudah demikian, tinggal kita kerahkan sedikit kekuatan untuk membasmi mereka secara tuntas.<br />8. Kucurkan dana besar untuk mempropagandakan informasi palsu.<br />9. Berbagai topik anti-Marjaiyah harus disusun, lalu diserahkan kepada para penulis bayaran untuk disebarkan kepada masyarakat luas. Marjaiyah, yang merupakan pusat kekuatan Syiah, harus dimusnahkan. <br />Akibatnya, para pengikut Syiah akan bertebaran tanpa arah, sehingga mudah untuk menghancurkan merekanabilhttp://www.blogger.com/profile/10999164119568672765noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-23966873.post-47092258154427176832009-04-06T11:33:00.000+07:002009-04-06T11:41:16.228+07:00Puisi, Sufi, dan RevolusiPuisi, Sufi, dan Revolusi<br />Perihal Sajak-sajak Ayatullah Khomeini <br /><br />Asarpin<br />Peminat sastra Persia<br /><br />Kebanyakan orang cuma mengenal Ayatullah Khomeini sebagai Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, sebagaimana orang Indonesia mengenal nama Bung Kano. Namun bila orang mencoba menyusuri karya-karya tulisnya, Khomeini ternyata telah menghasilkan puluhan buku yang sebagian besar bicara soal ‘irfan. <br /><br />Berdasarkan beberapa catatan biografinya dari beberapa buku yang pernah saya baca, tidak kurang dari dua puluh buah yang dikarangnya. Baik buku-buku yang secara khusus ditulisnya dan disiapkan untuk diterbitkan tentang suatu topik tertentu ataupun berupa kumpulan pidato, kuliah-kuliah, dan wawancara-wawancaranya yang dikumpulkan oleh para murid dan sahabatnya yang berbicara dalam spektrum yang luas, seperti soal-soal kalam, tasawuf, puisi, politik, fiqh dan ushul fiqh. "Hampir semua karya Imam Khomeini dilandaskan pada penguasaan mendalam atas al-hikmah (filsafat) dan ‘Irfân (tasawuf)", tulis Hamid Algar dalam pengantar buku Menuju Mata Air Sumber Kecemerlangan (1991). <br /><br />Sebuah buku yang ditulis Khomeini di awal-awal karirnya sebagai penulis, Sirr Al-Shalâh-yang diterjemahkan dalam bahasa Arab sebagai Syarh Du'a A-Sahar terbit berkat jasa al-Sayyid Ahmad al-Fihri-ternyata mengandung tafsir sufistik yang dalam. Buku ini kemudian terbit di Beirut pada 1980, yang merupakan komentar atas doa-doa fajar-komentar yang ditulisnya ketika baru berusia 27 tahun. Buku ini juga mengulas doa-doa Syi'ah yang populer. Sebuah karya yang merupakan komentar rinci dalam bahasa Arab terhadap doa sebelum fajar selama Ramadan dari karya Imam Ja'far al-Shadiq, Imam kelima dalam Syi'ah Imamah.<br /><br />Dalam karya ini, dimensi simbolis dan makna batin seluruh bagian shalat, dari wudhu sampai salam yang menutupnya, diungkapkan dalam bahasa yang kaya, kompleks dan lancar, yang banyak dipinjam dari konsep-konsep dan terminologi Ibn ‘Arabi. Selain mewarisi ajaran esoteris dari gurunya secara langsung, Khomeini banyak membaca dan menyerap ajaran sufistik Ibn ‘Arabi, ajaran filsafat Ibn Sina, Suhrawardi al Maqtul dan Mulla Shadra. <br /><br />Sejak muda Khomeini telah menguasai sejumlah literatur Ibn ‘Arabi, terutama yang didasarkan atas beberapa pola filsafat. Karena itu, ia menjadi pembela Ibn ‘Arabi yang gigih pada zamannya di Iran, dimana kebanyakan ulama menganggap ajaran tasawuf Ibn ‘Arabi terpengaruh dari luar Islam. <br /><br />Tak pernah terbayang bahwa Ayatullah Khomeini mengagumi Ibn ‘Arabi. Sebagaimana dicatat oleh Sayyid Fihri, penerjemah dan penyunting Sirr Al-Shalâh ke Bahasa Arab, buku Imam Khomeini tersebut ditujukan untuk kalangan terkemuka dari elit spiritual (akhash-i khawash). <br /><br />Ada lagi karya Khomeini berjudul Mishbâh Al-Hidâyah fi Al-Khilâfah wa Al-Wilâyah, yang banyak mengungkapkan persoalan ‘irfan beserta beberapa ajaran para arif, seperti Ibn ‘Arabi dan Mulla Shadra. Suatu kali saya minta kepada salah seorang teman yang alumni Qum untuk menerjemahkan karya ini, dan ternyata buku ini menunjukkan fenomena Khomeini yang luar biasa dalam filsafat dan ‘irfan.<br /><br />Salah satu buku Khomeini yang juga diterjemahkan dalam bahasa Indonesia adalah Menuju Mata Air Sumber Kecemerlangan. Buku ini di susun oleh Hamid Algar. Karya ini merupakan terjemahan dan suntingan Hamid Algar dari buku Islam and Revolution: Writing, Speech, and lecture of Ayatullah Ruhullah Musawi Khomeini (Berkeley, 1981). Pada bagian pertama memuat tulisan Wooddswoorth Calsen, seorang orientalis yang begitu kagum pada Khomeini, dan Hamid Algar, seorang islamis yang banyak memperkenalkan buah pikiran Khomeini di Barat.<br /><br />Karya Al Arbaûna Hadîtsan diterjemahkan menjadi 40 Hadits Sufistik, yang aslinya terbit pertama kali dalam bahasa Persia dengan judul Chilil Hadits. Ditulis ketika usia Khomeini 37 tahun, yang isinya membahas empat puluh hadits yang berkenaan dengan masalah-masalah akhlak dan mistik, seperti tentang jihâd al-nafs, cinta dunia, hawa nafsu dan harapan, fitrah, tafakur, rasa takut, tobat, sabar, zikir kepada Allah, syukur dan pertemuan (liqa) dengan Allah. <br /><br />Dalam bahasa Indonesia lagi, ada karya berjudul Cahaya Sufi: Jawaban Imam Khomeini terhadap 40 Soal Akhlak dan ‘Irfan. Buku ini sayangnya tidak mencantumkan sumber aslinya. Di lihat dari gaya bahasanya, buku ini nampaknya berupa kumpulan pidato dan nasehat-nasehat spiritual Khomeini. Penyusunnya membuat empat puluh pertanyaan seputar ‘irfan dan menarik jawaban pertanyaan tersebut dari berbagai tulisan dan ucapan Khomeini. Lalu ada buku Rahasia Basmalah dan Hamdalah, berupa kumpulan ceramah Khomeini di televisi tentang surat al-fâtihah. <br /><br />Dalam buku itu, Khomeini banyak membicarakan tentang Tuhan dan hubungan-Nya dengan semua makhluk, tentang wujud Allah dan hubungan-Nya dengan non-wujud. Uraian tentang dimensi ketuhanan yang pelik dengan lancar disampaikan dalam bentuk ceramah. <br /><br />Buku tipis tapi mendalam, adalah Mikraj Ruhani: karya yang membicarakan persoalan Tuhan sebagai kemulian rubûbiyyah (menyatakan dan mengimani Tuhan dalam segala hal) dan kehinaan ‘ubûdiyyah (menjadi hamba Tuhan yang sejati). Apabila sikap keduniawian dan sikap egoistis dalam ‘ubûdiyyah akan ditemukan dirinya dalam naungan rubûbiyyah, dengan demikian ia telah sampai pada tingkatan dimana Allah akan menjadi pendengarannya, pandangannya, tangannya dan kakinya. Selanjutnya, semua perilakunya sebagai perilaku ilahiah, pandangannya menjadi pandangan ilahiah, sehingga ia akan memandang dengan pandangan yang benar (haq). Karena itu, bagi para pesuluk agar sampai kepada yang Mutlak, ia harus berupaya keras menyematkan sifat kehinaan-diri sehingga sifat kehinaan penghamban (dzalil al-ubudiyah) dan kemulian keimanan dalam segala hal (Izz rubûbiyyah). <br /><br />Jalan mikaj Imam Khomeini ditempuh melalui sejumlah permenungan (muraqabah) yang lazim juga disebut penghayatan batin dengan cara semadi atau meditasi. Proses ini ditempuh dengan diam, hening, cermat dan intens. Dari proses ini Khomeini banyak menghadirkan ekspresi cinta platonik, api cinta yang menyala dalam perasaan gandrung akan Kekasih. <br /><br />Dengan semadi dalam sunyi diri, kesadarannya mampu mengelak dari kesadaran yang retak karena ada yang membimbingnya untuk menuju sang Kekasih. Dalam situasi semacam ini, sudah banyak contoh pengalaman kaum sufi yang merasa lebur, luluh, dan merasa dirinya lenyap atau tiada. Lalu dengan jalan 'muraqabah' ini, mereka mencari dan menemukan kembali ke-dirian-sendiri. Inilah yang sering disebut dalam banyak literatur tasawuf sebagai "jalan kelepasan diri", yang mirip dengan yang ditempuh Sang Budha dalam ajaran nirwana atau parinirwana. <br /><br />Kelepasan atau pelepasan diri berhubungan erat dengan laku moral dan laku spiritual. Peniadaan-diri (fana) kaum sufi merupakan langkah untuk melihat Tuhan (liqa' Allah). Bukan sebuah kebetulan bahwa salah satu buku karya Khomeini berjudul Liqa' Allah, yang merupakan esai pendek berjumlah tujuh halaman dalam bahasa Persia dengan renungan mistis-filosofis tingkat tinggi. <br /><br />Ada lagi buku Khomeini berjudul Jihad Akbar, buku tipis yang mengungkapkan tafsiran sufi atas hadis nabi tentang berjuang melawan hawa nafsu dan dimensi akhlak. Terakhr yang saya ketahui, buku Wasiat Sufi Ayatullah Imam Khomeini Yang Tak Banyak Diketahui, yang mungkin berasal dari karya Diwan Khomeini yang sempat hilang di tangan rezim Savak. Buku, selain khusus memuat kumpulan puisi yang pernah ditulis Khomeini, juga pengantar tentang dimensi 'irfan yang disusun dan diterjemahkan Yamani (nama pena Haidar Baqir). <br /><br />II<br /><br /><br />Imam Khomeini banyak menulis kitab tafsir dengan gaya tafsir sufi atau tafsir isyari (tafsir simbolis), yang merupakan tafsir yang mengandalkan kekuatan mata batin. Para sufi lebih dekat dengan pemahaman para penyair yang menekankan metafora dan kekuatan intuisi batin dalam memahami ayat-ayat Tuhan. Sebagian ulama menganggap tafsir sufi bukan merupakan tafsir, melainkan takwil. <br /><br />Namun menurut Jalaluddin Rakhmat dalam kitab Tafsir Sufi, berhenti sebatas pada tafsir dalam memahami ayat-ayat Allah betapa sangat dangkalnya. Karena itu dibutuhkan tawil, karena tawil akan menyingkap makna batin Quran yang sama sekali tidak mengabaikan makna lahiriah (syariat). Namun membatasi Quran hanya sebatas makna lahiriah saja, akan mendangkalkan samudera ilahiah yang dalamnya dan luasnya tidak terhingga.<br /><br />Pandangan Khomeini tentang Tuhan banyak dipengaruhi oleh penghayatannya atas 'irfan. Ia percaya bahwa tiap-tiap manusia terdapat sifat-sifat dan keadaan-keadaan yang begitu turun dari alam nonmaterial yang gaib, begitu ia mencapai alam jasadi yang merupakan alam diferensiasi, atau bahkan alam diferensiasi di dalam diferensiasi, menemukan suatu bentuk yang berbeda dengan bentuk rupa-rupa imaterial yang gaib dalam efek-efek dan sifat-sifatnya. Di sini Khomeini dekat dengan kaum Platonis yang menganggap bahwa wujud material sebagai manifestasi dari ruh-ruh gaib, dan sebagai refleksi dari realitas-realitas samawi dan analogi-analogi gagasan khas Platonis. <br /><br />Para penganut cinta Platonis berpendapat: pola-pola dasar esensial berada dengan sendirinya sebagai substansi yang mandiri. Pola dasar dari sifat dan keadaan semacam itu memiliki bentuk ideal yang bebas dari segala kekurangan di alam-alam imaterial yang gaib. Dalam ajaran para arif Persa, ghazal (sajak) lebih sering lahir dari kecintaan ('isyq) yang meluap-luap kepada Sang Khaliq, semacam cinta platonik dalam filsafat. Di Turki, puisi-puisi seperti ini disebut kesusastraan 'asyiq (pencinta). Dalam kesusastraan sufi-Arab, cinta platonik seperti ini disebut sebagai cinta 'udzri. <br /><br />Dikisahkan bahwa pada suatu masa, ada 30 anak muda yang berada di tepi kematian akibat cinta platonik yang tak terpuaskan. Melakukan perzinaan yang dikutuk tak terpikirkan oleh mereka karena dipercayai Islam telah memurnikan jiwa-jiwa mereka. Jadilah ia perlambang ketulusan cinta kepada Sang Ma'syuq (Pencinta) atau Tuhan. Kemudian dari sini lahir puisi-puisi yang bermuatan cinta 'udzri, yang menonjol pada sosok Rabi'ah al-'Adawiyah dan 'Aisyah, putra Imam Ja'far al-Shadiq. Nama terakhir ini barangkali ada hubungannya dengan kenyataan bahwa ungkapan-ungkapan cinta seperti ini banyak datang dari kakeknya, 'Ali bin Abi Thalib, sahabat Nabi Muhammad SAW yang dipercaya sebagai guru banyak sufi awal. Pada penyair sufi laki-laki hal ini termanifestasikan dalam prosa dan puisi Ibn 'Arabi, Rumi, Hafiz, Sa'di, Shabistari, Sana'i, Jami', dan banyak lagi. Saya petikkan salah satu sajak alegori mistik Faridduddin al-'Ath-thar:<br /><br />Termangsa cahaya kehadiran Simurgh<br />Ku sadar jadinya<br />Tak lagi tahu apakah aku <br />Kau atau Kau aku <br />Ku t'lah sirna ke dalam-Mu <br />Maka pupus jugalah kebergandaan....<br /><br />Jika dirujuk ke alam imaterial atau bidang ilahiah, maka berbeda dengan istilah-istilah yang ada di dunia ini. Misalnya, kalau tajalliyat, kemurahan hati (rahmâniyyat) dan rahmat (rahîmiyyat), yang juga disebut tajaliyyat keindahan (Jamal), kelembutan (luthf), cinta (hubb) dan keakraban (uns). Semua itu pada gilirannya termanifestasi di dunia ini, maka semuanya ini akan berbentuk cinta, rahmat dan kelembuatan yang disertai kasih sayang (infi'al), dan ini disebabkan oleh sifat sangat sempit dunia ini. <br /><br />Begitu pula tajalliyat pemaksaan Allah (qahriyyah) dan Penguasa (malikiyyah), yang merupakan bagian dari tajaliyyat Kebesaran (jalal), terjewantah di dunia ini dalam bentuk kebencian (bughdah) dan kemarahan (ghadhab). Dengan ini maka segi batin cinta, kebencian dan kemarahan, merupakan rasa kasihan dan Mahakuasa-Nya, dan tajalliyat keindahan dan Kebesaran, yang ada dengan sendirinya, dan yang di dalamnya tidak terjadi perubahan, kasih-sayang dan multiplistis. <br /><br />Dengan demikian cinta dan antipati yang ada di dunia ini merupakan perwujudan Rasa Kasihan dan Kemahakuasaan Allah, dan karena suatu perwujudan (mazhhar) bergantung pada apa yang diwujudkan (zahîr), dan karena zahir terlihat dalam mazhhar, maka tidaklah tepat untuk menerapkan istilah-istilah yang sama pada keduanya. Kautsar Azhari Noor dalam uraiannya tentang Ibn ‘Arabi pernah menegaskan: ketidaksudian Tuhan terhadap suatu makhluk merupakan manifestasi Kemahakuasaannya dan Maha Membalas, sedangkan cinta-Nya merupakan manifestasi Rasa Kasihan dan Murah Hati. Kemudian dia dengan jelas melihat wujudnya sendiri, dan juga wujud segala yang ada, sebagai bayang-bayang Wujud ilahiah. <br /><br />Karena menurut dalil metafisika, tidak ada tabir antara Allah dan makhluk pertama, yang merupakan nonmateri dan bebas dari segala bentuk materi dan kelengkapan. Bahkan menurut dalil-dalil metafisika, tidak ada tabir bagi wujud-wujud nonmaterial pada umumnya maka hati yang dalam sifatnya yang ekspansif dan meliputi diangkat ke alam wujud nonmaterial. Bahkan, ia berjalan di atas kepala-kepala wujud-wujud itu, dan tidak ada tabir bagi dirinya. <br /><br />Dalam buku Rahasia Basmalah dan Hamdalah, Khomeini membicarakan hubungan manusia, alam, dan Tuhan. Untuk memahami tafsir Khomeini soal yang agak metafisis ini, Jalaluddin Rakhmat mencoba memberikan syarah atas apa yang disebut Khomeini tentang nama-nama. Karena kecintaannya, seorang hamba "menaikkan" dirinya dengan menyerap nama-namanya. Asma atau nama kata Imam Khomeini adalah, sinonim dengan tanda (ayat). Nama diberikan kepada orang dan benda untuk memberikan tanda pada mereka sehingga dengan tanda tersebut mereka dapat dikenal dan dibedakan satu dengan yang lainnya. <br /><br />Baginya, Tuhan dapat dilihat dari dua segi: dari segi zat-Nya dan dari segi hubungannya dengan makhluk-Nya. Tuhan dalam pertama, tidak dapat kita pahami. Tuhan berada "jauh" dari kita. Tuhan bersifat transenden. Kepada Tuhan yang ini, kita harus melakukan tanzih (membersihkan Tuhan dari segala kesamaan dengan makhluk). Dia berbeda dari apa pun selain Dia. Dia adalah Theos Agnostos (Tuhan yang tidak diketahui). Dalam hubungannya dengan makhluk, Tuhan dapat kita pahami. Dia mempunyai sifat-sifat yang ‘sama" dengan makhluk-Nya. Kepada Tuhan yang ini kita dapat melakukan tasybih (menyamakan). Tuhan inilah yang menampakkan dirinya dalam Adam dan seluruh penciptaan. Inilah Theos Revelatus. Dan inilah Tuhan dalam pandangan para sufi.<br /><br />Seluruh dramaturgi ilahi, semua kosmogoni abadi, lahir dari kerinduan Allah untuk ber-tajalli, bermanifestasi. Allah memanifestasikan diri-Nya dalam nama-nama-Nya. Alam semesta adalah asma Tuhan. Kita tidak mempunyai wujud. Kita hanyalah "percikan cahaya" dari Cahaya Murni. Kita tidak memiliki "ada" yang independen. Keberadaan kita seluruhnya bergantung kepada "adanya" Ia. Karena kerinduan-Nya kepada tajalli, Tuhan "menurunkan" dirinya pada dataran Asma (divine Names). <br /><br />Pandangan di atas terkesan agak materialistis, yang nadanya mengingatkan saya pada perumpamaan yang digunakan al-Ghazali dalam Miskat Cahaya-Cahaya (saya mengutipnya dari versi terjemahan Muhammada Baqir). Ghazali menafsirkan Tuhan sebagai Cahaya Tertinggi dan Terakhir, Pelimpah cahaya-cahaya, Pembuka penglihatan, penyingkap rahasia-rahasia, Penyibak selubung tirai-tirai. Nabi Muhammad sendiri, seperti disebutkan al-Ghazali, menyatakan bahwa Tuhan mempunyai tujuh puluh ribu tirai penutup cahaya dan kegelapan. Seandainya Ia menyibakkannya niscaya cahaya-cahaya wajah-Nya akan membakar siapa saja yang memandangnyanya. Cahaya yang Sebenarnya hanyalah Allah, kata Ghazali. Kaum arifin menanjak dari dasar majaz ke puncak hakikat. Jika ada sebutan Cahaya bagi selain Tuhan, itu hanya majaz (kiasan), dan tak ada wujud sebenarnya. <br /><br />Kaum arif, kata Ghazali, setelah melakukan pendakian ke langit hakikat, mereka tak melihat dalam wujud kecuali yang Maha Tunggal. Namun ada sufi yang mengalami makrifat dan dzauq (citarasa batiniah) dan hal (keadaan yang luar biasa yang meliputi diri seseorang). Pada saat seperti ini, kata al-Ghazali, kemajemukan sirna dari mereka dan tenggelamlah mereka ke dalam ketunggalan yang murni (al-fardaniyah al-mahdhah) dan terpesona dalam keindahannya, kehilangan kesadaran diri sehingga yang teringat hanyalah Allah. <br /><br />Dalam buku ini al-Ghazali menyangkan rahasia yang tak sudi dibagi, namun dengan berani justru dibagikan oleh Hassan al-Bashri, Junayd, dan al-Hallaj. Sufi-sufi ini, katanya, orang yang diliputi keasyikan atau kecintaan dan kerinduan yang sangat. Seharusnya, kata al-Ghazali pula mengingatkan, rahasia pengalaman pribadi ketiga sufi itu tetap disembunyikan dan jangan diceritakan karena setelah mereka kembali sadar, tidak mabuk lagi, sesungguhnya mereka sendiri insaf bahwa mereka tidak menyatu yang sebenarnya dengan Tuhan. Al-Ghazali melukiskan lewat syair keasyikan yang intim:<br /><br />Akulah dia yang kucintai<br />Dia yang kucintai adalah aku<br />Kami adalah dua ruh<br />bersemayam dalam raga yang satu...<br /><br />Sajak itu melukiskan perumpamaan orang yang melihat minuman anggur dalam gelas piala lalu mengira bahwa anggur itu bukan anggur, tapi cuma warna gelas. Jika kelak kondisinya menjadi terbiasa baginya dan dalam pula wawasannya, dan ketika orang sedang dikuasai oleh fana (luluh, lenyap), barulah kemudian ia akan menyadari kondisi sesungguhnya, seperti sebuah syair berikut yang dicontohkan Ghazali dalam karya yang sama:<br /><br />Gelas bening dan anggur nan murni<br />Keduanya serupa bercampur menyatu<br />Seakan anggur tanpa gelas<br />Atau gelas tanpa anggur <br /><br />Pandangan Khomeini tentang Cahaya Murni berbeda dengan al-Ghazali tentang Cahaya Tertinggi. Tentang hakikat dan nama-nama Tuhan, cuma sekedar tanda-tanda dari Hakikat Suci-Nya; dan hanya nama-Nya yang dapat dikenal oleh manusia. Hakikat Tuhan itu sendiri tidak diketahui oleh siapa pun. Bahkan penghulu para nabi (khatam al-anbiy), manusia yang paling berpengetahuan dan mulia tidak akan sampai Tuhan. Tuhan sendiri bersabda dalam Quran: kalaupun jin dan manusia bersatu, untuk menuliskan kata-kata serupa Quran, mereka takkan mampu walau mereka saling bahu-membahu. Atau dalam ayat lain: walau lautan dijadikan tinta, untuk menuliskan ayat-ayat Tuhan, keburu kering isi lautan sebelum manusia sempat menuliskan. <br /><br />Dalam peringatan Tuhan itu, bukan berarti bahwa ikhtiar manusia sudah tertutup, melainkan Tuhan mengingatkan bahwa manusia cuma dapat mengetahui nama-nama-Nya. Untuk mengetahui nama-nama-Nya, terdapat tiga tingkatan; kita dapat mengerti sebagiannya, sebagian lain hanya dapat dimengerti Rasul, para awliya, dan orang-orang yang mendapat petunjuk-Nya.<br /><br />Pengalaman mistis tertinggi, bagi Khomeini, akan menghasilkan situasi kejiwaan yang disebut mabuk atau ekstase. Dalam perbendaharaan kaum sufi, ekstase sering dilukiskan sebagai keadaan tak sadar oleh minuman anggur kebenaran. Kebenaran (al-haqq) digambarkan sebagai minuman keras atau khamar. Ungkapan mabuk dalam perbendaharan kaum arif adalah mabuk ketika mencicipi seteguk minuman khamar. Mabuk bagi kaum sufi merupakan puncak "kesatuan makhluk dengan Tuhan" tanpa perisai. <br /><br />Saya ingin mengutip al-Ghazali kembali tentang para sufi yang telah sampai ke kehadirat Tuhan. Mereka ini, kata Ghazali, tak jarang mengalami kondisi yang menyebabkan terbakarnya segala yang pernah dicerap oleh matanya, lalu diri mereka menjadi larut, lebur, luluh, kendati mereka masih terus terfana menatap Yang Maha Indah. Ada juga yang "terbakar" oleh cahaya-cahaya wajah-Nya yang tertinggi lalu tenggelam dalam gelombang kenikmatan surgawi dan Keagungan ilahi. Inilah yang disebut "kullu saiin halilun illa wajhuhu" (segala sesuatu binasa kecuali wajah-Nya). Mereka inilah yang oleh al-Ghazali disebut kaum khawas-ul-khawas (yang khusus di antara yang khusus). <br /><br />Kemabukan dan kerinduan yang tak terpermanai kepada Tuhan dalam pengalaman batin terdalam, dekat dengan perumpamaan orang yang sedang mabuk. Bahkan, seperti pernah juga ditegaskan oleh Haidar Baqir dalam esainya tentang Khomeini di Bentara harian Kompas, minuman yang memabukkan itu bagi sebagian kaum sufi tak lain ialah apa yang dinamakan "dhamir al-sya'n", yaitu kata-kata ‘an" yang berarti bahwa dalam kalimat syahadat pertama, Asyhâdu an la ilâha illa Allâh. Pelukisan ini menunjukkan betapa intens para sufi menghayati tauhid, sehingga mereka tidak menyadari apa pun yang lain selain Dia yang Mahaada.<br /><br />Menurut Khomeini, para nabi dan kekasih Tuhan telah menetapkan bahwa jalan menuju kepada kesempurnaan adalah bersikap ‘ubûdiyyah (menjadi hamba sejati) kepada Tuhan. Ja'far al-Shadiq dalam kitabnya Mishbâh al-Syari'ah, seperti yang dikutip Khomeini, pernah mengatakan: ‘ubûdiyyah adalah esensi ibadah, sementara intinya terletak pada rubûbiyyah (menyatakan dan mengimani Allah dalam segala hal). <br /><br />Apa yang yang hilang pada ‘ubudiyyah akan didapatkannya pada rubûbiyyah, dan apa yang tersembunyi dari rubûbiyyah akan ditemukannya pada ‘ubûdiyyah". Khomeini menafsirkan pernyataan Ja'far al-Shadiq sebagai jalan menuju hakikat, rubûbiyyah adalah pengembaraan dalam tingkatan-tingkatan ‘ubûdiyyah. Bila sikap keduniawian dan sikap egoistis dalam ‘ubûdiyyah akan ditemukan dirinya dalam naungan rubûbiyyah. Dengan demikian ia telah sampai pada maqam dimana Tuhan akan menjadi pendengarannya, pandangannya, tangannya, bahkan kakinya. Selanjutnya, semua perilakunya sebagai perilaku ilahi, pandangannya menjadi pandangan ilahi, sehingga ia akan memandang dengan pandangan yang benar (haq). Karena itu, bagi para pesulûk agar sampai menyatu pada yang Ilahi, ia harus berupaya keras menyematkan sifat kehinaan diri sehingga sifat kehinaan ‘ubûdiyyah dan kemulian rubûbiyyah menjadi cahaya mata batinnya. <br /><br />Dengan kata lain, seorang sufi musti menerobos tirai penghalang untuk mencapai kemulian. Maka dengan ini, ia akan sampai pada maqâm memperoleh iman kepada hakikat, mencapai apa yang disebut Khomeini sebagai hakikat "kehinaan penghambaan" dan "kemuliah rububiyah" Di antara adâb-adab kalbu di dalam ibadah dan kewajiban-kewajiban batiniah (esoteris) seorang pesulûk penempuh perjalanan menuju puncak terjauh, adalah ber-tawajjuh (mengembara) menuju kemulian rubûbiyyah dan kehinaan ‘ubudiyah. <br /><br />Sikap tawajjuh termasuk di antara tingkatan penting dalam perjalanan syr wa sulûk seseorang, sehingga kadar sulûk setiap orang akan terlihat berdasarkan kekuatan dan kadar tawajjuh-nya. Bahkan kesempurnaan dan kekurangan sifat kemanusian seseorang bergantung pada perkara ini. Setiapkali seseorang memandang lebih kepada ego, keakuan dan keagungan dirinya, maka sebatas itu pula dia akan jauh dari kesempurnaan kemanusiaan dan tertinggal dari maqâm yang dekat dengan Kekasih-nya.<br /><br />Dua maqam antara kemulian rubûbiyyah dan kehinaan ubudiyyah yang merupakan tawanan ini, tersimbol dalam keseluruhan ibadah shalat. Shalat karenanya merupakan mi'raj ruhani. Bagi para sufi, maqâm kehinaan ‘ubudiyyah dan kemulian rubûbiyyah dan maqâm-maqâm lainnya terdapat urutan dari tingkatan yang tidak terhingga.<br /><br />Kita bisa saja tak percaya kepada Khomeini, selain sebagai arsitek Revolusi Islam Iran, ternyata juga seorang arif yang telah menjalankan suluk dan hidup zuhud, dengan pandangan sufistik yang dekat dengan gnostik atau filafat mstis, juga seorang penyair yang menghadirkan aura mistis. Beberapa contoh penyair yang agak kesufi-sufian (atau sufi benaran) terdapat d Indonesia: di antaranya kita pernah mengenal Hamzah Fansuri, Amir Hamzah, Danarto, Sutardji Calzoum Bachri, Abdul Hadi WM, sekeda menyebut beberapa nama. <br /><br /><br /><br />III<br /><br /><br />Yamani-nama pena Haidar Baqir-telah menerjemahkan sajak-sajak yang pernah dirilis Imam Khomeini: Wasiat Sufi Ayatullah Khomeini Yang Tidak Banyak Diketahui (Bandung, Mizan, 2001). Sejumlah sajak dalam analekta ini sempat membuat saya terkesima. Bagaimana mungkin seorang Khomeini yang dikenal oleh media Barat saat meletusnya Revolusi Islam Iran sebagai sosok fundamentalis ternyata bisa memuji al-Hallaj. Abdul Hadi WM pernah menerjemahkan salah satu sajak Khomeini, Keterjagaan, yang berisi pembelaan terhadap al-Hallaj. <br /><br />Bibir molek merah delimamu,<br />titik hitam bundar di dahimu<br />Menjerat hatiku, kekasihku<br />dan seperti merpati aku terkurung<br />Pandang pilumu menusukku<br />hingga aku pun sakit dan merana<br />Namun fana dalam-Mu membuat diriku<br />yang tersiksa jadi bebas. <br />Kupukul tambur: Ana al-Haqq, seperti Mansur <br />Aku tahu apa tanggungannya<br />biar kurelakan nyawaku melayang<br />sebab itulah jiwaku sembuh<br />terfana sembilan waktu.<br />Dan pintu kedai anggurmu terbuka siang-malam<br />Pada madrasah dan masjid aku sudah bosan<br /><br />Sajak di atas hampir tak bisa dipercaya lahir dari seorang Khomeini. Bagimana mungkin seorang " fundamentalis" bicara soal bibir molek dan minuman memabukkan. Belum lagi pujian atas kesyahidan al-Hallaj dan kritiknya yang menohok pada mereka yang munafik hingga tercetus "pada madrasah dan mesjid aku sudah bosan". <br /><br />Beberapa gaya sajak Khomeini tampak unik dan liris. Tema yang dibicarakan dalam sajak-sajaknya seputar masalah pencarian Tuhan. Namun anehnya, justru lebih banyak kiasan yang terkesan erotik lewat pilihan kata seperti bir dan bibir. Sajak Mata Pembuat Sakit misalnya, langsung menggiring kita pada asosiasi bibir erotik: <br /><br />Mempesona niant tahi-lalat di bibirmu<br />Lihatlah<br />Aku terperangkap<br />Berdoa, biar yang disakitkan matamu<br />Adalah hatiku<br />Kucampakkan sudah cinta diriku<br />Kebenaran kini cuma aku<br />Kan kulihat jua tiang gantungan<br />Bagai Mansur dulu melihatnya<br /><br />Lewat sajak keterpesonaan terhadap yang feminin itu, Khomeini mengekspresikan erotisme dalam hubungannya dengan keterpesonaan pada Tuhan. Sebenarnya, seperti umumnya sajak-sajak Persia, sulit untuk dikatakan bahwa para penyair menghadirkan sajak yang bersifat erotis karena di dalamnya justru tergurat pengalaman mistis lewat intensitas atau intensionalitas. Lanjutan sajak ini tampak mengungkai pengalaman sufistik dengan memberi tempat pada para peminum dan pujian terhadap rumah berhala :<br /><br />O kasih, nyala pikiranmu<br />Bakar hatiku<br />Kalau kini buah-bibir kujadi<br />Namaku kau jua ilahi<br />Biar bagiku terus terbuka<br />Pintu kedai siang dan malam<br />Selamat tinggal madrasah <br />Selamat tinggal mushalla<br />Biar kuambil jalan sendiri<br />Lama sudah kautahu <br />Telah kukoyak jubah kesalehan<br />Pakaian-bertambal penjaga kedai<br />Demi temukan jalan kupapai<br />Lihatlah! disiksa aku pendeta-kota<br />Dengan khotbah busuk dan sia-sia<br />Dimana engkau! selamatkan daku<br />Dengarkan, wahai ruh pemabuk<br />O, luar-biasa rumah berhala itu<br />Kenangan indah hidup-hidupkan<br />Sentuhan ajaib penjaga kedai<br />Binasakan sudah tidur-lelapku<br /><br /><br />Sajak-sajak Khomeini merupakan kontinuitas dari sajak-sajak Persia sebelumnya yang banyak menampilkan permajasan bibir, kedai, minuman keras, berhala. Haidar Baqir dalam esainya di Bentara Kompas (3 Desember 2003) berjudul Imajinasi, Sastra, dan Spiritualitas Islam, menyebut sajak Majelis Pemabuk Khomeini begini: "kita akan terkejut ketika mendapati bahwa di antara puisi relijius yang lebih ‘liar' justu keluar dari seorang yang dianggap seprofan Ayatullah Khomeini. Khomeini, betapa pun enigmatic-nya pribadi ini bagi banyak orang, sesungguhnya hanyalah berada dalam garis tradisi para sufi-penyair Persia pendahulunya. Bahkan, meski juga ‘murid' dari Shadra, sang filsuf hikmah yang tak kurang rasional, ia adalah pengikut mazhab Akbarian (Ibn ‘Arabi) yang cukup setia". <br /><br />Mengapa ideolog seperti Khomeini menulis sajak bibir dan bir dengan imajinasi yang melintas tirai bahasa kebanyakan para ulama Syi'ah generasinya? Karena salah satu buku-buku karya sufi yang banyak dibaca Khomeini adalah karya Jalaluddin Rumi, Hafidz, dan Ibn ‘Arabi, yang banyak menyinggung soal bibir dan bir. Bibir kekasih dalam maknanya yang tradisional di tangan Ibn ‘Arabi-seperti kata Annemarie Schimmel dalam buku Dimensi Mistik dalam Islam-tidak lain adalah "pemberian kehidupan seperti Yesus dan juga menyerupai stempel dari batu delima dalam bentuk dan warna". Pencipta adalah "penuangan yang tak terkendalikan dari Kebaradaan atas arketip-arketip surgawi" seolah-oleh pecahan-pecahan kaca cermin dikenai cahayanya demikian rupa sehingga percampuran warnanya menjadi tampak melalui pewarnaan yang pekat-kental. Atau sejenis ciptaan yang bisa dibandingkan artikulasi Quran yang berbicara tentang nafas, ‘nafas' dari Tuhan, yang dihembuskan ke dalam tubuh Adam atau Maria untuk menciptakan suatu makhluk baru. <br /><br />Tentang nama-nama ilahi dapat dibandingkan dengan arketip-arketip, cetakan yang dipergunakan daya kreatif untuk menghasilkan makhluk-makhluk tertentu. Ibn ‘Arabi melihat hubungan yang kokoh antara nama-nama dan yang diberi nama-nama. Manusia menjadi cermin "Tuhan yang berjalan", menjadi cermin bagi Tuhan untuk merenungkan nama-nama dan sifat-sifat-Nya. <br /><br />Salah satu inti renungan mistik Ibn ‘Arabi yang tak tampak dalam sajak-sajak Khomeini adalah soal pluralisme religius. <br /><br />Hatiku bisa berbentuk apa saja<br />Biara bagi rahib<br />Kuil untuk berhala <br />padang rumput untuk rusa<br />Ka'bah bagi para penggemarnya<br />Lempengan-lemepngan Taurat, Quran.<br /><br />Kasih adalah keyakinanku:<br />Ke mana pun pergi unta-unta-Nya<br />Kasih tetap keyakinan dan kepercayaanku. <br /><br />Salah satu sajak tentang minuman memabukkan yang paling terkenal adalah sajak Ibn al-Farid berjudul "Syair Anggur" (Khamriyya). Sajak ini menghadirkan estetika transendensi yang kuat. Suatu sajak pemerian dari minuman anggur kasih ilahi, yang diteguk sebanyak-banyaknya oleh para kekasih sebelum buah-buah anggur diciptakan (yaitu pada Hari Perjanjian), dan yang memabukkan seluruh dunia, mengobati si sakit, membuat si tuna netra dan si tuna rungu mendengar, dan menuntun orang ke arah tujuannya yang abadi seperti Bintang Utara. Demikian kata Emile Dermenghem dan Annemarie Scimmel. <br /><br />Simak untaian kata-kata Ibn al-Farid berikut:<br /><br />Setiap anggota tubuhku melihatnya<br />meski ia ta hadir di sisiku<br />dalam setiap zat yang halus-lembut<br />jernih dan bahagia<br />Dalam nada kecapi dan seruling yang merdu<br />berbaur-menyatu dalam alunan yang bergetar<br />Dan dalam padang-rumput-rusa yang hijau subur<br />dalam kesejukan senja dan dalam sinar-sinar cahaya pertama <br />di fajar menyingsing<br />Dan dalam hujan berkabut yang turun <br />dari awan di hamparan bunga<br />Dan ketika angin sepoi-sepoi menyeret jubah lusuhnya<br />menyebar kehadiratku semerbak wangi harum mawar<br />di fajar yang lembut<br />Dan bila kukecup bibir piala<br />Kuhirup anggur jernih dalam riang dan bahagia<br /><br />Sajak di muka adalah fragmen sajak terjemahan Annemarie dalam bukunya Dimensi Mistik Dalam Islam-terjemahan Sapardi Djoko Damono dkk-yang mengungkai kesunyian dan keberdiam-dirian. Renungannya berhubungan dengan tema alegori mistik, yang mengaburkan batas yang jelas antara dunia nalar dan dunia spiritual. Wilayah penjelajahan Ibn Farid begitu mendalam. Manusia yang digambarkan mampu menggapai kekuatan-kekuatan naluri bawah sadar. <br /><br />Sajak itu masih bergema lirih dengan kontemplatif. Memang, sajak itu tak seindah dan sejernih alunan rima sajak Ellen Disyanake ketika melukiskan perasaannya yang serasa gelombang pasang-melayang yang melanda di dada, di mana terasa bekas luka disayat-sayat besi berbisa yang menekan berat dan nyeri meresap di jiwa hingga kata terasa bergemerincing pelan menyayat dan membubung dalam rasa, perih, seperti alunan melodi tua yang lengkap dengan getar dan geliat. <br /><br />Ada juga sajak Khomeini yang sangat religius dan cukup radikal dengan ilustrasi dan metafora yang agak gelap dan ganjil, kendati tak mengandung suasana nada-nada yang intim dan kuat. Misalnya dalam sajak Kerumunan Pemabuk, Khomeini menulis: <br /><br />Aku dan Kita dari akal keduanya<br />Dialah tali untuk memintalnya<br />Dalam kerumunan para pemabok<br />Tak ada Aku tak pula Kita<br /><br />Selanjutnya, saya sempat takjub ketika mendapati bahwa di antara puisi religius yang lebih "liar" justru muncul juga dari Khomeni. Ungkapan-ungkapan puitik dari sang pemimpin besar Revolusi Islam Iran yang telah almarhum ini tenyata begitu menghunjam: <br /><br />Wahai<br />Kudamba hari itu<br />Saat piala (anggur) pengocok jiwa <br />Kuterima dari tangan-lembutnya<br />Dan, dalam lupa dua dunia<br />Terantai di helai-helai rambutnya <br />Wahai kudamba hari itu <br />Saat kepalaku di tapak-kakinya <br />Diciumnya hingga hidup usai saja<br />Dan jadilah aku hingga kiamat tiba<br />Mabuk dari gelasnya.<br /><br />Matafora anggur merujuk pada kemabukan, sebuah ekspresi tentang persatuan mistis yang timbul dari suatu hayatan. Sebuah ekstase, yang di kalangan para sufi nyaris dianggap sebagai cara atau metode untuk mencapai makrifat atau memperoleh butir-butir hikmah muta'aliyah dalam rangka membuka tabir di tubir kegelapan dengan cahaya intuisi dan pengalaman batin yang keras. Ekstase mistis sebagai jalan untuk memurnikan kalbu dan mentransendensikan diri pada dasarnya dipakai untuk membebaskan diri dari kesadaran lahiriyah.<br /><br />Orang-orang yang telah mereguk "minuman-minuman rohani" dalam kesubtilan yang unik dan mempesona jiwa dari dunia yang tersembunyi, pun menjadi paus-paus atas keadaan sesaat (waqt) mereka, dan mereka pun mengungkapkan isyarat-isyarat kelezatan birasa melalui kata-kata. Dalam pernyataan Ibn 'Arabi, kata (harf) adalah "ungkapan yang dengannya Tuhan berkomunikasi denganmu". Dengan kata lain, bukan hanya para sufi seperti menyangkal bahwa ilham datang dari alam imajinal-jika ia dipercayai sebagai berada di bawah tingkat alam rasional, seperti yang dipahami para filosof. Mereka boleh jadi tak percaya pada keperluan untuk membatasinya dengan daya rasional.<br /><br />Satu-satunya pembatasan bagi para sufi muncul oleh keperluan mempertimbangkan konteks pengajaran ilham-ilham itu kepada para murid sufisme, terutama yang belum mencapai suatu tingkat yang memampukan mereka untuk mencerap ilham-ilham dalam segenap ke-"penuh"-annya. Itu sebabnya para sufi terkadang terpaksa menyederhanakan, di waktu lain menyembunyikan ilham-ilham yang mereka peroleh dari pengalaman-mistikal mereka lewat bahasa perlambang, yang terkadang menimbulkan polemik berkepanjangan. <br /><br /><br />Tidak sedikitit para sufi yang sekaligus penyair di Persia yang mengungkapkan rasa cinta dan kerinduan kepada Tuhan lewat syair atau puisi, bahkan ada yang melalui tarian, seperti Jalaluddin Rumi. Sajak Khomeini banyak menggunakan perlambang yang dekat dengan kosakata ‘irfan dan filsafat Persia, yang sepintas nyeleneh. Khomeini berada dalam lingkaran penyair-penyair Parsi, seperti Rumi, Hafiz, Sa'di dan Khayyam. Omar Khayyam, selain ahli matematika dan astronomi, juga sebagai penulis karya sastra kemanusian yang popular: Ruba'iyyat (syair-syair empat bait). Salah satu puisinya berjudul Putri Anggur, mengungkapkan: <br /><br />Kau tahu, sahabatku<br />betapa cerah rumahku<br />Untuk perkawinan baru<br />aku berpesta-pora<br /><br />Menceraikan nalar tua bangka,<br />Dan mengambil Putri Anggur sebagai teman setia. <br /><br />Kita akan menemukan kedekatan sajak-sajak Khomeini dengan gaya puisi Khayyam dan beberapa penyair Persia lainnya yang menghidupkan kembali dimensi batin agama Zoroaster dan "api kuil suci" ke dalam dimensi sufistik. Sebagai contoh, saya kutipkan di sini sajak Khomeini lagi untuk sedikit melihat perbandingannya dengan sajak Khayyam di atas: <br /><br />AKHIR YANG MANIS<br /><br />Dengan anggur O, kekasihku<br />Penuhi pialaku ini<br />Biarkan jangan kehormatanku melambung<br />Biarkan jangan namaku berkilau<br />Tuangan penuh-kasih dalam piala itu<br />Yang membanjiriku<br />Yang membasuh jiwa<br />Dari tipu daya yang angkara<br /><br /><br />Kendati dalam bentuk terjemahan, sajak-sajak Khomeini masih terlihat bentuknya sebagai sajak khas Persia. Sebuah bentuk yang dikenal sebagai sajak religius dan berkisar pada kerinduan pada Tuhan lewat ungkapan-ungkapan yang tak lazim dan simbolik. Menurut Annemarie Schimel-salah seorang tokoh Barat yang membela fatwa Khomeni terhadap Salman Rusydi di samping juga Karen Amstrong-dalam bukunya yang telah disinggung, mengtakan: salah satu masalah yang sering dibicarakan berhubungan dengan sajak lirik Persia terletak pada seputar pertanyaan apakah kesusastraan jenis ini seyogyanya ditafsirkan sebagai yang melulu bersifat erotik? <br /><br />Dimensi batin dan tafsir irfan atas Kitab Suci dan Tuhan, tampak cukup dominan dalam sajak-sajak Khomeini. Kecintaanya terhadap Nabi pun dilukiskan dalam tafsir-tafsirnya tentang mikraj-peristiwa yang tak seorang pun mampu menempuhnya, bahkan untuk sekedar membayangkan. Sebab semua orang tahu, perjalanan yang ditempuh Sang Nabi yang diperingati sebagai peristiwa Isra-Mikraj setiap tahun itu, bukanlah perjalanan ragawi, tapi sebuah perjalanan yang mungkin bisa kita lukiskan dengan meminjam secarik puisi Chairil Anwar: perjalanan yang "susah sungguh, mengingat Kau penuh seluruh". Perjalanan Nabi adalah "susah-sungguh", karena Tuhan sendiri "penuh seluruh". Dengan kata lain, sebuah perjalanan mistis yang halus, juga jalan kemanusiaan yang licin. <br /><br />"Sungguh", kata Imam Khomeini dalam suatu bukunya: "sungguh, kami umatnya telah gelisah menunggunya, dalam pikiran dan renungan, seperti laba-laba yang tak berdaya. Kami umatnya yang bingung ini bagaikan ulat sutera yang memintal rantai-rantai syahwat dalam dirinya. Sebab inilah kami yang terikat dalam dunia syahwat, sangat jauh dari alam gaib dan kebahagian uns-Nya. Sungguh, kaki-kaki kita tak akan mampu menggapai uluran tali uns-Nya. Sungguh, hijab-hijab syahwat dan ghaflah telah menutupi pandangan kami dari melihat keindahanMu yang Mahaindah". <br /><br />Khomeini mengatakan itu dalam karyanya tentang adab menjalankan shalat, dimana adab merupakan aturan tingkah laku dan sikap sebagai pra kondisi bagi transformasi spiritual manusia menuju yang Mahaindah. Arti penting adâb bagi sufi tergambar dalam makna ungkapan "seluruh tasawuf adalah adâb (al-tashawwuf kulluhu adâb)". Inilah sebuah antroposentrisme adâb yang mengatur sebuah laku, yang bagian-bagiannya seringkali memperlihatkan sikap dan sifat inklusif yang mencerminkan difusi sufisme.<br /><br />Seorang penyair-sufi, juga seorang arif-bilah, bagaimana pun adalah seorang yang berusaha menempuh jalan penyucian mata-batin dengan berbagai jenjang untuk bisa merasakan uns (keakraban) dengan Tuhan. Jalan sufi bukan cuma jalan untuk bisa bertemu Tuhan dan lupa akan dunia, tapi kembali sebagai yang tercerahkan, sebagaimana Muhammad kembali dari mikraj dan membangun peradaban Madinah. <br /><br />Kerinduan Khomeini untuk berjumpa Tuhan tak melupakan kondisi rakyat Iran. Kendati kadang-kadang kerinduan itu memuncak dalam sebuah ekstase, yang terfragmentasi dalam keliaran kata-katanya, yang sekali lagi dilukiskan dengan indah oleh Khomeini dalam kesunyian antroposentris-teologisnya: "Jika bukan karena tarikan dari arah Yang Dirindukan, niscaya penempuh yang malang dan penuh rindu, tak akan memperoleh keberuntungan. Khomeini menampilkan sosok yang terlibat dalam realitas pedih, bahkan menjadi tokoh utama Revolusi Islam Iran. <br /><br />Seandainya yang mikraj ke langit ketujuh adalah Muhammad Iqbal, niscaya sang pemikir tersohor di dunia Islam yang tafsirannya tentang mikraj sering dikutip itu, tak pernah mengangan-angankan untuk kembali pulang ke dunia karena ia telah merasa bahwa itulah perjalanan puncak keruhanian seorang sufi. "Muhammad telah naik ke langit tertinggi lalu kembali lagi. Demi Allah, aku capai tempat itu, aku tidak akan kembali lagi," kata Iqbal. Tapi Muhammad tidak, demikian pula Ali dan Khomeini, kendati telah menemukan puncak kebahagian karena bisa menemukan bunga teratai dan seroja yang bermekaran di dekat singasana ‘Arsy Sang Kekasih, kesunyian diri justru membawanya untuk kembali ke bumi. <br /><br />Muhammad dalam mikraj harus bersusah-payah melintasi berbagai tahapan dan mengalami berbagai pra-kondisi, dimana tak ada lagi tirai yang membatasi jiwanya dengan sang Seniman Agung. Muhammad melintas batas dari langit pertama hingga langit ketujuh untuk sampai pada tajalliyat dan melihat dirinya dekat dengan Tuhan dan sampai pada kesirnaan hakiki (fana' dzati). Ali bin Abi Thalib kata Khomeini, tak henti-hantinya memohon kepada Tuhan dalam doaanya yang termashur, yang berkali-kali dikutip Khomeini dalam tiap karyanya. Itulah doa Sya'ban atau Munajat-i Sya'ban, doa yang menarik dibandingkan dengan salah satu puisi Chairil Anwar :<br /><br />Ya Allah<br />Anugerahi aku perpisahan total<br />Dari yang selain Kau<br />dan keterikatan padaMu<br />dan cerahkan pandangan hatiku<br />dengan pandangan yang menatapMu<br />hingga terkoyaklah hijab cahaya <br />dan tercapai mata air sumber kecemerlangan<br />dan jiwa-jiwa kami tercekam<br />oleh cermerlangnya kesucianMU<br />(Munajat-i Sya'ban)<br /><br />Ya Allah! Badanku terbakar segala samar<br />Aku sudah melewati batas<br />Kembali? Pintu tertutup dengan keras<br />(Chairil Anwar)<br /><br />Sungguh mendalam pertemuan antara doa Sya'ban dengan sajak Doa Chairil Anwar di atas. Rasa penyerahan diri total pada Tuhan sekaligus perpisahan total selain denganNya, hanya muncul dari rasa yang dalam. Menarik mengikuti tafsiran Khomeini tentang Munajat Sya'ban di atas dalam esai pendeknya bertajuk Mata Air Sumber Kecemerlangan: Perpisahan total dari dunia ini tercapai jika seluruh hijab, baik hijab kegelapan maupun hijab cahaya, telah disingkap atau dikoyak, tulisnya. Dan proses ini mampu memberi kesempatan pada manusia untuk memasuki tempat persinggahan ilahiah, yaitu ‘mata air sumber kecemerlangan'. <br /><br />Orang yang belum mampu mengoyak jubah kegelapan, kata Khomeini, "tak akan pernah mencapai tingkat di mana ia dapat memperbaikinya dirinya, menciptakan gerakan dan energi spiritual dan batin di dalam dirinya". Pengalaman mistis tertinggi seorang sufi, sebagaimana mikrajnya Muhammad ke langit tertinggi itu, akan menghasilkan situasi kejiwaan yang fana sembilan waktu untuk menembus sembilan ruang, yang dalam perbendaharaan kaum sufi seringkali dilukiskan sebagai keadaan mabuk kepayang oleh minuman Kebenaran (al-haqq). <br /><br />Kesempurnaan dan kekurangan sifat kemanusiaan seseorang bergantung pada perkara ini. Setiap kali seseorang memandang lebih kepada ego, keakuan dan keagungan dirinya, maka sebatas itu pula dunia pencariannya. Untuk sampai "pada batas yang terjauh" dari sebuah perjalanan, tak heran bila Khomeini membagi empat tangga spiritual yang diilhami oleh gurunya, Mulla Shadra. Tingkat pertama menurutnya, dimulai dengan ilmu pengetahuan dengan sikap merendahkan diri di hadapan Allah. Sebab seorang sufi baginya merasa dirinya hina dan fakir di hadapan Allah, yang merupakan petunjuk jalan menuju Fana'Fillâh. Mereka yang hanya mengandalkan ilmu pengetahuan semata, bagi Imam Khomeini justru akan menimbulkan berbagai hijab besar. Karena itu dibutuhkan usaha untuk naik ke tingkat yang disebut kalbu. Sebab kalbu mampu menjadi penyeimbang bagi maqâmat ilmu pengetahuan. <br /><br />Tingkatan kedua tercermin dalam penghayatan iman dan dalam tindakan. Langkah perjalanan ketiga thuma'ninah, yang pada hakikatnya merupakan urutan yang sempurna dari keimanan. Stasiun kempat adalah musyahadah (penyaksian) langsung Tuhan. Tingkatan ini dianggap sebagai maqâmat cahaya Ilahi dan tajalli (semacam pengejewantahan) Rahmâni. Seorang sufi yang telah sampai pada tingkatan ini akan merasakan bahwa Allah muncul dalam batinnya berdasarkan Tajalli Asmâ'-asmâ' dan sifat-sifat-Nya serta akan menyinari seluruh kalbunya dengan cahaya ‘irfan syuhûdi (pengalaman mistis). Para pesuluk merasa berada di dekat dengan Tuhan bahkan merasa "menyatu" dengan-Nya, tenggelam ke dalam samudera pengalaman yang tak terbatas. Di balik itu akan ada lagi samudera yang akan menyingkap rahasia-Nya.<br /><br />Akhirnya, Seorang sufi adalah seorang yang berusaha menempuh jalan penyucian hati dengan berbagai jenjang untuk bisa merasakan keakraban dengan Tuhan. Jalan sufi dan jalan puisi yang ditawarkan Khomeini bukan sekedar jalan sunyi-diri dan lari dari tanggungjawab sebagai manusia. Jika meminjam kata-kata Sutan Takdir Alisjahbana dalam sajak Kepada Kaum Mistik, Ayatullah Khomeini bukan cuma "mencari Tuhan yang terlelap dalam kesunyian malam, tapi Tuhan yang ditemui di siang terang ketika orang-orang sedang bekerja".nabilhttp://www.blogger.com/profile/10999164119568672765noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-23966873.post-85898438486959185122009-03-30T11:23:00.000+07:002009-03-30T11:25:51.384+07:00Wahabi adalah sekte paling sektarianAssalamu'aalaikum Wr. Wb.<br /> <br />beberapa waktu yang lalu Raja Abdullah dari Saudi menghadiri konferensi International di gedung PBB di New York tentang kerukunan agama-agama. dan menggalang kerukunan ummat beragama. dia sempat berjabatan tangan dengan presiden Zionis Israel Simon Peres. sebelumnya di Makkah Raja Abdullah juga menggelar konferensi Islam untuk kerukunan Islam saat itu dihadiri mantan presiden Iran Hasyimi Rafsanjani.<br /> <br />Tapi nampaknya kerajaan ini memang pintar main sandiwara untuk mengibuli penduduk dan para pemimpin dikawasan itu. dan sejatinya kerajaan ini dipimpin oleh orang-orang hipokrit dan suka menimbulkan perpecahan antara ummat Islam.<br /> <br />Konon kabarnya pondok pesantren yang dipimpin oleh Habib Zain bin Smith di Madinah yang sudah puluhan tahun dan banyak menghasilkan santri termasuk asal Indonesia telah ditutup dan habib Zain dilarang mengajar serta saat ini kabarnya tinggal di Jeddah (ada yang bisa memberi konfirmasi berita ini?)<br /> <br />saat ini di Kota Syiah Al Awamiyah di Saudi sejak hari Kamis malam dikepung pasukan polisi keamanan. <br /> <br />Sekumpulan orang Syiah yang berkumpul menuntut seorang ulama Syeikh Namr Baqir bin Al-Namr dengan sejumlah orang Syiah yang ditangkap karena meneriakkan takbir berhadapan dengan polisi yang menutup jalan kelaur danmasuk kota Al Awamiyah. Polisi Anti-Teror telah dikerahkan dan bersiap siaga diselruh jalan di kota itu.<br /><br />Sehubungan dengan periostiwa ini, penduduk kota ini meneriakkan takbir Allahu Akbar selama 30 menit dari rumah rumah mereka.<br /> <br />apa gunanya Raja Bajingan itu menggelar konfrensi segala tapi tidak bisa bertoleransi dengan keyakinan yang berbeda dengan wahabi hatta itu Sunni apalagi Syi'ah. Wahabi ini memang mazhab paling sektarian dalam Islam dan keberadaannya sungguh sangat berbahaya.<br /> <br />Wassalam<br />Muhammad Assegaff<br /> <br />Amir Nayif Saudi: larang wanita ikut pemilu dan jadi aggota parlemen <br /> <br />Mendagri Saudi Amir Nayif bin Abdul Aziz mengatakan bahwa negaranya adalah Negara minyak sehingga tidak memerlukan wanita untuk menjadi wakil rakyat diparlemen. <br /> <br />Tidak ada partai politik di Saudi Arabia, tapi kelompok Reformis di negara itu berusaha hendak menjadikan majlis syura sebagai majlis penasehat yang berpengaruh dengan dianggotai oleh kaum lelaki saja. Dalam temuwicara dengan Al Jazirah ketika ditanya tentang keikutsertaan wanita dalam majlis syuro (parlemen) Amir Ayif berkata: "Saya melihatnya tidak penting".<br /><br />Ulama (Wahabi) sangat berpengaruh di Saudi Arabiya yang telah memperingatkan untuk tidak terjadi percampurannya lelaki dengan bukan ahlinya di tempat umum, sebagaimana dilarangnya menyopir mobil.nabilhttp://www.blogger.com/profile/10999164119568672765noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-23966873.post-92076483596084370122009-03-05T16:20:00.000+07:002009-03-05T16:22:35.764+07:00"Penyelamatan Palestina Tidak Didapatkan dengan Meminta Pertolongan PBB"Sayyid Ali Khamenei: "Penyelamatan Palestina Tidak Didapatkan dengan Meminta Pertolongan PBB" <br /> <br /> <br /><br />Rabu, 04 Maret 2009 <br /> <br />Kesalahan besar cara berpikir sebagian orang tentang masalah Palestina adalah sebuah negara bernama Israel telah berdiri sejak enam puluh tahun. Ini sebuah kenyataan dan harus diakui. Saya tidak tahu mengapa mereka tidak mau mengambil pelajaran dari sejumlah kenyataan lain yang ada di depan mata mereka? Bukankah negara Balkan, Kaukasus, negara-negara Asia Barat Daya telah menemukan kembali jati dirinya setelah delapan puluh tahun kehilangan jati dirinya dan menjadi bagian dari Uni Soviet?<br /><br />Mengapa Palestina sebagai bagian dari dunia Islam tidak bisa menemukan kembali identitas islami dan arabinya? Mengapa pemuda-pemuda Palestina yang terhitung sebagai pemuda-pemuda Arab yang paling cerdas dan paling heroik tidak bisa merealisasikan kehendaknya atas kenyataan kejam ini?<br /><br />Kesalahan besar cara berpikir lainnya dengan menyatakan perundingan sebagai satu-satunya jalan untuk menyelamatkan bangsa Palestina! Berunding dengan siapa? Berunding dengan rezim penjajah, arogan dan sesat yang tidak mengenal prinsip apa pun kecuali kekerasan? Apa yang didapatkan oleh orang-orang yang menghibur dirinya dengan permainan dan penipuan ini? <br /> <br />Pidato Rahbar dalam Konferensi Internasional mendukung Rakyat Palestina<br /><br />Bismillahirrahmanirrahim<br /><br />Selamat datang di Republik Islam Iran saya ucapkan kepada seluruh tamu, ulama, pemikir, politikus dan pejuang di Konferensi Internasional Mendukung Rakyat Palestina ke-4. Jenjang waktu konferensi ini dengan konferensi sebelumnya yang diselenggarakan tanggal 15-17 Rabiul Awwal 1427 Hijriah Qamariah di Tehran telah terjadi berbagai peristiwa penting dan menentukan yang mentransparansikan lebih jernih masalah Palestina dan kewajiban kita di hadapan masalah ini sebagai prinsip dunia Islam.<br /><br />Satu peristiwa penting adalah kekalahan menakjubkan militer dan politik Rezim Zionis Israel menghadapi muqawama Islami dalam perang 33 hari Lebanon pada tahun 1427 HQ dan kegagalan hina Rezim Zionis Israel di perang 22 hari serta kejahatannya terhadap rakyat dan pemerintah sah Palestina di Gaza.<br /><br />Kini rezim penjajah selama beberapa dekade berhasil menunjukkan citra menakutkan dan mitos tak terkalahkan militer dan persenjataannya dengan bantuan militer dan politik Amerika, telah dua kali kalah dari para pejuang muqawama yang menyandarkan dirinya pada Allah dan rakyat ketimbang senjata dan mesin-mesin perang. Rezim Zionis Israel kalah sekalipun telah melakukan latihan, persiapan militer, bantuan luas badan-badan intelijen dan dukungan tanpa henti Amerika, sejumlah negara Barat dan kerjasama sebagian munafikin dunia Islam. Rezim penjajah kini tengah menuju kehancurannya, tertelungkup dalam kebinasaan dan ketidakmampuannya menghadapi gelombang kokoh kesadaran Islam.<br /><br />Di sisi lain, segala kejahatan dalam peristiwa bersejarah Gaza yang dilakukan oleh para kriminal Zionis Israel mulai dari pembantaian luas rakyat sipil, penghancuran rumah-rumah masyarakat, melobangi dada anak-anak yang masih menyusui, pengeboman terhadap sekolah-sekolah dan masjid, menggunakan bom-bom fosfor dan sejumlah senjata non konvensional lainnya, menutup jalur lewatnya makanan, obat-obatan, bahan bakar dan kebutuhan pokok rakyat selama hampir dua tahun dan berbagai kejahatan lainnya. Semua ini membuktikan naluri kebinatangan dan kejahatan para pemimpin rezim haram Zionis Israel tidak berbeda dengan awal dekade tragedi Palestina. Politik, kebinatangan dan kekejaman Rezim Zionis Israel yang menciptakan tragedi Deir Yassin dan Sabra Shatila, politik dan kekejaman yang sama itu pula yang menguasai benak dan hati keji para tagut yang menguasai rezim ini. Tentu saja kali ini kejahatan mereka dilakukan dengan memanfaatkan teknologi modern yang membuat skala kejahatan mereka lebih luas dan keji.<br /><br />Siapa pun yang masih berkhayal akan tak terkalahkannya Rezim Zionis Israel yang menyerukan slogan “realistis” dan melakukan normalisasi dan menyerah di hadapan penjajah dan siapa pun yang punya fantasi batil bahwa generasi kedua dan ketiga para politikus Rezim Zionis Israel tidak menanggung kejahatan generasi pertama mereka dan berharap dapat hidup tenang di samping mereka kini harus memahami kesalahannya. Karena pertama, gelombang kesadaran umat Islam dan kemenangan tunas muqawama Islam berhasil membongkar kedok palsu, kelemahan dan ketidakmampuan rezim penjajah. Dan kedua, naluri agresi dan tak tahu malu atas kejahatan para pemimpin rezim ini sama dengan dekade awal. Setiap kali merasa mampu, tidak tanggung-tanggung mereka akan melakukan kejahatan.<br /><br />Kini 60 tahun berlalu dari penjajahan Palestina. Selama ini pula semua alat kekuasaan materi telah diserahkan untuk melayani para penjajah; dana, senjata, teknologi, dukungan politik dan diplomasi hingga jaringan raksasa imperatur media. Sekalipun usaha setan telah dilakukan sedemikian luas dan menakjubkan, tapi para penjajah dan pendukungnya bukan hanya tidak mampu menyelesaikan masalah legitimasi Rezim Zionis Israel, bahkan semakin lama masalah ini menjadi lebih kompleks.<br /><br />Ketidakmampuan media Barat dan Rezim Zionis Israel dan negara-negara pendukung Zionis Israel menghadapi, bahkan pertanyaan dan penelitian terkait holocaust yang menjadi alasan pendudukan Palestina merupakan tanda kegoncangan dan ketidakjelasan. Kini kondisi Rezim Zionis Israel dalam sejarah hitamnya semakin buruk di tengah opini dunia dan pertanyaan mengenai sebab kemunculannya semakin serius. Aksi protes yang tak pernah terjadi sebelumnya, gelora dunia mulai dari Asia Timur hingga Amerika Latin menentang rezim ini, aksi unjuk rasa di 120 negara dunia termasuk Eropa dan Inggris yang menjadi tempat kelahiran asli pohon keji dan pembelaan terhadap muqawama Islam Gaza dan muqawam Islam Lebanon dalam perang 33 hari menunjukkan bahwa tengah tercipta muqawama internasional anti Rezim Zionis Israel yang selama 60 tahun lalu tidak pernah seperti ini, serius dan masal. Dapat dikatakan bahwa muqamawa Islam Lebanon dan Palestina mampu menyadarkan hati nurani dunia.<br /><br />Ini sebuah pelajaran besar. Pelajaran bagi musuh umat Islam yang ingin menciptakan pemerintah dan rakyat haram dengan kekerasan dan aksi penumpasan agar dengan berjalannya waktu menjadi kenyataan yang tak dapat diingkari. Mereka ingin menormalisasikan masalah ini dengan memaksakan secara zalim rezim ini kepada dunia Islam. Ini juga pelajaran bagi umat Islam, khususnya para pemuda pemberani yang hati nuraninya telah sadar bahwa mereka harus tahu perjuangan mengembalikan hak yang telah dinistakan tidak lenyap begitu saja dan janji Allah benar adanya ketika berfirman:<br /><br />Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu. (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Allah". dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa. (QS. 22: 39-40)<br /><br />Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji. (QS. 3: 9)<br /><br />Padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. (QS. 22: 47)<br /><br />(Sebagai) janji yang sebenarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (QS: 30: 6)<br /><br />Karena itu janganlah sekali-kali kamu mengira Allah akan menyalahi janji-Nya kepada rasul-raaul-Nya; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa, lagi mempunyai pembalasan. (QS: 14: 47)<br /><br />Mana ada janji yang lebih jelas dari janji Allah ketika berfirman:<br /><br />Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. dan barang siapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka itulah orang-orang yang fasik. (QS. 24: 55)<br /><br />Kesalahan besar cara berpikir sebagian orang tentang masalah Palestina adalah sebuah negara bernama Israel telah berdiri sejak enam puluh tahun. Ini sebuah kenyataan dan harus diakui. Saya tidak tahu mengapa mereka tidak mau mengambil pelajaran dari sejumlah kenyataan lain yang ada di depan mata mereka? Bukankah negara Balkan, Kaukasus, negara-negara Asia Barat Daya telah menemukan kembali jati dirinya setelah delapan puluh tahun kehilangan jati dirinya dan menjadi bagian dari Uni Soviet?<br /><br />Mengapa Palestina sebagai bagian dari dunia Islam tidak bisa menemukan kembali identitas islami dan arabinya? Mengapa pemuda-pemuda Palestina yang terhitung sebagai pemuda-pemuda Arab yang paling cerdas dan paling heroik tidak bisa merealisasikan kehendaknya atas kenyataan kejam ini?<br /><br />Kesalahan besar cara berpikir lainnya dengan menyatakan perundingan sebagai satu-satunya jalan untuk menyelamatkan bangsa Palestina! Berunding dengan siapa? Berunding dengan rezim penjajah, arogan dan sesat yang tidak mengenal prinsip apa pun kecuali kekerasan? Apa yang didapatkan oleh orang-orang yang menghibur dirinya dengan permainan dan penipuan ini?<br /><br />Apa yang mereka dapatkan dari Rezim Zionis Israel dengan nama pemerintahan otonomi, selain hanya sebuah penghinaan dan kenistaan belaka. Karena pertama, pengakuan terhadap kekuasaan rezim penjajah telah dibayar mahal kira-kira dengan seluruh Palestina.<br /><br />Kedua, pemerintahan setengah tertawan dan bohongan ini sendiri juga telah diinjak-injak dengan alasan yang tidak jelas. Pengepungan Yasir Arafat di gedung kepemimpinannya di Ramallah dan berbagai macam penghinaan dan pelecehan padanya adalah sebuah masalah yang tidak mungkin dilupakan.<br /><br />Ketiga, baik pada masa Arafat maupun khususnya setelah masa Arafat perlakuan Rezim Zionis Israel terhadap para pejabat pemerintahan otonomi seperti perlakuan terhadap kepala-kepala polisi yang tugasnya adalah mengintai dan menangkap para pejuang Palestina dan memblokade informasi dan kepolisian mereka. Dengan cara inilah Rezim Zionis menebar dendam kesumat di tengah-tengah kelompok-kelompok Palestina dan mengadu domba mereka.<br /><br />Keempat, sedikit hasil yang diraih Palestina itu juga berkat jihad para pejuang dan muqawama para pria dan wanita pemberani yang tidak pernah mengenal kata menyerah. Bila berbagai intifada tidak ada, hasil yang sedikit ini pun tidak bakal diberikan kepada mereka, sementara para pemimpin klasik Palestina selalu berusaha untuk mengikuti keinginan Rezim Zionis. <br /><br />Ataukah berunding dengan Amerika dan Inggris sebagai pelaku dosa terbesar dalam mewujudkan dan mendukung gumpalan kanker ini? Sebelum menjadi mediator mereka sejatinya adalah pendukung satu pihak yang bertikai. Pemerintah Amerika tidak pernah menghentikan dukungan tanpa syaratnya terhadap Rezim Zionis bahkan kejahatan-kejahatan nyatanya antara lain dalam kejahatan terakhir yang terjadi di Gaza. Bahkan Presiden baru Amerika berkuasa dengan slogan pembaruan dalam politik pemerintah Bush, menyatakan dukungan mutlaknya terhadap keamanan Rezim Zionis Israel. Yakni melindungi teroris negara, melindungi kezaliman dan arogansi, melindungi pembantaian ratusan laki-laki, perempuan dan anak-anak Palestina dalam 22 hari. Ini artinya jalan menyimpang periode Bush, tidak kurang.<br /><br />Berunding dengan lembaga-lembaga yang berafiliasi dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa juga merupakan pilihan mandul lainnya. PBB dalam contoh kecil seperti masalah Palestina ketahuan belangnya. Dewan Keamanan PBB suatu hari dengan cepat mengakui pendudukan Palestina oleh kelompok-kelompok teroris. DK PBB berperan utama dalam kemunculan dan berlanjutnya kezaliman sejarah. Setelah itu selama beberapa dekade di hadapan pembersihan etnis, pengungsian masyarakat, kejahatan perang dan berbagai kejahatan lainnya Rezim Zionis Israel, Dewan Keamanan PBB memilih bungkam. Bahkan ketika Majelis Umum PBB sepakat menyebut Zionis sebagai rezim rasis, bukan saja DK PBB tidak menyetujuinya, dalam aksi mereka mengambil sikap 180 derajat dari keputusan itu. Negara-negara arogan dunia punya kekuatan sebagai anggota tetap DK PBB dan memanfaatkan PBB sebagai alat politik mereka.<br /><br />Hasilnya, bukan hanya Dewan Keamanan PBB tidak membantu terciptanya keamanan dunia, namun di mana saja pengertian-pengertian seperti HAM, demokrasi dan semacamnya yang menjadi alat ketamakan dan hegemoni akan dipakai untuk menutupi tipuan dan kebohongan mereka dalam melakukan aksi-aksi ilegal.<br /><br />Menyelamatkan Palestina tidak akan didapatkan dengan meminta pertolongan PBB, kekuatan-kekuatan hegemoni dan utamanya Rezim Zionis Israel. Jalan keselamatan hanya dengan resistensi dan muqawama, dengan persatuan bangsa Palestina dan kalimat tauhid yang menjadi khazanah tak terbatas gerakan jihad.<br /><br />Pilar-pilar muqawama dari satu sisi adalah kelompok-kelompok pejuang Palestina dan rakyat mukmin dan muqawim Palestina baik di dalam maupun di luar Palestina dan di sisi lain, pemerintah dan umat Islam di seluruh dunia, khususnya ulama, cendekiawan, elit politk dan akademisi.<br /><br />Bila dua pilar kokoh ini berada pada tempatnya, tak pelak hati nurani yang sadar dan pemikiran-pemikiran tidak akan musnah oleh daya tarik propaganda imperatur media istikbar dan Zionis. Di setiap pojok dunia manusia akan berlomba-lomba membantu mereka yang benar dan terzalimi dan lembaga-lembaga istikbar akan dilanda topan pemikiran, perasaan dan aksi.<br /><br />Contoh hakiki dari kenyataan ini kita saksikan sepanjang hari-hari terakhir muqawama di Gaza. Tangisan seorang Barat yang menjadi ketua organisasi bantuan kemanusiaan internasional yang ditayangkan oleh media audio visual, pernyataan solidaritas para aktivis organisasi-organisasi bantuan kemanusiaan, aksi unjuk rasa besar-besaran rakyat di jantung negara-negara Eropa dan kota-kota di Amerika, langkah berani beberapa kepala negara di Amerika Latin, dan semuanya menunjukkan bahwa dunia non muslim secara keseluruhan belum menyerah di tangan para pembuat kejahatan dan fasad yang disebut Al-Quran dengan nama setan. Hingga saat ini medan untuk pawai kebenaran masih terbuka.<br /><br />Benar, muqawama dan kesabaran mujahidin dan rakyat Palestina serta dukungan dan bantuan di segala bidang kepada mereka dari seluruh negara-negara Islam akan mampu menghancurkan mantera setan penjajah Palestina. Energi besar umat Islam mampu menyelesaikan berbagai masalah dunia Islam di antaranya masalah serius dan segera Palestina.<br /><br />Kini ucapan saya kepada kalian, saudara dan saudari muslim di seluruh dunia dan kepada semua hati nurani yang sadar di seluruh negara dan bangsa. Berusahalah dan hancurkan mantera kebal kejahatan Rezim Zionis Israel. Para pemimpin politik dan militer rezim penjajah yang terlibat dalam tragedi Gaza diseret ke meja hijau. Para pejabat politik dan militer rezim penjajah harus diadili!<br /><br />Bila para penjahat diadili, tidak mudah bagi mereka yang punya keinginan dan kegilaan untuk melakukan kejahatan. Membiarkan para pelaku kejahatan besar dengan sendirinya menjadi faktor dan pemicu kejahatan lain. Bila umat Islam setelah perang 33 hari Lebanon dan tragedi dahsyat itu menindaklanjuti secara serius untuk mengadili para pelakunya. Bila tuntutan legal setelah terbantainya sebuah iring-iringan pengantin di Afganistan, setelah kejahatan Blackwater di Irak, setelah terbongkarnya kejahatan militer Amerika di Abu Ghuraib dan lain-lain, hari ini kita tidak akan menyaksikan Karbala di Gaza.<br /><br />Kita; negara dan umat Islam dalam berbagai masalah tidak melakukan kewajiban sesuai hukum akal dan keadilan. Hasilnya seperti yang kita saksikan hari ini.<br /><br />Patut disayangkan betapa sebagian negara dan politikus dunia asing dengan kategori moral dan keputusan hati nurani. Bagi mereka pembantaian lebih dari 1.350 orang dan mencederai sekitar 5.500 orang tak bersenjata dan kebanyakan anak-anak selama 22 hari di Gaza tidak membangkitkan perasaan apa pun. Keamanan Rezim Zionis Israel sang penjagal menjadi sesuatu yang dikultuskan dan harus dilindungi. Sementara mereka yang dizalimi; baik itu pemerintah yang dipilih oleh suara mayoritas rakyat Palestina atau dari rakyat yang memilih pemerintah, akan menjadi tertuduh dan dikecam. Inilah hukum sitem politik yang tidak punya hubungan dengan akhlak, hati nurani dan keutamaan. Negara-negara seperti ini ketika menyaksikan kebencian yang begitu mendalam opini umum terhadap mereka, tanpa mau berkaca melihat sebab aslinya yang tampak jelas malah kembali melanjutkan politiknya. Dengan demikian roda yang ternoda ini terus berputar.<br /><br />Saudara dan saudari yang mulia di seluruh dunia Islam! Belajarlah dari pengalaman!<br /><br />Kini umat Islam berkat kesadaran Islam sejatinya memiliki kekuatan yang sangat besar. Kunci solusi berbagai masalah negara-negara Islam ada di tangan tekad dan persatuan kelompok agung ini. Dan masalah Palestina merupakan masalah paling mendesak dunia Islam.<br /><br />Terkadang kita mendengar orang berkata, “Palestina adalah masalah Arab.” Apa makna dari ungkapan ini? Bila maksudnya adalah Arab punya rasa kekeluargaan yang lebih dekat dan siap memberikan pelayanan dan berjuang lebih aktif, ini adalah satu sikap yang patut dihargai dan kami mengucapkan selamat. Namun bila maksudnya adalah sebagian kepala negara-negara Arab tidak memberikan perhatian atas permintaan tolong rakyat Palestina dan masalah penting seperti tragedi Gaza malah bekerjasama dengan musuh penjajah dan zalim dan kepada pihak lain yang tidak bisa tenang karena panggilan kewajiban malah diteriaki, mengapa kalian membantu Gaza?!<br /><br />Dalam kondisi yang semacam ini tidak ada satu pun seorang muslim dan Arab pemberani yang hati nuraninya sadar mau menerima ucapan seperti ini. Siapa saja tidak akan memaafkan bahkan mencela orang yang mengucapkan kalimat yang demikian. Ini tepat sekali logika Akhzam yang memukul ayahnya. Bila ada orang yang ikut campur, ia akan berteriak mengapa ia ikut campur. Setelah itu anaknya ikut memukuli kakeknya. Kejadian ini kemudian dijadikan peribahasa dalam bahasa Arab:<br />ان بني رملوني بالدم شينشينة اعرفها من اخزم<br /><br />Membantu rakyat Palestina di segala bidang dan mendukung mutlak mereka adalah kewajiban kifa’i bagi seluruh umat Islam. Negara-negara yang mengkritik Republik Islam Iran dan sebagian negara Islam lainnya karena membantu Palestina, seharusnya mereka yang membantu dan mendukung rakyat Palestina, sehingga kewajiban Islam terbebaskan dari pundak yang lain. Bila tidak punya keinginan, kemampuan dan keberanian, lebih baik menggantikan sikap mengkritik dan aksi merusak dengan menghargai langkah bertanggung jawab dan berani pihak lain.<br /><br />Para hadiri yang terhormat<br /><br />Kalian yang hadir dalam konferensi ini adalah para pemikir dalam masalah Palestina. Kewajiban historis kita hari ini tidak untuk mengulangi ceramah dan teori masa lalu yang tidak mampu berbuat apa-apa, tapi mengajukan berbagai jalan keluar demi membebaskan Palestina dari kezaliman Rezim Zionis Israel. Usulan kami sebuah solusi logis sesuai dengan demokrasi yang menjadi logika semua pemikiran dunia. Usulan kami adalah seluruh mereka yang berhak atas tanah air Palestina, baik itu muslim, Kristen atau Yahudi, dalam sebuah referendum memilih struktur pemerintahannya dan semua orang Palestina yang bertahun-tahun sabar menahan sulitnya menjadi pengungsi juga harus ikut dalam referendum ini. Dunia harus tahu bila mereka tidak menerima solusi ini berarti mereka tidak konsekuen dengan demokrasi yang selalu digembar-gemborkan dan ini merupakan ujian lain bagi mereka.<br /><br />Ujian mereka sebelumnya juga di Palestina ketika mereka menolak hasil pemilu Tepi Barat Sungai Jordan dan Gaza yang berujung pada terbentuknya pemerintah Hamas. Mereka adalah orang-orang yang menerima demokrasi bila hasilnya sesuai dengan keinginannya. Mereka aslinya adalah agresor dan petualang. Bila berbicara mengenai perdamaian tidak lebih dari kebohongan dan kelicikan.<br /><br />Kini rekonstruksi Gaza adalah masalah paling penting Palestina. Pemerintah Hamas yang dipilih mayoritas rakyat Palestina, semangat dan perlawanannya mampu mengalahkan Reziom Zionis Israel dan titik paling cemerlang dari sejarah seratus tahun terakhir Palestina harus menjadi pusat aktivitas yang berkaitan dengan rekonstruksi. Sudah selayaknya saudara-saudara Mesir membuka jalan bagi masuknya bantuan dan mempersilahkan negara-negara dan umat Islam melaksanakan kewajiban pentingnya.<br /><br />Pada akhirnya, tepat bila saya memuliakan kembali kenangan syuhada perang 22 hari yang darahnya menjadikan Gaza dan Palestina sebagai kemuliaan Islam dan Arab, sekaligus memohon ampunan dosa dan rahmat kepada mereka. Saya juga mengucapkan salam kepada seluruh syahid Palestina, Lebanon, Irak, Afganistan dan seluruh syuhada Islam dan juga kepada ruh suci Imam Khomeini ra.<br /><br />Saya memohon kepada Allah agar Islam dan umat Islam menjadi mulia, semakin dekatnya umat Islam satu dengan lainnya dan dunia Islam semakin sadar. [islammuhammadi/sl/leader]<br /><br />Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh<br /><br />Sayyid Ali Khameneinabilhttp://www.blogger.com/profile/10999164119568672765noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-23966873.post-4136661828897762242009-02-27T14:01:00.008+07:002009-02-27T14:27:03.943+07:00Apa yang diinginkan mereka?<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBtLDIygFUhew65koCBvxaWbwloHxKcxpWOxzlG2a20hU9g9aGAYHiPhdXq2gq-59IBr6_O_W8krLGh2yFvsTV4MQ7szjlC1Cq9s3zP-KwnFcYwkViXkHsG0I7XS0zUT9b3jpl/s1600-h/tempat-ketika-sayyidah-fathimah-zahra-dilahrirkan_o.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 221px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBtLDIygFUhew65koCBvxaWbwloHxKcxpWOxzlG2a20hU9g9aGAYHiPhdXq2gq-59IBr6_O_W8krLGh2yFvsTV4MQ7szjlC1Cq9s3zP-KwnFcYwkViXkHsG0I7XS0zUT9b3jpl/s320/tempat-ketika-sayyidah-fathimah-zahra-dilahrirkan_o.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5307374918234425730" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQCCOh9ls7dTyTxfLwlzKTuxCC2LUmA14n3H8kjOx_0mvQHLF8Dfw1Tfzejl0GmR53A97-PL4Ri8m6GC-pW_UDFntFMsdEVD3WM_FB7xIulbLPGQysOs8ZNFogbJXerD9higXw/s1600-h/rumah-nabi-sayyidah-khadijah-tempat-mereka-berdua-tinggal-selama-25-tahun-pun-dibongkar.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 238px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQCCOh9ls7dTyTxfLwlzKTuxCC2LUmA14n3H8kjOx_0mvQHLF8Dfw1Tfzejl0GmR53A97-PL4Ri8m6GC-pW_UDFntFMsdEVD3WM_FB7xIulbLPGQysOs8ZNFogbJXerD9higXw/s320/rumah-nabi-sayyidah-khadijah-tempat-mereka-berdua-tinggal-selama-25-tahun-pun-dibongkar.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5307374812992403826" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbLUaDL8D6Wu_UXn2w1KnqtPa41PM3KJOfEAW9rOFQoKmzZInaZcVI7Ve7OfG_RwPbX839Df0lKMhbx9_eYBWdAhpVN9MWyu8EbUC0t9fWTa4HZF3yJkE0XHnQAlOI4JSnlprr/s1600-h/reruntuhan-rumah-khadijah_o.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 205px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbLUaDL8D6Wu_UXn2w1KnqtPa41PM3KJOfEAW9rOFQoKmzZInaZcVI7Ve7OfG_RwPbX839Df0lKMhbx9_eYBWdAhpVN9MWyu8EbUC0t9fWTa4HZF3yJkE0XHnQAlOI4JSnlprr/s320/reruntuhan-rumah-khadijah_o.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5307374572800629330" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxkeLCUE4Qxh-ZCpaL0Qt7j7nYuy8mqdu2RwnU171EaBa7Y8oPyPwiruPVhyhjQba7tyjGnXUE6vuMFlO6ZiyE5WGCZmSSNmWI2EAjcLf2cXCMB-dYUYHUZ3KXtI_rYQlSEquw/s1600-h/pintu-masuk-kmr-rasul-di-rmh-khadijah_o.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 210px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgxkeLCUE4Qxh-ZCpaL0Qt7j7nYuy8mqdu2RwnU171EaBa7Y8oPyPwiruPVhyhjQba7tyjGnXUE6vuMFlO6ZiyE5WGCZmSSNmWI2EAjcLf2cXCMB-dYUYHUZ3KXtI_rYQlSEquw/s320/pintu-masuk-kmr-rasul-di-rmh-khadijah_o.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5307374373946301522" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDFknvF5VQaaLT7aUhIRyHU7TTovHiTl8cByW43w88SrXjRbyjSrRqWclCGxahA_0qvhGjPGaVR54xD-A0WMBaFfktd9Pd5bcRuHThUS2GrzVhN7hH7u4wY-JyzY_DGKaVA_QQ/s1600-h/mihrab-tempat-rasulullah-biasa-shalat-di-rmh-khadijah_o.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 222px; height: 320px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjDFknvF5VQaaLT7aUhIRyHU7TTovHiTl8cByW43w88SrXjRbyjSrRqWclCGxahA_0qvhGjPGaVR54xD-A0WMBaFfktd9Pd5bcRuHThUS2GrzVhN7hH7u4wY-JyzY_DGKaVA_QQ/s320/mihrab-tempat-rasulullah-biasa-shalat-di-rmh-khadijah_o.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5307374039871218162" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivaUbUHFRKD48eqmdVM3ZSW0aGmx_NioubN02mvE3rpX6l0ZEs6bhyphenhyphenCRdLuSyzdV17Z2gfxGWsex7CdjAivclt_7YtbhaT26W37XApiD_XFRtQQJQiEo-TX7V9_fShJsDTF97X/s1600-h/kuburan-sayyidah-khadijah-al-kubra-putranya-qasim-di-pojok_o.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 204px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEivaUbUHFRKD48eqmdVM3ZSW0aGmx_NioubN02mvE3rpX6l0ZEs6bhyphenhyphenCRdLuSyzdV17Z2gfxGWsex7CdjAivclt_7YtbhaT26W37XApiD_XFRtQQJQiEo-TX7V9_fShJsDTF97X/s320/kuburan-sayyidah-khadijah-al-kubra-putranya-qasim-di-pojok_o.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5307373938438403250" /></a><br /><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhf4COxmdzSPlSQ8PsVsQ6hh5Ycv0buX3DcUeOOFXTSPYs4D-PefmkTEGSutASIV1vyfe4yxeg56stto_MNp8stL4X9WyyfIntQK6l0fbWEiMxX4CAzl_M209fsecLgJTOu2fMS/s1600-h/kamara-nabi-sayyidah-khadijah.jpg"><img style="display:block; margin:0px auto 10px; text-align:center;cursor:pointer; cursor:hand;width: 320px; height: 197px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhf4COxmdzSPlSQ8PsVsQ6hh5Ycv0buX3DcUeOOFXTSPYs4D-PefmkTEGSutASIV1vyfe4yxeg56stto_MNp8stL4X9WyyfIntQK6l0fbWEiMxX4CAzl_M209fsecLgJTOu2fMS/s320/kamara-nabi-sayyidah-khadijah.jpg" border="0" alt=""id="BLOGGER_PHOTO_ID_5307373734940873314" /></a><br /><br />Gambar1 : Ini adalah foto Rumah Nabi Saw dan Sayyidah Khadijah as, tempat mereka berdua tinggal selama 28 tahun. Ini menjadi bukti sebenarnya WAHABI ingin menghancurkan semua sejarah umat Islam serta mengkafirkan Umat Islam.<br />Gambar 2: gambar sisa runtuhan rumah Nabi Saw & Sayyidah Khadijah as yang dilihat lebih dekat.<br />Gambar 3: adalah runtuhan pintu masuk ke kamar Rasul Saw di rumah Sayyidah Khadijah as.<br />Gambar 4 : adalah sisa runtuhan kamar Rasul Saw dan Sayyidah Khadijah as.<br />Gambar 5: adalah Gambar runtuhan tempat Sayyidah Fatimah as, puteri kesayangan Rasulullah Saw dilahirkan.<br />Gambar 6 : adalah makam Sayyidah Khadijah as (yang besar) dan puteranya, Qasim (yang kecil) di sudut.<br />Catatan :<br />Sebagian besar gambar tersebut diperoleh dari kitab : Ummul Mu’minin, Khadijah binti Khuwaylid, Sayyidah Fie Qalby al-Mushtafa karya DR. Muhammad Abduh Yamani yang telah diterjemahkan oleh penerbit Pustaka IIMaN dengan judul : Khadijah Drama Cinta Abadi sang Nabi. Penulis adalah bekas Menteri Penerangan Kerajaan Arab Saudi.nabilhttp://www.blogger.com/profile/10999164119568672765noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-23966873.post-53136207548887401632009-02-18T10:00:00.001+07:002009-02-18T10:01:48.817+07:00Syiah Dan Sunni, Konflik Yang DirekayasaSyiah Dan Sunni, Konflik Yang Direkayasa <br /> <br />Minggu, 15 Pebruari 2009 <br /> <br />Derita Muslim Syiah maupun Sunni di dunia tak pernah berujung. Setiap ada aksi teror, media masa melukiskannya sebagai aksi pembantaian kaum Muslim Syiah atas Sunni, ataupun sebaliknya. Sepertinya aksi-aksi seperti ini akan terus bergulir mengingat isu ini adalah isu yang paling baik untuk pecah belah persatuan Islam. <br /><br />Tulisan dibawah ini adalah buku yang ditulis oleh tokoh Ikhwanul Muslimin DR. Izzuddin Ibrahim yang membawakan fakta dan data bahwa konflik Sunni dan Syiah adalah konflik rekayasa dari musuh-musuh Islam. <br /><br />Kemenangan gerakan kebangkitan rakyat Islam dan bangsa revolusioner Iran yang kelihatannya mustahil telah membuat Barat ketakutan. Jadi, sesuai kemampuannya mereka selalu berusaha agar para revolusioner Islam tidak bisa meraih kekuatan.<br /><br />Sejak awal abad 19, dunia Islam berhadapan dengan tantangan modern yang datang dari Barat hasil Revolusi Industri dan kedengkian. Tantangan ini pada tahap awalnya dipengaruhi oleh sentimen Salibisme kuno dan dimulainya serangan Prancis. Ancaman ini menumbangkan sistem politik kita yang terjelma dalam ‘khilafah’. Mereka menduduki negeri-negeri kita dan menyerang kita lewat pemikiran dan budaya dengan memaksakan sistem-sistem sekularisme yang lemah.<br /><br />Lebih dari 30 tahun lalu, tantangan ini telah melaksanakan tugas paling berbahayanya, yaitu mendirikan rezim palsu Yahudi di jantung dunia Islam dan mendudukkan koloni serta antek-anteknya di sebuah negeri yang telah mereka rampas.<br /><br />Hal ini tercipta lewat sebuah sistem yang terprogram dan busuk, bahwa pengukuhan kepentingan ini hanya dapat dijalankan dengan mendirikan Israel. Pendirian Israel melazimkan penghancuran khilafah dan keberlangsungan keberadaan Israel dan menuntut sistem-sistem pemerintahan dalam negara-negara Islam menjadi boneka dan bergantung pada kekuatan imperialis. Oleh karena itu, semua rezim-rezim ini adalah bayi alamiah dan logis yang lahir dari rahim imperialis yang pada hakikatnya merupakan sisi lain dari sekeping mata uang Israel. Sampai beberapa tahun yang lalu, masalah-masalah ini terlihat sedemikian rupa dan kekuatan Barat mengira bahwa mereka telah menghantamkan pukulan terakhirnya pada peradaban Islam yang telah loyo dan lemah. Namun, Revolusi Islam Iran tiba-tiba muncul dan melepaskan anak panah perlawanan pertamanya ke arah Barat. Kemenangan revolusi Islam ini adalah kemenangan pertama Islam dalam era kontemporer. Kehidupan dan kegembiraan yang dikira telah mati dalam tubuh ini telah kembali dan sekarang bangkit lagi dan berdiri tegak dengan segarnya. Dari mana? Setelah pengaruh busuk musuh sangat kental, kuat dan liar, maka tibalah tahapan baru. Kita telah memahami hakikat kita dan kita ingin bangkit setelah menahan penghinaan selama dua abad dan keterbelakangan serta kebodohan selama berabad-abad.<br /><br />Revolusi Islam terus maju agar mampu menanamkan berbagai pemahaman dan pemikiran. Sebagian pemahaman dan pemikiran itu adalah:<br /><br />1- Revolusi Islam telah menghapus keperkasaan kekuatan adi daya dari benak semua pihak -khususnya kaum muslimin dan tertindas di dunia.<br /><br />2- Setelah mencampakkan model Barat ke dalam kursi tergugat, Revolusi Islam mengenalkan peradaban baru kepada umat manusia. Dalam hal ini, Roger Garoudy pemikir Perancis berkata: “Imam Khomeini telah membuang pola dan sistem pembangunan ala Barat ke kursi tergugat.” Kemudian dia berkata: “Imam Khomeini telah memberikan makna dalam kehidupan rakyat Iran.”<br /><br />3- Setelah lebih dari satu abad upaya-upaya untuk menyingkirkan kekuatan dan pengaruh Islam, revolusi Islam malah mengokohkan peranan bersejarah Islam dalam kehidupan negara-negara di kawasan.<br /><br />Tetapi, apakah Barat dan para bonekanya akan membiarkan Revolusi Islam maju begitu saja dan kemudian berhadap-hadapan dengan Barat serta menghancurkan kekuatannya? Apakah mereka akan diam saja melihat semangat dan kegembiraan yang muncul dalam tubuh umat Islam, seperti kegembiraan karena turunnya hujan setelah penantian yang cukup panjang? Apakah mereka akan membiarkan semangat dan harapan Islami yang telah diciptakan Revolusi menuai hasilnya?<br /><br />Kemenangan gerakan kebangkitan rakyat Islam dan bangsa revolusioner Iran yang kelihatannya mustahil telah membuat Barat ketakutan. Jadi, sesuai kemampuannya mereka selalu berusaha agar para revolusioner Islam tidak bisa meraih kekuatan. Tetapi, ketika Barat berada dalam tahap ini pun mereka kalah, lalu mereka berusaha bergerak dalam beberapa poros yang saling terkait:<br /><br />1- Mulai memprovokasi kaum minoritas dengan memanfaatkan kegamangan yang ada setelah kemenangan Revolusi Islam.<br /><br />2- Melindungi berbagai kelompok pembangkang Iran, baik dari kelompok kerajaan dan SAVAK (intel Syah) atau kelompok sekuler dan memanfaatkan mereka untuk menentang Revolusi Islam.<br /><br />3- Memberlakukan embargo ekonomi dan politik atas Iran yang dipimpin oleh Amerika dan Eropa. Embargo ini yang terlihat jelas dimulai sejak krisis tawanan mata-mata Amerika di Tehran.<br /><br />4- Menggelar serangan dari luar lewat Saddam Husein dan tentara Irak.<br /><br />5- Menyebar fitnah di antara dua sayap umat -Sunni dan Syiah- sebagai usaha terakhir untuk mengepung gerakan Revolusi Islam dan mencegahnya sampai ke daerah berpenduduk Sunni, baik kawasan-kawasan penghasil minyak atau negara-negara tetangga Israel.<br /><br />Ketika pemberontakan kaum minoritas jelas-jelas telah ditumpas dan kelompok-kelompok kerajaan dan sisa-sisa oposisi sekuler telah hancur, dan ketika Revolusi berhadapan dengan embargo sedemikian rupa, Imam Khomeini malah menyebutnya sebagai ‘berita baik’ dan kepada para mahasiswa pengikut setianya, beliau berkata: “Kita tidak bangkit dengan revolusi untuk mengenyangkan perut. Jadi ketika mereka menakut-nakuti kita dengan kelaparan, mereka harus tahu bahwa mereka tidak bisa melakukan apa-apa. Kita bangkit demi Islam, sebagaimana Nabi Muhammad saww bangkit. Dan kita tidak berhadapan dengan masalah sebagaimana yang dihadapi Nabi Muhammad saw. Jika anda tidak berada dalam tekanan, maka Anda tidak akan berpikir maksimal.”<br /><br />Para pelaku serangan dari luar juga jatuh tersungkur dalam sumur yang digalinya sendiri, dengan sakit, luka, penyesalan dan kekalahan telak. Tetapi mereka sendiri mengakui bahwa poros kelima -menciptakan fitnah di antara Syiah dan Sunni- cukup berhasil. Namun demikian, umat Islam akan segera memahami setan mana yang meniupkan api fitnah dan akan mengetahui bahwa fitnah ini adalah palsu dan kekuatan imperialis-lah yang ingin menyudutkan negara-negara Islam, sehingga negara-negara Islam harus berhadapan dengan perbuatan-perbuatan buruk mereka.<br /><br />Kekuatan imperialis dan negara-negara boneka, para raja minyak hedonis -boneka-boneka mainan- memahami dengan baik bahwa peperangan ini tidak membutuhkan senjata dan tentara, tetapi membutuhkan pemimpin yang memberikan ‘fatwa’. Maka mereka membiarkan peranan yang diinginkannya yang dimainkan lewat kepala-kepala bersorban dan janggut-janggut berjurai, baik di dalam atau di luar institusi resmi negara.<br /><br />Sebagian mereka menentang Revolusi Islam dengan serangan isu-isu yang membingungkan. Seolah-olah merekalah yang melahirnya menemukan bahwa Revolusi ini adalah Revolusi Syiah sementara Syiah adalah sebuah golongan sesat atau kafir! Dan Ayatullah Khomeini yang dengan duduk di sajadahnya telah mampu mengguncang kekuasaan kerajaan yang sebenarnya mereka adalah orang tersesat dan kafir! Adegan seorang pemuda Islam yang memegang sebuah buku Saudi yang penuh dengan tuduhan, distorsi dan cacian terulang kembali di depan mata kita. Dia membawa buku tersebut ke masjid suci, sembari menjelaskan berbagai kesesatan!<br /><br />Poin ini dapat dipahami bahwa sebagian para pemuda itu melakukannya dengan niat baik dan menyangka bahwa perbuatan tersebut benar-benar hanya untuk Allah. Kapankah pemuda ini mengetahui bahwa lewat niat baiknya itu dia telah melaksanakan sebuah program imperialis? Dan bagaimana dia bisa membebaskan dirinya sebelum semuaya terlambat?<br /><br />Umat Islam harus memandang dengan keraguan dan curiga kepada orang-orang yang menampakkan keislaman dirinya, sementara mereka membenci Revolusi Islam. Umat juga harus curiga pada keinginan, niat dan tujuan orang-orang tersebut.<br /><br />Masalah menakjubkan dari mereka ini adalah, meraka telah menjadikan gerakan Islami berhadapan dengan sebuah jalan buntu yang berbahaya dan tidak ada duanya, sebab kehadiran musuh-musuh Revolusi dalam barisan-barisan gerakan Islam tidak bisa dibenarkan dan gerakan hakiki Islam tidak punya pilihan lain selain menyingkirkan mereka dari barisannya, cepat atau lambat.<br /><br />Mereka-mereka yang ingin menghancurkan model sempurna Iran dalam kepribadian Islami terutama dalam memandang masalah negeri pendudukan Palestina sebenarnya hanya akan menghancurkan dirinya, sebab mereka telah berdiri menentang gerakan maju sejarah dan berhadapan dengan sebuah Revolusi Islami yang dalam piagam Ikhwanul Muslimin, pemimpinnya disebut sebagai ‘kebanggaan bagi Islam dan kaum muslimin’.<br /><br />Saya tidak tahu bagaimana menanggapi ucapan seorang pemuda muslim kepada saya: Sebuah keanehan atau tidak? Sebab pemuda ini telah keliling ke beberapa negara Islam, tetapi tidak menemukan hal yang lebih buruk dari serangan yang dilakukan beberapa oknum yang berlahiriyah keislaman di negeri Palestina pendudukan terhadap Revolusi Islam. Sedangkan pemuda ini juga tidak melihat satu negara manapun yang lebih bersemangat dan berharap pada Revolusi Islam lebih dari Palestina.<br /><br />Setelah pengantar ini, dalam pembahasan singkat ini saya akan berusaha menyingkap beberapa hakikat penting kepada kaum muslimin umumnya dan para pembesar berbagai gerakan Islami secara khusus. Saya tidak ingin berbicara berdasarkan ijtihad saya bahwa Syiah dan Sunni adalah sesama saudara dalam Islam, hanya pandangan dan ijtihad dalam memahami Kitab dan Sunnah saja yang membuat mereka terpisah dan perbedaan ini tidak merusak persaudaraan mereka dan tidak membuat yang lain keluar dari Islam dalam pandangan yang lainnya.<br /><br />Saya tidak ingin membawa dalil-dalil agama yang pasti berakhir pada kesimpulan yang pasti dan jelas ini, sebab hal ini adalah pembahasan lain. Dan di era ini, ketika ketidaktahuan dan fanatisme buruk dari sebuah kelompok sangat tinggi, kita terpaksa harus membahasnya, tetapi saya akan membahasnya dari sisi lain dan sisi yang lebih sempurna. Saya akan berusaha menjelaskan posisi dan pendapat para tokoh, pemikir dan penguasa muslim yang kepemimpinannya disepakati oleh berbagai gerakan Islami.<br /><br />Saya dengan baik memahami bahwa masalah anti Revolusi Islam Iran dan kebisingan yang dibuat oleh sejumlah anggota dan pimpinan gerakan Islami berkaitan dengan masalah Sunni dan Syiah bukanlah masalah yang berakar dan hakiki, tetapi masalah baru yang dipaksakan pihak lain pada para pemuda yang penuh keikhlasan dan kesucian ini. Sebagaimana yang telah saya sebutkan: Setelah beberapa waktu mereka diletakkan dalam lingkaran keraguan dan keputusasaan, tiba-tiba bagi mereka diungkapkan bahwa Revolusi yang telah menghidupkan harapan dan memberi hasil bukanlah sebuah revolusi Islam tetapi sebuah revolusi Syiah! Dan Syiah adalah kafir!<br /><br />Muhibbuddin Khatib, penulis buruk asal Arab Saudi yang bukunya telah dicetak beberapa kali di Arab Saudi (dalam 50.000 eksemplar) membawa berbagai dalil tentang kekafiran dan kesesatan serta keluarnya Syiah dari Islam. Dia menyebutkan bahwa Syiah memiliki Al-Qur’an yang berbeda dengan Al-Qur’an yang kita miliki, dan berbagai kebatilan dan isu-isu semisal ini.<br /><br />Sebagian kalangan yang menyebarluaskan pemikiran Khatib yang salah dan sesat, malah lalai akan pemikiran-pemikiran para tokoh islamis terkenal lainnya dalam gerakan mereka.<br /><br />Tapi kita tahu bahwa Khatib adalah salah satu orang yang memerangi pemerintahan Khilafah Islami dan bergabung dengan salah satu gerakan kesukuan -para tokoh pemuda Arab- dan setelah rahasianya terbongkar ketika dia sedang belajar di Bab 'Aali, pada tahun 1905 Masehi dia melarikan diri ke Yaman. Ketika Syarif Husein mengumumkan Revolusi Arab, Khatib pun bergabung dengannya. Kemudian Khilafah menjatuhi hukuman mati terhadapnya. Khatib tidak kembali ke Damaskus kecuali setelah kekalahan tentara Turki Usmani dan masuknya tentara Arab ke Damaskus! Dan setelah itu, dia menjadi pimpinan surat kabar pertama Arab bernama al-‘Ashimah.[1] <br />Sekarang, mari kita kembali menganalisa sikap dan pendapat para pemimpin berbagai gerakan Islami dan pemikir Islam berkaitan dengan fitnah yang haram ini dan hiruk pikuk buatan yang sangat disesalkan ini.<br /><br />Imam Syahid Hasan al-Banna, adalah pembawa panji gerakan Islam terbesar era modern dan salah satu tokoh ide kedekatan antara Syiah dan Sunni. Beliau juga merupakan salah satu pendiri dan tokoh berpengaruh dalam aktivitas “Jamaah Taqrib Baina Al-Mazhahib Al-Islamiyah” di Kairo, padahal sebagian kalangan menyebut pendekatan mazhab mustahil tercapai. Tetapi al-Banna dan sekelompok pembesar dan ulama Islam menganggapnya mungkin dan bisa terjadi. Mereka sepakat agar semua muslimin (Sunni dan Syiah) berkumpul bersama dalam keyakinan-keyakinan dan prinsip yang disepakati dan dalam hal-hal yang bukan merupakan syarat iman dan bukan bagian dari tiang-tiang agama dan secara lazim tidak mengingkari pembahasan agama yang jelas, kaum muslimin harus menghargai keyakinan masing-masing.<br /><br />DR. Abdulkarim Biazar Shirazi dalam buku Wahdat Islami yang terdiri atas makalah para ulama Syiah dan Sunni yang telah dicetak dalam majalah Risalatul Islam dan telah dicetak oleh Darut Taqrib Mesir, tentang Jamaah Taqrib berkata:<br /><br />“Mereka sepakat mengumumkan bahwa: Seorang muslim adalah orang yang mengimani dan meyakini Allah Tuhan alam semesta, Muhammad saw nabi yang tidak ada lagi nabi setelahnya, Al-Qur’an kitab samawi, Ka’bah kiblat dan rumah Allah, lima rukun yang diakui, hari kiamat serta melaksanakan hal-hal yang dianggap penting. Rukun-rukun ini -yang disebutkan sebagai contoh- telah disepakati oleh para peserta pertemuan, utusan-utusan mazhab yang empat dan utusan-utusan Syiah dari mazhab Imamiah dan Zaidiyah."[2]<br /><br />Pertemuan tersebut dihadiri oleh Syaikh al-Azhar yang juga Otoritas Fatwa Tertinggi saat itu, Imam Besar Abdulmajid Salim, Imam Mustafa Abdurrazzaq dan Syaikh Shaltut.<br /><br />Penulis memang tidak menemukan info sempurna tantang peranan khusus Imam Syahid Al-Banna dalam hal ini, tetapi salah satu pemikir Ikhwanul Muslimin Ustad Salim Bahansawi dalam bukunya berkata:<br /><br />“Sejak Jamaah Taqrib antara mazhab-mazhab Islam didirikan dan Imam Hasan al-Banna dan Ayatullah Qumi berperan dalam pendiriannya, kerja sama antara Ikhwanul Muslimin dan Syiah tercipta, yang pada kelajutannya terjadi kunjungan Syahid Nawwab Safavi ke Mesir pada tahun 1954.[3] Dalam kitab itu, dia melanjutkan: “Tidak heran jika garis kebijakan dan metode kedua kelompok berakhir dengan kerja sama ini.”<br /><br />Demikian pula, sebagaimana yang kita ketahui bahwa dalam ritual haji tahun 1948 Masehi, Imam al-Banna bertemu dengan Ayatullah Kasاani, ulama besar Syiah, dan di antara keduanya tercapai beberapa kesepakatan.<br /><br />Salah satu tokoh kontemporer dan berpengaruh Ikhwanul Muslimin dan salah satu murid Imam Syahid adalah Ustad Abdul Muta’al Jabri yang menurut kutipan Roober Jakcson, menulis dalam bukunya:<br /><br />“Jika usia pria ini -Hasan al-Banna- panjang mungkin saja mayoritas muslimin, hal-hal penting bagi kedua negara ini akan terwujud, khususnya jika Hasan Al-Banna dan Ayatullah Kashani, tokoh Iran, sepakat dalam penghapusan masalah pertentangan (ikhtilaf) antara Syiah dan Sunni. Keduanya bertemu pada ritual haji tahun 1948 Masehi dan kelihatannya telah menyepakati beberapa poin penting, tetapi Hasan Al-Banna telah diteror tidak pada waktunya.”[4]<br /><br />Ustad Jabri menjelaskan: “Ucapan Weber benar, dengan insting politiknya dapat dirasakan usaha Imam dalam pendekatan mazhab-mazhab Islam. Jadi jika dia sadar dengan peranan besar Imam al-Banna dalam hal ini (yang waktu ini bukan saatnya membahas tentang bagaimana pernanan itu), apa yang akan dikatakannya?”<br /><br />Dari beberapa hal ini, kita bisa menarik beberapa hakikat penting, antara lain:<br /><br />1- Setiap Syiah dan Sunni memandang satu sama lainnya sebagai muslim.<br /><br />2- Pertemuan dan kesepakatan kedua ulama ini dan menyingkirkan pertentangan adalah hal penting dan tidak bisa diingkari dan tanggung jawab ini berada di pundak gerakan islami yang sadar dan berpegang teguh pada perjanjian.<br /><br />3- Imam Syahid Hasan al-Banna juga telah berusaha sekuat mungkin dalam masalah ini.<br /><br />DR. Ishaq Musawi Husaini, dalam kitab al-Ikhwanul Muslimin...Kubra Al-Hakarat Al-Islamiyah Al-Haditsah[5] menulis: Sebagian mahasiswa (Syiah) yang sedang belajar di Mesir telah bergabung dengan Ikhwan. Ketika Nawwab Safavi mengunjungi Suriah dan bertemu dengan Mustafa Subai, Sekjen Ikhwanul Muslimin di sana, Subai kepada Nawwab mengadukan kekecewaannya terhadap sikap sebagian pemuda Syiah yang bergabung dengan gerakan sekuler dan nasionalis. Nawwab Safavi naik ke atas mimbar dan di depan kelompok Syiah dan Sunni berkata: “Siapa saja yang ingin menjadi Syiah hakiki Ja’fari harus bergabung dengan barisan Ikhwanul Muslimin”. Tapi, siapakah Nawwab Safawi? Dia adalah pimpinan organisasi “Martir-Martir Islam” yang Syiah.<br /><br />Ustad Muhammad Ali Dhanawi, mengutip dari Bernard Louis: “Selain mengikuti mazhab Syiah, mereka juga memiliki ide tentang persatuan Islam dan memiliki banyak kesamaan dengan Ikhwan Mesir dan mereka saling berhubungan." [6] Ketika menganalisa prinsip dasar organisasi Martir-Martir Islam, Ustad Dhanawi menemukan bahwa:<br /><br />“Pertama: Islam adalah sebuah sistem integral bagi kehidupan. Kedua: Kecenderungan terpecah belah dalam berbagai firqah di kalangan muslimin yaitu Sunni dan Syiah adalah kecenderungan yang tertolak.” Kemudian, dia mengutip ucapan Nawwab: “Mari kita upayakan persatuan Islam dan kita lupakan segala sesuatu yang bukan bagian dari jihad kita demi kemuliaan Islam. Apakah belum tiba saatnya kaum muslimin memahami hakikat dan meninggalkan pertentangan antara Syiah dan Sunni?”<br /><br />Ustad Fathi Yakan menjelaskan peristiwa kunjungan Nawwab Safawi ke Mesir dan semangat serta sambutan Ikhwanul Muslimin ketika menyambutnya. Kemudian, berkaitan dengan hukuman mati dari Syah untuk Nawwab, dia berkata:<br /><br />“Hukuman zalim ini diprotes dengan sangat keras di negara-negara Islam. Kaum muslimin dari seluruh dunia yang menghargai keberanian dan jihad Nawwab Safavi sangat terguncang dan menentang hukum tersebut serta mengutuk hukuman mati yang dijatuhkan atas mujahid mukmin itu lewat telegram. Hukuman mati Nawwab Safavi merupakan peristiwa tragis dalam era kontemporer.”[7]<br /><br />Demikianlah, bukan hanya seorang muslim Syiah yang dalam pandangan Ustad Fathi Yakan dianggap sebagai salah satu syuhada Ikhwan, tetapi dia yakin bahwa Nawwab dan para pendukungnya telah bergabung bersama rombongan syuhada dengan kesyahidan mereka. Syahid-syahid kekal yang darahnya akan menjadi pelita yang akan menerangi jalan kebebasan dan pengorbanan para generasi muda. Dan memang demikian adanya, dan tidak lama setelah itu terjadi Revolusi Islam yang menghantam kekuasaan Syah yang despotik. Syah terkatung-katung dan terusir. Dan terwujudlah firman Allah swt:<br /><br />وَلَقَدْ سَبَقَتْ كَلِمَتُنَا لِعِبَادِنَا الْمُرْسَلِينَ، إِنَّهُمْ لَهُمُ الْمَنصُورُونَ، وَإِنَّ جُندَنَا لَهُمُ الْغَالِبُونَ [8]<br /><br />Demikianlah, janji Kami tentang hamba-hamba yang Kami utus. Sesungguhnya mereka akan tertolong dan pasukan Kami pasti akan menang.<br /><br />Setelah pengumuman tentang pengakuan eksistensi rezim zionis Israel oleh Iran di zaman rezim, Ustad Fathi Yakan berkata:<br /><br />“Bangsa Arab semestinya mencari Nawwab dan para pendukungnya di Iran. Tetapi negara-negara Arab tidak juga memahaminya sampai saat ini dan tidak mengetahui bahwa gerakan islamiyah adalah satu-satunya penolong dalam masalah-masalah muslimin di luar Arab. Apakah Nawwab lain akan muncul di Iran?” [9]<br /><br />Oleh karena itu, Ustad Yakan sedang menanti Nawwab lain. Jadi -sumpah demi Allah- mengapa ketika Nawwab dan orang yang lebih besar dari Nawwab datang, sebagian marah dan sebagian lagi malah menjadi demam?!<br /><br />Majalah al-Muslimun yang diterbitkan Ikhwanul Muslimin, dalam salah satu edisinya berjudul “Bersama Nawwab Safavi” menulis: “Syahid yang mulia, Nawwab Safavi, memiliki hubungan erat dengan al-Muslimun dan pada bulan Januari 1954 Masehi tinggal kantor majalah di Mesir sebagai tamu.”[10]<br /><br />Kemudian, berkaitan dengan pendapat Nawwab tentang para tahanan dari kelompok Ikhwan, majalah ini menulis:<br /><br />“Ketika pembesar-pembesar Islam di mana saja menjadi sasaran para taghut, kaum muslimin harus menutup mata dari perselisihan antara mazhab dan harus bersama-sama merasakan penderitaan dan kesedihan saudara-saudaranya yang dizalimi ini. Tidak bisa diragukan lagi bahwa dengan perjuangan Islam, kita bisa menggagalkan usaha musuh untuk menciptakan perpecahan di antara kaum muslimin. Keberadaan berbagai mazhab dalam Islam bukanlah bahaya dan kita juga tidak bisa menghapuskan mazhab-mazhab itu. Apa yang harus kita cegah adalah penyalahgunaan kondisi ini oleh kalangan tertentu.”[11]<br /><br />Di akhir makalah, majalah ini mengutip ucapan Nawwab Safavi:<br /><br />“Kami yakin bahwa kami pasti akan terbunuh. Jika tidak hari ini, mungkin besok. Tetapi darah dan pengorbanan kami akan menghidupkan Islam dan akan membangkitkan Islam. Islam hari ini membutuhkan darah dan pengorbanan, tanpa keduanya, Islam tidak akan pernah bangkit lagi.<br /><br />Sebelum kita akhiri pembahasan tentang hubungan Ikhwanul Muslimin dengan Syiah, kami harus menyebutkan bahwa Ustad Abdul Majid al-Zandani, Sekjen Ikhwanul Muslimin -sampai dua tahun lalu- yang berada dalam tahanan di Utara Yaman adalah Syiah[12] dan sebagian besar anggota Ikhwan di Utara Yaman adalah Syiah.<br /><br />Sekarang, kita kembali ke masalah Jamaah Taqrib agar kita bisa mendengar ucapan anggota penting Jamaah, pemimpin besar, Mahmud Syaltut, Syaikh Al-Azhar. Dia berkata:<br /><br />“Saya meyakini ide taqrib ini sebagai sebuah garis kebijakan yang benar dan sejak awal saya ikut berperan dalam Jamaah.”[13]<br /><br />Kemudian beliau berkata:<br /><br />“Al-Azhar Al-Syarif saat ini mengakui hukum dasar (dasar taqrib di antara pemeluk berbagai mazhab) dan akan menganalisa fikih mazhab-mazhab Islami dari Sunni sampai Syiah; analisa yang berlandaskan dalil dan argumentasi serta tanpa mengedepankan fanatisme kepada ini dan itu." [14]<br /><br />Selanjutnya beliau berkata:<br /><br />“Andai saya bisa berbicara pada pertemuan-pertemuan Daruttaqrib. Saat itu, ketika seorang warga Mesir duduk berdampingan dengan seorang warga Iran atau Libanon atau Pakistan atau utusan negara-negara lainnya, dari Mazhab Hanafi, Maliki, Syafii dan Hanbali duduk mengitari meja di sisi pemeluk mazhab Imamiah dan Zaidiyah, dan terdengarlah suara-suara yang mengungkapkan keilmuan, tasawwuf dan fikih serta ruh persaudaraan, rasa persatuan, cinta dan kerjasama di dalam bidang ilmu dan irfan." [15]<br /><br />Syaikh Syaltut mengisyaratkan bahwa sebagian kalangan yang menyangka bahwa tujuan dari ide taqrib adalah menghapuskan mazhab atau menggabungkan satu mazhab dengan mazhab lainnya, beliau berkata:<br /><br />“Orang-orang yang berpikiran sempitlah yang memerangi ide ini, sebagaimana kelompok lain yang memeranginya karena kepentingan. Tidak ada satu ummatpun yang tidak memiliki orang-orang seperti ini. Mereka yang melihat keberlangsungan dan kehidupannya ada di dalam perpecahan akan memerangi ide taqrib dan orang-orang berhati busuk, pemuja hawa nafsu dan mereka yang memiliki kecenderungan tertentu juga akan memeranginya. Mereka ini adalah orang-orang yang menjual penanya demi politik perpecahan! Politik yang memerangi setiap gerakan perbaikan baik secara langsung atau tidak langsung dan menghalangi setiap perbuatan yang dapat menimbulkan persatuan kaum muslimin.”<br /><br />Sebelum saya menutup pembicaraan tentang al-Azhar, mari kita dengarkan fatwa yang dikeluarkan Syaikh Syaltut tentang mazhab Syiah. Dalam fatwa itu disebutkan:<br /><br />“Mazhab Ja’fari yang terkenal dengan mazhab Syiah 12 Imam, adalah mazhab yang sama seperti mazhab Ahli Sunnah, beribadah dengan mazhab tersebut dibolehkan dalam syariat. Kaum muslimin harus mengetahui hal ini dan terbebas dari fanatisme yang salah berkaitan dengan mazhab tertentu, sebab agama dan syariat Allah tidak tergantung pada satu mazhab khusus atau terbatas pada satu mazhab saja. Karena semua telah berjtihad dan karena itu mereka diterima di sisi Allah."[16]<br /><br />Mari kita tinggalkan Jamaah Taqrib dan kita akan sampai pada pemikir-pemikir Islam yang tak terhingga, kita mulai dari Syaikh Muhamamd Ghazali, beliau berkata:<br /><br />“Keyakinan (akidah) juga tidak bisa aman dari gigitan kerusushan sebagaimana yang dialami oleh politik dan pemerintahan, sebab syahwat-syahwat yang menginginkan keutamaan dan dominasi dengan paksaan telah memasukkan hal-hal lain dalam keyakinan, dan sejak saat itulah kaum muslimin terbagi menjadi dua bagian besar Syiah dan Sunni. Padahal kedua kelompok ini mengimani Allah yang esa dan kenabian Muhammad saw dan masing-masing tidak mempunyai kelebihan apapun dalam unsur-unsur akidah yang menyebabkan kekokohan agama dan menimbulkan kebebasan.[17]<br /><br />Dalam lembar yang sama dalam bukunya, dia menambahkan:<br /><br />“Meskipun dalam beberapa bagian hukum-hukum fikih saya memiliki pendapat yang bertentangan dengan Syiah, tetapi saya tidak yakin bahwa orang yang bertentangan pendapat dengan saya adalah orang berdosa. Posisi saya di hadapan sebagian pendapat fikih yang banyak diamalkan di kalangan Ahli Sunnah juga demikian.<br /><br />Di bagian lain bukunya, dia berkata:<br /><br />“Akhirnya, perpecahan antara Syiah dan Sunni mereka hubung-hubungkan dengan ushul akidah agar agama yang satu kembali terkoyak dan ummat yang satu bercabang menjadi dua bagian dan satu bagian mengintai bagian lainnya bahkan menantikan kematian bagian lainnya! Barang siapa yang membantu pengelompokan ini walau dengan dengan satu kata, maka dia akan masuk dalam ayat ini:<br /><br />إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُواْ دِينَهُمْ وَكَانُواْ شِيَعًا لَّسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ إِنَّمَا أَمْرُهُمْ إِلَى اللّهِ ثُمَّ يُنَبِّئُهُم بِمَا كَانُواْ يَفْعَلُونَ[18]<br /><br />Mereka yang memecah belah agama dan menjadi berkelompok-kelompok di dalamnya mereka itu bukan bagian darimu. Allah yang akan mengurus mereka dan akan menyadarkan mereka lewat siksaan dari apa yang mereka telah lakukan.<br /><br />Ketahuilah bahwa mengkafirkan orang lain terlebih dahulu saat berdialog adalah mudah dan membuktikan kekafairan lawan bisa dilakukan di tengah hangatnya pembahasan lewat ucapan lawan sendiri.[19]<br /><br />Kemudian, Syaikh Muhammad Ghazali kembali berkata:<br /><br />“Dalam kedua kelompok, hubungan keduanya dengan Islam berdasarkan iman kepada kitabullah dan sunnah nabi dan secara mutlak sama-sama menyepakati ushul-ushul mayoritas agama. Jadi dalam furu dan syariat mereka menjadi bercabang-cabang. Mereka sepakat bahwa mujtahid akan mendapat pahala baik jika ijtihadnya benar atau salah. Ketika kita memasuki fikih praktis dan perbandingan, dan jika kita analisa antara pendapat ini dan itu, atau menilai mana hadis shahih dan dhaif, maka kita akan melihat bahwa jarak antara Syiah dan Sunni sama seperti jarak antara fikih mazhab Abu Hanifah, Maliki atau Syafii. Kita harus melihat sama semua orang yang mencari hakikat meski cara dan metode mereka berbeda-beda.”[20]<br /><br />Dalam kitab Nazarat fil Qur’an, kita dapat melihat Syaikh Ghazali membawa salah satu ucapan ulama Syiah dan salah satu catatan pinggir kitab itu, Ghazali berkata:<br /><br />“Dia adalah salah satu faqih dan sastrawan besar Syiah. Kita akan membahas semua ucapannya, sebab sebagian orang-orang yang belum matang pikirannya menyangka bahwa Syiah bukanlah Islam dan telah melenceng dari Islam. Dalam bab I’jaz akan disebutkan materi yang akan membuat kita lebih mengenal Syiah.”[21]<br /><br />Dalam catatan pinggir dari salah satu halaman bukunya, ketika memperkenalkan seorang ulama lainnya (Hibbaddin Husaini Syahrestani), Ghazali berkata:<br /><br />“Dia adalah salah satu ualam besar Syiah dan kami sengaja membawa ringkasan ucapannya di sini agar pembaca muslim mengetahui dengan jelas ketinggian ilmu ulama ini tentang esensi I’jaz dan tingkat kesucian kitabullah di kalangan kaum Syiah.”[22]<br /><br />Oleh karena itu, Syaikh Ghazali yang merupakan salah satu pemikir Ikhwanul Muslimin terpenting berbicara demikian tentang Syiah dan menyingkirkan seluruh dugaan sederhana sehingga nilai hakikat mampu menepis kegelapan karena kejahilan, dendam dan kebutuhan orang-orang yang berpikiran sempit.<br /><br />DR. Subhi Shaleh—salah satu ulama terkenal Libanon—berkata: “Dalam hadis-hadis para Imam Syiah yang diriwayatkan tak lain adalah hadis-hadis yang sesuai sunnah Nabi.”[23] Kemudian dia menambah: “Sumber kedua syariat setelah kitabullah adalah sunnah Nabi yang memiliki kedudukan sangat tinggi di sisi mereka.”<br /><br />Ustad Said Hawi—salah satu mantan pemimpin Ikhwanul Muslimin Suriah—ketika berbicara tentang bagian-bagian manajemen Darul Islam ketika diperluas dari bentuk federal berkata:<br /><br />“Secara ilmiah, kondisi dunia Islam saat ini adalah bahwa Islam tersusun atas mazhab-mazhab fikih atau mazhab-mazhab akidah. Dan setiap mazhab berkuasa di daerah-daerah tertentu. Apakah ada uzur syar’i yang membuat hal ini menghalangi jalan untuk memperhatikan hal ini dalam pembagian manajemen? Jadi sebuah daerah yang memiliki satu bahasa harus memiliki satu kawasan pemerintahan. Setiap kawasan memilih sendiri pemimpinnya dan dalam saat yang sama kawasan ini masih berada di bawah pengawasan pemerintahan pusat.”[24]<br /><br />Pengakuan jelas ini berasal dari salah satu pembesar Ikhwanul Muslimin saat ini tentang beragamnya mazhab misalnya Syiah yang tidak merusak Islam, masyarakat dan agama dan jika Syiah mendirikan Darul Islam, maka harus ada kawasan pemerintahan independen dan pemimpinnya.<br /><br />DR. Mustafa Syaka’ah, salah satu peneliti muslim berkata:<br /><br />“Mazhab Syiah Imamiah adalah syiah yang terkenal dan sedang hidup di tengah-tengah kita bahkan kita memiliki hubungan kasih sayang dengan mereka. Mereka juga berusaha mewujudkan pendekatan berbagai mazhab sebab intisari agama dan itu adalah satu dan asas agama yang kokoh. Dan agama tidak mengizinkan para pemeluknya menjauh satu sama lain.”[25]<br /><br />Kemudian, tentang kelompok yang merupakan mayoritas penduduk Iran ini dan tentang keadilan mereka, berkata:<br /><br />“Mereka lepas tangan dari ucapan-ucapan yang terucap dari berbagai firqah dan menganggapnya kufur dan sesat.”[26]<br /><br />Syaikh mulia Imam Muhammad Abu Zuhrah dalam kitab Tarikh al-Mazhahibul Islamiyyah berkata: “Tidak bisa disangkal lagi bahwa Syiah adalah salah satu firqah Islam. Tentu saja kita harus memisahkan firqah Sabaiah yang yang mengakui Ali sebagai Tuhan dari Syiah (dan sudah jelas bahwa Sabaiyah adalah kafir di mata Syiah).[27] Dan tidak bisa diragukan lagi bahwa seluruh akidah Syiah berdasarkan nash al-Qur’an atau hadis-hadis yang dinisbahkan kepada Nabi.” Dia juga berkata:”Mereka menyayangi tetangganya yang sunni dan tidak menjauhi mereka.”[28]<br /><br />DR. Abdulkarim Zaidan, salah satu pemimpin penting Ikhwanul Muslimin Irak menulis:<br /><br />“Mazhab Ja’fari ada di Iran, Irak, India, Pakistan, Libanon dan Suriah atau negara-negara lainnya. Antara fikih Ja’fari dan mazhab lainnya tidak lebih dari perbedaan antar mazhab dengan mazhab lainnya.”[29]<br /><br />Ustad Salim Bahansawi yang merupakan salah satu pemikir Ikhwan, dalam kitabnya yang penting السنة المفترى عليها membaha masalah ini dengan terperinci, dan ketika menjawab klaim orang-orang yang mengatakan bahwa Syiah memiliki Qur’an lain selain Qur’an kita, berkata:”Qur’an yang ada di kalangan Ahli Sunnah adalah Qur’an yang ada di masjid dan di rumah-rumah orang Syiah.”[30] Dia juga berkata: “Syiah Ja’fari (12 Imam) meyakini bahwa barang siapa yang mentahrif Quran yang turun kepada mereka dari awal Islam adalah kafir.[31]<br /><br />Dia melanjutkan jawabannya kepada Muhibuddin Khatib dan Ihsan Ilahi Zahir tentang tahrif Qur’an dan membawakan risalah di halaman 68-75 dalam kitabnya yang mengandung pendapat mayoritas ulama dan mujtahid Syiah berkaitan klaim ini. Dan dia membawa ucapan Ayatullah Khui:”Apa yang sudah diketahui adalah bahwa tidak terjadi tahrif dalam Qur’an dan apa yang kita miliki, adalah Qur’an yang turun kepada Nabi Muhammad saw.”[32]<br /><br />Dan dia menukil ucapan Syaikh Muhammad Ridha Muzaffar—ulama terkenal Syiah asal Irak: “Apa yang ada di tangan kita dan yang kita baca adalah Qur’an yang turun kepada Nabi. Dan barang siapa yang mengklaim hal selain ini adalah pembohong dan pembuat mughalathah. Ucapan mereka tentang tahrif Qur’an ini keluar telah dari jalan yang benar. لَا يَأْتِيهِ الْبَاطِلُ مِن بَيْنِ يَدَيْهِ وَلَا مِنْ خَلْفِهِ<br /><br />Kemudian, dia juga menukil dari Kasyiful Ghita: “Semua meyakini dan berijma bahwa tidak ada kekurangan, tambahan dan tahrif dalam al-Qur’an.”<br /><br />Tentu saja pendapat-pendapat lain masih banyak dalam halaman buku yang disebutkan di atas, jika berminat silahkan merujuk buku tersebut.<br /><br />Berkaitan dengan sebagian riwayat tidak benar yang mungkin saja digunakan sebagian kalangan sebagai dalil, harus dikatakan bahwa hadis-hadis ini adalah tertolak. Hadis-hadis demikian juga ada di kalangan Ahli Sunnah dan mereka juga menolak hadis-hadis tersebut.”[33]<br /><br />Tentang ishmat, Ustad Bahansawi berkata:<br /><br />“Ishmat yang diingkari Ahli Sunnah tidak akan berakhir dengan pengkafiran satu sama lainnya jika kedua mazhab memahaminya sebagaimana yang dimaksud oleh mazhab 12 Imam. Sebab makna ishmat yang diakui oleh Syiah 12 Imam tidak termasuk sebagai hal-hal yang keluar dari agama dalam Ahli Sunnah. Pengingkaran ishmat adalah hal pandanagn dan pemikiran, sebab tidak ada dalam nash-nash yang yang diyakini oleh Ahli Sunnah. Dan sebagaimana sudah jelas, kekafiran hanya akan terjadi jika terjadi pengingkaran atas hal-hal yang pasti dalam Qur’an dan hadis dan si pengingkar juga mengetahui masalah ini. Jadi, jika si pengingkar tidak tahu atau meyakini ketidakshahihan riwayat maka dia tidak kafir meskipun kita tidak mengajukan dalil syar’i kepadanya.”[34]<br /><br />Setelah Ustad Bahansawi, mari kita menuju Ustad Anwar Jundi dan kitabnya al-Islam wa Harikah Tarikh. Dia berkata:<br /><br />“Sejarah Islam penuh dengan pertentangan dan perseteruan pikiran serta pertikaian politik antara Ahli Sunnah dan Syiah. Para agressor asing sejak Perang Salib sampai sekarang selalu berusaha memanfaatkan pertentangan ini dan memperdalam pengaruhnya agar persatuan dunia Islam tidak sempurna. Oleh karena itu, gerakan pro Barat dalam rangka memecah belah antara Ahli Sunnah dan Syiah menciptakan permusuhan di antara keduanya. Ahli Sunnah dan Syiah memahami bahwa ini adalah skenario, maka mereka pun berusaha mempersempit arena pertentangan.”[35] <br />Sekarang, apakah kita telah memahami bahwa siapa yang menciptakan fitnah ini? Siapa yang mengambil manfaat darinya? Apakah kita mengerti bahwa setan inilah yang mengajak kaum muslimin pada perpecahan dan pengkafiran satu sama lain, padahal perbedaan yang ada lebih sedikit dari apa yang dibayangkan oleh orang-orang yang tertipu oleh setan ini. Ustad Anwar Jundi kemudian berkata:<br /><br />“Kenyataannya adalah bahwa perbedaan antara Sunni dan Syiah tidak lebih dari perbedaan antara mazhab Sunni yang empat.”[36]<br /><br />Supaya kita tidak menduga seperti ini bahwa Syiah dan Sunni secara umum adalah berbeda dan dalam sejarah mereka bukan termasuk ghuluw mari kita baca ungkapan Ustad Jundi: “Sudah selayaknya para peneliti berhati-hati dalam menyamakan Syiah dengan Ghulat. Para Imam Syiah sendiri menyerang Ghulat dan telah mengingatkan rekayasa para Ghulat.”[37]<br /><br />Ustad Sami’ Athifuzzain, penulis kitab al-Islam wa Tsiqafatul Insan telah menulis sebuah buku berjudul al-Muslimun…Man Hum? (Siapakah Kaum Muslimin?) yang di dalamnya terdapat analisa posisi Sunni dan Syiah. Dalam mukaddimah kitabnya, dia menulis:<br /><br />“Pembaca yang mulia, apa yang menyebabkan buku ini ditulis adalah dua pengelompokan buta yang saat ini muncul dalam masyarakat kita, khususnya di antara kaum muslimin Syiah dan Sunni yang semestinya terhapus dengan terhapusnya kejahilan. Tetapi sayangnya, hal ini terus berakar dalam hati-hati yang tidak sehat, sebab sumber pengelompokan ini adalah sekelompok orang yang berhasil menguasai dunia Islam lewat nifaq. Kelompok itu adalah musuh Islam yang tidak bisa hidup kecuali seperti lintah penghisap darah. Saudara-saudara Syiah dan Sunniku! Saya akan mengungkapkan hakikat penting tentang pemahaman Qur’an, Sunni dan Syiah kepada anda karena perbedaan ini hanya terletak pada pemahaman atas Qur’an dan Sunnah bukan pada asli Qur’an dan sunnah.”[38]<br /><br />Ustad Sami’ Athifuzzain, di akhir bukunya berkata:<br /><br />“Setelah kita mengetahui dalil terpenting yang membuat ummat mengalami badai, saya akan mengakhiri buku ini dengan ungkapan ini, bahwa kita sebagai muslimin khususnya dalam era ini memiliki kewajiban untuk menjawab penyelewengan mereka yang menjadikan mazhab-mazhab Islam sebagai alat untuk menyesatkan dan mempermainkan pikiran serta meningkatkan keraguan dan syak,” dan “kita harus menghilangkan ruh jelek perpecahan dan menutup jalan bagi mereka yang memperluas kekerasan dalam agama, agar kaum muslimin kembali bersatu seperti masa lalu, berkerja sama, saling mencintai, bukan berkelompok-kelompok, garang dan jauh satu sama lainnya” “mereka harus sabar meneladani khualafaur rasyidin yang salingbekerja sama”.[39]<br /><br />Ustad Abul Hasan Nadawi menginginkan terciptanya kedekatan antara Syiah dan Sunni. Kepada Majalah al-I’tisham, dia berkata: “Jika hal ini terlaksana—yaitu kedekatan Sunni dan Syiah—akan terjadi sebuah revolusi yang tak ada tandingannya dalam sejarah baru pemikiran Islami.”[40]<br /><br />Ustad Shabir Tha’imah berkata:<br /><br />“Sudah selayaknya dikatakan bahwa antara Syiah dan Sunni tidak memiliki perbedaan dalam ushul. Sunni dan Syiah adalah muwahhid. Perbedaan hanya pada furu’ [fikih] yang sama saja seperti perbedaan fikih di antara mazhab yang empat (Syafii, Hanbali…). Mereka mengimani ushuluddin sebagaimana yang ada dalam Quran dan sunnah Nabi. Selain itu mereka juga mengimani apa yang harus diimani. Mereka juga mengimani bahwa seorang muslim yang keluar dari hukum-hukum penting agama, maka Islamnya tidak benar (bathil). Yang benar adalah bahwa Sunni dan Syiah, keduanya adalah mazhab dari beberapa mazhab Islam yang mengambil ilham dari kitabullah dan sunnah nabi.”[41]<br /><br />Ulama-ulama Ushul Fiqh meyakini bahwa jika para mujtahid Syiah benar-benar tidak sepakat dalam satu hal, ijma (kesepakatan pendapat dalam hukum) tidak akan tercapai sebagaimana jika para mujtahid Ahli Sunnah tidak mencapai kesepakatan. Ustad Abdul Wahab Khalaf berkata:<br /><br />“Dalam ijma’ ada empat rukun dan jika tidak tercapai ijma kecuali dengan adanya keempat rukun tersebut. Rukun kedua adalah bahwa semua mujtahid menyepakati sebuah hukum syar’i dari sebuah kejadian pada saat terjadi tanpa memandang negara, ras atau firqahnya. Jika dalam sebuah kejadian hanya mujtahid-mujtahid Haramain atau hanya mujtahid-mujtahid Irak atau hanya mujtahid-mujtahid Hijaz atau hanya mujtahid-mujtahid Ahli Bait, atau hanya mujtahid-mujtahid Ahli Sunnah menyepakati hukum tanpa kesepakatan mujtahid-mujtahid Syiah, maka dengan kesepakatan khusus ini secara syar’i tidak akan tercapai. Sebab ijma baru tercapai hanya dengan kesepakatan umum semua mujtahid dunia Islam dalam satu peristiwa dan ini tidak berlaku pada selain mujtahid.”[42]<br /><br />Jika kesepakatan Syiah untuk tercapainya ijma diangap penting, maka apakah setelah ini Syiah juga tetap dianggap sebagai firqah sesat dan akan masuk neraka?!<br /><br />Ustad Ahmad Ibrahim Beik yang merupakan guru Syaikh Syaltut, Syaikh Abu Zuhrah dan Syeikh Khalaf, dalam kitabnya علم اصول الفقه ويليه تاريخ التشريع الاسلامي dalam pembahasan khusus tentang sejarah Syiah, menuliskan:<br /><br />“Syiah Imamiah adalah muslimin dan mengimani Allah, Nabi, Qur’an dan semua yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw. Mazhab mereka banyak dianut di Iran.”[43]<br /><br />Kemudian dia menambah:<br /><br />“Di tengah-tengah Syiah, di masa lalu dan saat ini, telah muncul ulama-ulama besar dalam berbagai ilmu dan seni. Mereka memeliki pemikiran yang dalam dan pengetahuan yang luas. Kitab-kitab karangan mereka mempengaruhi ratusan ribu orang dan saya mengetahui mayoritas buku-buku tersebut.”[44]<br /><br />Dalam catatan pinggir di dalam halam kitab tersebut, dia menulis: “Di kalangan orang-orang yang dinisbahkan sebagai Syiah juga terdapat (Ghulat) yang sebenarnya telah keluar dengan keyakinan yang dimilikinya dan mereka sendiri ditolak oleh Syiah Imamiah dan kelompok ghulat ini tidak dibiarkan begitu saja oleh Syiah.”<br /><br />Setelah kesaksian yang banyak dari para ulama ini, saya ingin menunjukkan bahwa mereka yang berusaha mengulang kembali fatwa Ibnu Taimiyyah yang menentang Rafidhah—meliputi hampir semua firqah Syiah—dan berusaha mempermalukan Syiah 12 Imam dengan fatwa ini dan sebagai hasilnya mereka berusaha menentang Revolusi Islam, sesungguhnya mereka telah melakukan beberapa kesalahan penting:<br /><br />1. Mereka tidak bertanya terlebih dahulu mengapa dalam sejarah Islam sebelum Ibnu Tayyimah, fatwa seperti ini tidak pernah ditemukan? Apalagi Ibnu Taimiyyah hidup pada abad ke-8 H yaitu 6 abad setelah kemunculan Syiah.<br /><br />2. Mereka tidak mampu memahami jaman Ibnu Taimiyyah dan ketimpangan sosial masyarakat Islam ketika pihak luar menyerang Islam.<br /><br />Dalam maraknya kebencian terhadap Revolusi Islam Iran—dan pengambilan sikap politik negatif terhadap Iran—mereka tidak berusaha untuk menganalisa apakah kata ‘Rafidhah’ sesuai untuk Syiah atau tidak?<br /><br />Ustad Anwar al-Jundi dalam bukunya berkata: “Rafidhah bukan Sunni dan Syiah.”[45]<br /><br />Imam Muhammad Abu Zuhrah dalam kitabnya tentang Ibnu Taimiyyah telah membahas sebagian firqah Syiah seperti Zaidiyah dan 12 Imam tanpa menyebut sedikit pun tentang sikap negatif Ibnu Taimiyyah. Tetapi ketika menyebutkan Ismailiyah, dia berkata: “Inilah firqah yang ditentang oleh Ibnu Taimiyyah. Ibnu Taimiyyah memeranginya dengan pena, lidah dan pedang.”[46] Maka, Imam Abu Zuhrah membicarakan masalah ini dengan terperinci ketika membahas tentang firqah ini—menurut pengakuannya—karena sikap negatif Ibnu Taimiyyah terhadap firqah ini.<br /><br />Inilah sikap sebagian gerakan-gerakan dan pemimpin Islam terhadap masalah buatan berkaitan Syiah dan Sunni. Revolusi Islam Iran yang menyala sejak tahun 1978 M telah membangunkan ruh umat Islam dalam satu poros panjang dari Tanza sampai Jakarta. Dengan kemajuan Revolusi Islam, sebagian besar kaum muslimin mengharapkan kemenangan-kemenangan bercahaya seperti awal kemunculan Islam lewat Tehran dan Qom. Dengan kemajuan Revolusi Islam, sebagian besar kalangan mulai memihaknya, kalangan yang memperlihatkan kegembiraannya di jalanan Kairo , Damesyq, Karachi, Khurtum, Istanbul dan Baitul Muqaddas dan di mana saja yang yang ada kaum musliminnya.<br /><br />Di Jerman Barat, Ustad Isham Atthar, salah satu pemimpin bersejarah gerakan Ikhwanul Muslimin yang terkenal dengan keikhlasan, jihad panjang dan kesucian, pria yang tak pernah tunduk terhadap pemerintah manapun dan tidak pernah dekat dengan istana raja manapun, telah menulis sebuah kitab yang lengkap tentang sejarah dan akar Revolusi Islam. Dia mendampingi Revolusi dan telah mengirim telegraf dengan maksud mengucapakan selamat dan dukungan kepada Imam Khomeini.<br /><br />Ucapan atas pembelaannya terhadap Revolusi terekam dalam kaset dan tersebar dari tangan ke tangan para pemuda muslim. Dalam majalah ar-Raid yang dicetak di Jerman, dia juga mengakui dan menjelaskan tentang Revolusi Islam.<br /><br />Di Sudan, sikap gerakan Ikhwanul Muslimin dan para pemuda muslim Universitas Khurtum adalah sikap yang paling menarik yang disaksikan oleh ibukota-ibukota negara-negara Islam, tempat di mana mereka melakukan demonstrasi. DR. Hasab Turabi, pemimpin gerakan Islami di Sudan yang terkenal kepiawaiannya dalam masalah budaya dan politik, telah mengunjungi Iran dan bertemu dengan Imam Khomeini dan menumumkan pembelaannya terhadap Revolusi Islam dan pemimpinnya.<br /><br />Di Tunisia, majalah al-Ma’rifah, juga mendampingi Revolusi. Majalah itu mengucapkan selamat atas kemenangan Revolusi dan mengajak semua umat untuk menolongnya. Peristiwa ini sangat hangat sampai-sampai Ustade Rasyid Ghanushi pimpinan gerakan Islam Tunisia mengusulkan Imam Khomeini sebagai Imam Kaum Muslimin dalam sebuah makalah di majalah tersebut yang di kemudian hari menjadi penyebab pemberdelan majalah dan penawanan para pemimpin gerakan oleh pemerintah.<br /><br />Ustad Ghanushi meyakini bahwa kecenderungan keislaman kontemporer “telah mengalami kristalisasi dan bentuk paling jelas Imam al-Banna, Maududi, Quthb dan Imam Khomeini yang merupakan wakil dan pemimpin kecenderungan Islami paling penting dalam gerakan Islam kontemporer.”[47]<br /><br />Dia juga menjelaskan: “Dengan kemenangan Revolusi di Iran, Islam telah memulai sebuah tahapan organisnya.”[48] Dalam bukunya yang berjudul, Apa Maksud Kita dalam Istilah Gerakan Islami, dia berkata: “Ikhwanul Muslimin di Mesir, Jama’ah Islami di Pakistan dan gerakan Imam Khomeini di Iran.”[49]<br /><br />Dia juga berkata: “Di Iran, telah dimulai sebuah proses yang bisa jadi merupakan sebuah gerakan terpenting yang akan menyelamatkan seluruh kawasan dan kebebasan Islam dari cengkeraman pemerintahan-pemerintahan yang selalu berusaha menggunakan cengkeramannya menentang gelombang Revolusi di kawasan.”[50]<br /><br />Di Libanon, dukungan gerakan Islami terhadap Revolusi lebih jelas dan dalam. Ustad Fathi Yakan, pemimpin gerakan Islami dan majalah terkenalnya al-Aman telah memilih sikap islami dan berharga berkenaan Revolusi Islam. Ustad Yakan telah berkali-kali mengunjungi Iran, menghadiri berbagai perayaan dan telah mendukung Revolusi lewat ceramah-ceramahnya.<br /><br />Di Yordania, Ustad Muhammad Abdurrahman Khalifah, Sekjen Ikhwanul Muslimin sebelum dan sesudah mengunjungi Iran, menyatakan dukungannya terhadap Revolusi Islam, demikian juga Ibrahim Zaidkilani yang meminta Raja Husain mundur! Dan Ustad Yusuf al-Azm yang syair terkenalnya telah diterbitkan dalam majalah al-Aman telah mengajak ummat berbait kepada Imam Khomeini di dalam syairnya. Di akhir syairnya dia berkata:<br /><br />Salam atas Khomeini, pemimpin kami…<br /><br />Penghancur istana kezaliman, tidak takut pada api<br /><br />Kami berikan darah dan medali padanya<br /><br />Kami akan maju<br /><br />Mengalahkan kekufuran<br /><br />Meninggalkan kegelapan<br /><br />Agar dunia kembali terang dan damai.[51]<br /><br />Di Mesir, majalah-majalah gerakan Islami seperti ad-Da’wah, al-I’tisham wal Mukhtarul Islam juga mendampingi Revolusi dan mengakui keislaman Revolusi serta membela pemimpinnya. Ketika serangan Saddam ke Iran dimulai, di sampul depan majalahnya al-I’tisham menulis: “رفيق تكريتي.. شاگرد ميشل عفلق kembali ingin menegakkan Qadisiah (nama sebuah kota kuno di Irak) baru di Iran!.”[52]<br /><br />Dalam edisi yang sama, al-Itisham menulis makalah dengan judul “Ketakutan akan Meluasnya Revolusi Islam di Irak” dan menyatakan: “Saddam Husein menyakini bahwa masa perubahan tentara Iran dari tentara Syah ke tentara Islam adalah sebuah kesempatan emas dan tidak akan terulang! untuk menghancurkan tentara dan revolusi ini, sebelum para komandan dan tentara ini berubah menjadi sebuah kekuatan yang tidak terkalahkan di bawah ideologi Islami.”[53]<br /><br />Ustad Jabir Rizq, salah satu wartawan terkenal Ikhwanul Muslimin dalam al-I’tisham, ketika menuliskan faktor-faktor penyebab perang menulis: “Bersamaan dengan maraknya api peperangan, semua skenario Amerika menentang Iran mengalami kegagalan.”[54]<br /><br />Dia juga menambahkan: “Saddam Husein lupa bahwa dia akan memerangi sebuah negara yang jumlah penduduknya 4 kali penduduk Irak dan negara ini adalah satu-satunya negara yang mempu berevolusi menentang imprealisme salibi-Yahudi.”[55]<br /><br />Selanjutnya dia menambah:<br /><br />“Rakyar Iran bersama seluruh instansi terkaitnya siap untuk berperang sampai mereka meraih kemenangan dan bisa menghancurkan rezim haus darah Bats. Kekuatan rohani sedemikian rupa di kalangan rakyat Iran tidak pernah ditemukan sebelumnya. Keinginan mati syahid menjelma menjadi sebuah perlombaan dan pekerjaan yang ingin didahulukan. Rakyat Iran sangat yakin bahwa kemenangan pasti akan berada di tangan Iran.”<br /><br />Ustad Jabir Rizq menjelaskan bahwa tujuan penjajah melakukan perang adalah kehancuran Revolusi. Dia menulis: “Dengan kehancuran sistem Revolusi Iran maka bahaya yang mengancam bentuk-bentuk taghut ini juga akan hilang. Mereka menggigil membayangkan kemungkinan revolusi berbagai negara lainnya dalam menentang mereka serta kehancuran mereka lewat cara yang sama yang dilakukan rakyat muslim Iran saat menghancurkan Syah.”<br /><br />Dan kemudian, di akhir makalah dia menulis: “Tetapi Hizbullah telah menang, jihad dan syahadat tidak akan dihindari,<br /><br />و لينصرنَّ الله من ينصره ان الله لقوي عزيز. “<br /><br />Jadi, initi perang adalah hal ini bukan sebagaimana yang didengungkan oleh Saudi dan sebagian kalangan lugu yang tidak paham apa yang sedang terjadi di dunia dan berkata: Iran adalah Syiah dan ingin menghancurkan sistem Sunni di Irak! Kejahilan dan kebutaan ini sangat menyedihkan! Dan betapa besar pengkhianatan yang dilakukan oleh orang-orang yang menanamkan kejahilan dan kebencian di dalam hati ummat?!<br /><br />Al-I’tisham di salah satu majalahnya membuat judul: “Revolusi yang memperbaharui perhitungan dan mengguncang kestabilan”[56] dan dalam edisi ini dia mengajukan pertanyaan: “Mengapa Revolusi Iran merupakan revolusi terbesar di era kontemporer?”[57]<br /><br />Di akhir makalah yang sengaja ditulis untuk memperingati ulang tahun kedua Revolusi Islam, penulis sembari menulis tentang kekuatan tentara Syah dan peralatan yang digunakan untuk menghancurkannya, menambahkan: “Revolusi Iran akhirnya menang setelah mengalirkan darah ribuan orang dan dengan dengan aktivitas, hasil positif dan pengaruhnya, Revolusi mampu mengubah perhitungan dan mengguncang kestabilan serta merupakan revolusi terbesar dalam sejarah kontemporer.”<br /><br />Mari kita lihat sikap Ikhwanul Muslimin Mesir ketika terjadi krisis penawanan mata-mata yang mengeluarkan dan mengirimkan pengumuman kepada semua pemimpin gerakan-gerakan Islam di seluruh dunia:<br /><br />“Jika masalah hanyalah terkait dengan Iran, manusia bisa menerima sebuah jalan tengah setelah memahami kondisi yang ada, tetapi Islam dan kaum muslimin yang berada di mana saja bertanggung jawab dan menanggung amanat atas pemerintahan Islam, pemerintahan yang pada abad 20 telah menang dengan mengorbankan darah rakyatnya demi menegakkan pemerintahan Ilahi menentang pemerintahan otoriter, imperialis dan zionisme.”<br /><br />Pengumuman tersebut juga menyinggung pandangan Revolusi Iran kepada mereka yang berusaha melemahkan Revolusi dan berkata bahwa mereka itu tidak akan terlepas dari 4 kondisi ini:<br /><br />“Apakah seorang muslim yang tidak mampu memahami jaman topan Islam dan masih mengalami era ketundukan. Dia harus memohon ampun kepada Allah dan berusaha menyempurnakan kekurangan pengetahuannya tentang makna jihad dan kemuliaan Islam. Ataukah dia adalah boneka yang menjadi perantara pemenuhan kebutuhan musuh-musuh Islam meski harus dengan cara merugikan Islam tapi pada saat yang sama malah menyerukan persaudaraan dan pentingnya menjaga persaudaraan. Ataukah seorang muslimin lemah yang tidak memiliki pendapat dan keinginan, dan harus digerakkan oleh orang lain. Ataukah dia seorang munafik yang sedang memainkan tipudaya!”<br /><br />Saat serangan Saddam ke Iran dimulai, Divisi Internasional Ikhwanul Muslimin juga mengeluarkan pengumuman yang ditujukan kepada rakyat Irak dan menyerang partai Bats Kafir (sesuai ungkapan pengumuman):<br /><br />“Perang ini bukanlah perang membebaskan kaum lemah, wanita dan anaka-anak tidak berdaya dan tidak akan ada hasilnya. Rakyat muslim Iran sendiri telah membebaskan dirinya dari kezaliman imperialis Amerika dan Zionis lewat jihad herois dan revolusi mendasar yang sangat istimewa di bawah pimpinan seorang Imam yang tidak diragukan lagi adalah merupakan sumber kebanggaan Islam dan kaum muslimin.”<br /><br />Di akhir pengumuman, seruan ditujukan kepada rakyat Irak: “Hancurkanlah penguasa jahat kalian. Tidak ada kesempatan yang lebih baik dari ini. Letakkan senjata-senjata anda ke tanah dan bergabunglah dengan Revolusi. Revolusi Islam adalah revolusi anda semua.”<br /><br />Sikap Jamaah Islam Pakistan terjelma dalam fatwa Maulana Abul A’la Maududi yang dicetak dalam majalah ad-Da’wah saat menjawab pertanyaan majalah tentang revolusi Islam Iran. Faqih mujtahid yang diakui oleh semua gerakan Islam sebagai salah satu tokoh gerakan yang terkenal di jamannya, berkata:<br /><br />“Revolusi Imam Khomeini adalah sebuah revolusi Islam dan pelakunya adalah jamaah Islam dan para pemuda yang tumbuh dalam pangkuan tarbiyah Islam. Dan wajib bagi kaum muslimin secara umum dan gerakan-gerakan Islami secara khusus untuk mengakui dan bekerja sama dengan Revolusi ini dalam segala bidang.”[58]<br /><br />Oleh karena itu, hal ini adalah sebuah sikap syar’i berkaitan dengan Revolusi dan sebagaimana yang dikemukakan Maududi, jika kita ingin setia pada Islam maka mengakui dan bekerja sama dengan Revolusi adalah wajib. Memusuhi Revolusi dan menjalankan perang Salibi menentangnya, (yang dilakukan siapa?) yang dilakukan oleh kelompok-kelompok hanya digambarkan sebagai bagian dari gerakan Islam adalah pekerjaan salah di mata syar’i dan bertentangan dengan fatwa para mujtahid besar.<br /><br />Sebelum kita tinggalkan Maududi, saya akan sampaikan bahwa suatu hari seorang pemuda berkata kepada saya tentang penarikan fatwa Abul A’la yang dilakukannya sendiri. Saya kaget mendengar ucapan pemuda berhati baik ini yang mengutip ucapan tersebut dari orang lain dan orang tersebut juga menukilnya dari sumber terpercaya! Tetapi keheranan saya segera hilang ketika saya lihat ada tangan-tangan kotor di balik lelucon tak berharga ini. Siapakah yang menyebarkan peristiwa penarikan fatwa faqih mujtahid tersebut? Apakah tidak selayaknya hal itu diberitakan oleh ad-Da’wah? Tetapi ad-Da’wah dan yang lainnya tidak melakukannya dan tidak akan melakukannya.<br /><br />Orang pertama yang mengetahui hal ini adalah orang yang menciptakan lelucon itu dan seperti biasanya adalah ‘orang-orang terpecaya’ dari gerakan Islami hari ini! Tetapi poin aneh dalam hal ini adalah bahwa orang terpercaya itu sendiri tidak mengetahui hal ini bahwa sebulan setelah Abul A’la Maududi mengeluarkan fatwa tersebut, dia telah kembali ke alam baka.<br /><br />Dan sikap al-Azhar lewat mantan Syaikh al-Azhar, dalam wawancara dengan majalah as-Saryqul Ausath mengatakan: “Imam Khomeini adalah saudara muslim dan seorang muslim yang jujur.” Kemudian menambahkan: “Kaum muslimin adalah bersaudara meski berlainan mazhab dan Imam Khomeini berdiri di bawah bendera Islam, sebagaimana saya berdiri di bawahnya.”[59]<br /><br />Ustad Fathi Yakan, di akhir kitabnya yang berputar dari tangan ke tangan para pemuda gerakan Islam, ketika menganalisa skenario imperialis dan kekuatan internasional yang menentang Islam, berkata:<br /><br />“Sejarah menjadi saksi ucapan-ucapan kami. Dan Revolusi Islam Iranlah yang membuat seluruh kekuatan kufr dunia bangkit demi menghancurkan janin Revolusi itu dan itu dikarenakan Revolusi ini adalah Islami, tidak Timur dan tidak Barat.”[60]<br /><br />Nah, para pemuda Islam saat ini mendengarkan siapa? Mendengarkan Abul A’la Maududi dan Ustad Fathi Yakan atau orang-orang biasa, atau pengklaim Islam atau malah para pemiliki kepentingan?<br /><br />Bukti terakhir yang ada di tangan kita adalah ucapan yang tertera dalam majalah ad-Da’wah yang saat ini terbit di Yunani, dunia saat ini dapat menyaksikan kebangkitan integral Islam yang merupakan pengaruh dari Revolusi Islam Iran—dalam proses naik turunnya—yang mampu menggulingkan musuh terbesar, terlama dan terganas Islam dan kaum muslimin.”[61]<br /><br />Oleh karena itu, majalah ad-Da’wah menganggap Revolusi Iran sebagai Revolusi Islam dan memberikan pengaruh integral sebagaimana yang telah kami kemukakan di awal makalah.<br /><br />Berkaitan proses naik dan turunnya Revolusi, harus saya katakan bahwa hal ini tak lain adalah usaha para penjajah yang berusaha mempengaruhi jalannya gerakan Revolusi. Dan kaum muslimin wajib menghilangkan usaha kaum penjajah tersebut.<br /><br />Ini adalah sikap para ulama dan pemikir dalam gerakan Islam Sunni. Mari kita dengarkan ucapan Imam Khomeini ketika beliau sampai di Paris saat menjawab pertanyaan tentang azas Revolusi. Beliau berkata:<br /><br />“Faktor yang telah membagi kaum muslimin menjadi Sunni dan Syiah di masa lalu, sekarang tidak ada lagi. Kita semua adalah mulimin dan Revolusi ini adalah Revolusi Islam. Kita semua adalah saudara se-Islam.”<br /><br />Dalam kitab al-Harakatul Islamiyyah Wattahdis, Ustad Ghanushi mengutip ucapan Imam Khomeini: “Kami ingin agar Islam berkuasa sebagaimana yang telah diwahyukan kepada Rasulullah saw. Tidak ada beda antara Sunni dan Syiah, sebab pada jaman Rasulullah saw tidak terdapat mazhab-mazhab.”<br /><br />Dalam Konfernsi ke-14 ملتقي الفكر الاسلامي tentang Pemikiran Islam yang diselenggerakan di al-Jazair, Sayyid Hadi Khosrushahi, wakil Imam Khomeini berkata:<br /><br />“Saudaraku semua! Musuh-musuh kita tidak membedakan Sunni dan Syiah. Mereka hanya mau menghancurkan Islam sebagai sebuah ideologi dunia. Oleh karena itu, segala kerja sama dan langkah demi menciptakan perbedaan dan pertentangan antara muslimin dengan tema Syiah dan Sunni berarti bekerja sama dengan kufr dan memusuhi Islam dan kaum muslimin. Berdasarkan hal ini, fatwa Imam Khomeini adalah Pertentangan adalah haram dan pertentangan harus dihapuskan.”<br /><br />Apakah setelah ini kita mampu memahami intisari Revolusi, tugas-tugas sejarah dan kewajiban-kewajiban Ilahiah? Sekali lagi bahwa, Islam kembali hidup dalam pertarungan dengan colesy kontemporer Barat. Pendukung Islam Iran saat ini—di samping semua kaum muslimin yang sadar dan setia—telah mengibarkan bendera kehidupan baru demi mewujudkan kemenagna Islam di dunia dan demia mewujudkan tujuan akhir kehidupan—keridhaan Allah swt.<br /><br />Akhirul kalam, mari kita dengan mengikuti ucapan pemikir Mesir, Amsihi dan Marksist Ghali Syukri, yang menjelaskan sebagian tugas Ilahiah dalam serangan kepada Revolusi Islam. Dalam sebuah makalah yang diterbitkan oleh Dirasatu Arabiyyah dan majalah al-Bidrul Siyasi cetakan Quds menukilnya, Ghali menulis: “Salah satu keajaiban di zaman kita yang cukup jelas bagi semua orang adalah para pemikir yang dalam sejarah terkenal sebagai pemikir Marxisme telah berubah menjadi pendukung Islam murni hanya dalam sekejap mata. Para pemikir yang tergantung pada Barat telah berubah menjadi orang Timur yang taasub tanpa syarat apa pun.<br /><br />Demikianlah, di bawah bendera Imam Khomeini telah berkumpul sekelompok pemikir Arab dengan alasan pembaruan pendapat dalam hal-hal yang sudah jelas, dengan alasan kembali pada asli setelah keterasingan yang lama dan terpengaruh Barat serta dengan alasan kekalahan memalukan Marxisme, Laisme, Liberalisme dan Nasionalisme.”<br /><br />Ucapan Ghali Syukri selesai. Tetapi pada hakikatnya, meskipun dia menyerang dan menghina gelombang pro Khomeini, dia telah mempu memahami intisari Revolusi Islam lebih dari para ulama Islam lainnya!<br /><br />Akhirnya, saya akan mengulangi ucapan Imam Khomeini yang telah beliau sampaikan dalam khutbah 17 tahun lalu (Jumadil Awal 1384 H):<br /><br />“Tangan-tangan kotor yang telah menciptakan pertentangan di dunia Islam antara Sunni dan Syiah bukan Sunni dan Syiah. Mereka adalah tangan-tangan imperialis yang ingin berkuasa di negara-negara Islam. Mereka adalah pemerintahan-pemerintahan yang ingin merampok kekayaan rakyat kita dengan berbagai tipuan dan alat dan menciptakan pertentangan dengan nama Syiah dan Sunni.”[islammuhamamadi/mt/taghrib] <br />Oleh: DR. Izzuddin Ibrahim.<br />Kairo. <br /><br />Alih bahasa M Turkan <br /><br /><br />[1] Silahkan lihat kitab Asasut Taqaqaddum ‘Inda Mufkiril Islam fil ‘Alamil ‘Arabil Hadis (Asas-Asas Utama dalam Pandangan Para Pemikir Kontemporer Dunia Barat).<br />[2] Al-Wahdatul Islamiyyah, cetakan Beirut, hal. 7.<br />[3] Limaza Ightaila Hasan al-Banna, cetakan pertama, Darul I’tisham, hal. 32, dikutip oleh buku Assanatul Muftara ‘Alaiha, cetakan Kairo, hal. 57.<br />[4] Ibid, hal. 57.<br />[5] Kitab bersejarah ini telah saya terjemah dan telah dicetak oleh Yayasan Ittila’at.<br />[6] Kabural Harikatul Islamiah Fil ‘Asril Hadis, DR. Muhammad Ali Dhanawi, cetakan Mesir, hal. 150.<br />[7] Al-Mausu’atul Harakiyyah, karya Ustad Fathi Yakan, cetakan Beirut, hal. 163<br />[8] Qur’an Majid, surah Shaffat, ayat 171-173.<br />[9] Al-Islam, Fikrah wa Harikah wa Inqilab, Fathi Yakan, cetakan Beirut, hal. 56.<br />[10] Al-Muslimun, tahun kelima, nomor perdana, cetakan Dameys, bulan April 1956, hal. 73.<br />[11] Ibid, hal. 76. (*) dalam tanggal penulisan pembahsan ini, dia berada di dalam penjara dan saat ini memimpin gerakan Islami Yaman.<br />[12] Ketika tulisan ini ditulis, dia sedang mendekam di dalam penjara. Namun setelah bebas ia menjadi pemimpin Harakah Islamiyah di Yaman<br />[13] Al-Wahdatul Islamiyyah, hal. 20.<br />[14] Ibid, hal. 23.<br />[15] Ibid, hal. 24.<br />[16] Silahkan rujuk teks asli fatwa Syaikh Syaltut, dalam bagian bukti-bukti.<br />[17] Kaifa Nafhamul Islam, hal. 142.<br />[18] Qur’an Majid, surah al-An’am, ayat 159.<br />[19] Kaifa Nafhamul Islam, hal. 143.<br />[20] Ibid, hal. 144 dan 145.<br />[21] Nazaraat Fil Qur’an, cetakan Mesir, catatan pinggir, hal. 79.<br />[22] Ibid, catatan pinggir hal. 158.<br />[23] Ma’alimusy Syariatul Islamiyyah, cetakan Beirut, hal. 52.<br />[24] Al-Islam, jilid 2, hal. 165.<br />[25] Islam Bilaa Mazhab, hal. 182.<br />[26] Ibid, hal. 187.<br />[27] Silahkan rujuk kitab Abdullah bin Saba’, Bainal Waqi’ wal Khayal, karangan saya yang dicetak oleh Organisasi Internasional Pendekatan Mazhab-Mazhab Islami di Tehran, agar masalah sabaiyyah menjadi jelas—penerjemah.<br />[28] Tarikhul Mazahibul Islamiyyah, hal. 52.<br />[29] Al-Madkhal Lidarasatisy Syariatul Islamiyyah, hal. 128.<br />[30] Assanatul Muftara ‘Alaiha, hal. 60.<br />[31] Ibid, hal. 263.<br />[32] Ibid, hal. 60.<br />[33] Ibid, hal. 74.<br />[34] Al-Islam wa Harikatut Tarikh, hal. 42.<br />[35] Ibid, hal. 61.<br />[36] Ibid, hal. 421.<br />[37] Ibid.<br />[38] AL-Muslimun…Min Hum? Mukaddimah, hal. 9.<br />[39] Ibid, hal. 98-99.<br />[40] Al-I’tisham, cetakan Mesir tertanggal Muharram 1358 H.<br />[41] Tahdidat Imamul ‘Arubah wal Islam, hal. 208.<br />[42] ‘Ilmu Ushulul Fiqh, cetakan 14, hal. 46.<br />[43] ‘Ilmu Ushulul Fiqh wa Yalihu Tarikhut Tasyri’ul Islami, cetakan Mesir, Darul Anshar, pembahasan khusus ‘Tasyri’, hal. 21.<br />[44] Ibid, hal. 22.<br />[45] Al-Islam wa Harikatut Tarikh, hal. 242.<br />[46] Ibnu Tayyimah, karangan Muhammad Abu Zuhreh, hal. 170.<br />[47] Al-Harikatul Islamiyyah wat Tahdis, Rasyid Ghanawasyi-Hasan Turabi, hal. 16.<br />[48] Ibid, hal. 17.<br />[49] Ibid.<br />[50] Ibid, hal. 24.<br />[51] بالخميني زعيماً وامـــــام هدّ صرح الظلم لا يخشى الحمام<br /><br />قد منحناه وشاحا و وســام مــن دمانــا ومضينا للأمـــــام<br /><br />نهزم الشرك ونجتاج الظلام ليعــود الكـــون نــــوراً وسلام<br /><br />[52] Al-I’tisham, edisi Zul Hijjah 1400 H, Oktober 1980.<br />[53] Ibid, hal. 10.<br />[54] Al-I’tisham, edisi Muharram 1401 H, Desember 1980, hal. 36.<br />[55] Ibid, hal. 30.<br />[56] Al-I’tisham, edisi Safar 1401 H, 1981 Masehi.<br />[57] Ibid, hal. 39.<br />[58] Majalah ad-Da’wah, Mesir, No. 29, Agustus 1979.<br />[59] Asy-Syarqul Ausath, cetakan London-Jeddah, No. 762, hal. 4.<br />[60] Abjadiyyatut Tasawwurul Haraki lil ‘Amalil Islami, hal. 48.<br />[61] Majalah bulanan ad-Da’wah, cetakan Wina, No. 72, hal. 20, tertanggal Rajab, 1402 H, 1982 M.nabilhttp://www.blogger.com/profile/10999164119568672765noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-23966873.post-89103770963932820512009-02-18T09:26:00.001+07:002009-02-18T09:28:37.942+07:00UPAYA TOLERANSI YG PERLU DIKEMBANGKANMufti Mesir, Ali Jum’ah: Setiap Muslim Sah Menjalankan Ibadah Sesuai dengan Fiqih Syiah <br /> <br />Minggu, 08 Pebruari 2009 <br /><br /> <br /> <br />Mufti Mesir, Ali Jum’ah, menyatakan bahwa Syiah adalah mazhab Islam. “Setiap Muslim sah menjalankan Islam sesuai dengan mazhab fiqih Syiah”.<br /><br />Mufti Mesir ini juga mengingatkan mayoritas Muslim yang bermazhab Ahlus Sunnah untuk mengikuti konsep Syiah dalam ijtihad. “Syiah adalah sebuah mazhab Islam yang memiliki pola pikir yang maju dan progresif.”<br /> <br />Ali Jum'ah: Mufti Mesir<br /><br />Beliau menambahkan, “Kita harus mengakui bahwa para pengikuti mazhab ini telah mencapai kemajuan besar dalam banyak segi. Kita harus mengupayakan kerjasama di antara umat Islam demi keuntungan bersama.”<br /><br />Syaikh Jum’ah juga menyatakan bahwa semua pihak yang mendiskreditkan Syiah adalah elemen yang patut dicurigai sebagai agen yang punya misi-misi buruk. <br /><br />Syaikh Jum’ah lalu mengajak para pengikut Ahlus Sunnah wal Jama’ah untuk bergandeng tangan dengan pengikut Syiah demi kemajuan dan keunggulan umat. Beliau mengimbau semua pihak untuk mengesampingkan perbedaan-perbedaan sepela yang ada di antara Ahlus Sunnah dan Syiah.nabilhttp://www.blogger.com/profile/10999164119568672765noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-23966873.post-51390502299858208922008-08-09T12:24:00.000+07:002008-08-09T12:36:52.668+07:00Sunni-Shia UnityIN THE NAME OF GOD THE BENIFICIENT THE MERCIFUL.<br /><br />Sunni-Shia Unity<br /><br />A lecture by<br /><br />Shaykh .Ahmad Deedat<br /><br />The Following speech By Shaykh Ahmad Deedat, who is a world renowned<br />Sunni scholar from South Africa was made following his trip to the<br />Islamic Republic of Iran on 3 March , 1982.<br /><br />INTRODUCTION<br /><br />In the Holy Quran, Allah (SWT) says "It is he who has sent his apostle<br />with guidance and the religion of truth so that he may make it prevail<br />over all religions even though those who worship false Gods may detest<br />it" (Quran 9:33). Even though the United States, Russia and all the<br />superpowers may detest it. Allah's promise is not conditional on the<br />strength of the superpowers. In its widest sense the Islamic movement<br />spans the entire ummah, in its narrowest it represents that part of<br />the ummah which is most advanced in its struggle towards establishing<br />Islam as a total way of life.<br /><br />A few years ago one could not recognize a single leading edge in the<br />Islamic movement. This was the bleak outlook which faced the ummah as<br />history moved into the final decade of the 14th century Hijra. But the<br />world was unaware of the Islamic movement in Iran. Iran under the<br />ex-shah was beyond the pale of Islam. Iran was a blind spot. We were<br />Sunni and our age old ignorance was deep and total, and thus when the<br />Islamic revolution in Iran began to make headlines in early 1978. The<br />bulk of Muslims, who called themselves Sunni, were caught unaware. The<br />Shah's propaganda had then blamed the Islamic masters. The western<br />media, and the Muslim media manipulated by the west, and the alienated<br />regimes of Muslim countries had then dismissed the events in Iran as<br />insignificant. All of us were slow in recognizing the new reality in<br />Iran. There has been a systematic attempt at smearing Islamic Iran.<br />And the western media deliberately promoted false accounts of the<br />events of the Islamic revolution led by Ayatollah Khomeini who was<br />indeed the founder of the revolution, and the leader of the Islamic<br />republic of Iran.<br /><br />This campaign against Iran is nothing new. Right from the beginning<br />vested interests have carried on an unending campaign against the<br />Islamic revolution in Iran. this evening our guest speaker, Mr. Ahmad<br />Deedat who is a distinguished scholar of Islam, who hardly needs any<br />introduction to the public and who has just returned from his trip to<br />Iran, will present to us his first hand account on Iran. I now call<br />upon Mr. Ahmad Deedat to speak to you.(applause) .<br /><br />Shaykh Ahmad Deedat<br /><br />I seek refuge in the accursed Satan, In the name of God the Beneficent<br />the Merciful.<br /><br />The Holy Quran says:<br /><br />"And if you turn away (from Islam and the obedience of Allah), He will<br />substitute you for some other people, and they will not be like you."<br />Quran 47:38<br /><br />Mr. chairman and brothers: While we are looking skeptically of the<br />miracle of a nation reborn. Allah's inexorable decree is finding its<br />fulfillment in the rise and fall of nations which is mentioned in the<br />verse I have just read to you from Surah Muhammad. In the last section<br />of the last verse Allah(swt) reminds us, and warns us that if ye turn<br />back from your duties and responsibilities if you do not fulfill your<br />obligations then he will replace you with another nation.<br /><br />Our urdu speaking brethren use these words so beautifully when they<br />describe some mishap that occurs in the community in talking about<br />that other nation that can replace them. It is actually Quranic. And<br />this really has been happening throughout history again and again.<br />Allah (swt) first chose the Jews, the Bani Israel as he tells it in<br />the holy Quran: "O children of Israel! call to mind My favor which I<br />bestowed on you and that I preferred you to all other nations."(Quran<br />2:47). That favor was that they should become the torchbearers of the<br />knowledge of God to the world. This was the honor, this was the<br />privilege that was at first given to the Jews But because they did not<br />fulfil their end of the obligation, a Jew amongst the Jews Hadhrat Isa<br />(A.S.) as recorded in the Christian gospels told them "That the<br />kingdom of God shall be taken away from you and given to a nation<br />bringing forth the fruits thereof."(The Bible, Matthew 21:43). And<br />that nation, we will happily own up is the Islamic ummah. It was taken<br />away from the Jews and given to the Muslims. The Muslims then, among<br />them who were the Arabs at first, were given by Allah (SWT)the<br />privilege that they became the torchbearers of light and learning to<br />the world , but when they relaxed and failed to bring forth the<br />fruits, Allah(swt) replaced them with another nation. In history, we<br />remember the Turks and Mongols destroyed the Muslim empire and when<br />they accepted Islam they became the torchbearers of light and learning<br />to the world.<br /><br />As Iqbal beautifully describes this situation: "O' you Muslims, you<br />will not perish if Iran or the Arabs perish, that the spirit of the<br />wine is not dependent on the nature of it's container." The container<br />is our nations, our boundaries and the spirit of Islam is not<br />dependent on our geographical boundaries or national limitations. So<br />this is what Allah (swt) does again and again, he chose the Jews then<br />he chose the Arabs then when they became lax he chose the Turks and<br />when they became lax another people and so on and this is a continuous<br />process. If you don't do the job, Allah(swt) will chose another people<br />who will. In the world today there are a thousand million Muslim, that<br />is ,one billion we boast! And 90 percent of this one billion happens<br />to be the Sunni branch. We have stopped delivering the goods so<br />Allah(swt) chooses a nation that we have all been looking down upon.<br />The Iranians! The Shias! History has been very unkind to our brethren<br />in Iran that the shah happened to be the ruler, and his name happened<br />to be Muhammad. Imagine, that this mans name happened to be Muhammad<br />and he really wasn't a believer. It's hard for us to imagine today,<br />but once you go to that country and you go into the details and find<br />out what was going on. That this Iranian the shah it seems to be,that<br />he was a foreigner. If Hitler conquered this land and oppressed them,<br />then we could understand. If the Russians conquered the people, we can<br />understand. But here is a man who is an Iranian, speaking Persian,<br />whose name was Muhammad, and look at what he was stooping to. For<br />sixteen years he had forbidden Jummah prayers. Sixteen years. We had<br />been equating Iran with the shah and the shah with Iran. To us they<br />were synonymous terms. But when you go into details we learn that the<br />shah and the Iranian people were both apart. They were in reality<br />foreigners to one another.<br /><br />Now about this visit of mine to Iran and my impression. Let me begin<br />with the place where I had the first fragrance of this Iranian<br />brotherhood of ours and it happened to be in Rome. First I smelled it,<br />and then some of my companions had smelled it in the Rome airport. We<br />were waiting to get on the plane, and we had some problems with visas<br />and one of our men was given the responsibility of overcoming these<br />problems. So he goes to the Iran air office and he tells our problem<br />to a young lady wearing full Islamic attire with her body well<br />covered. It was Beautiful, Just beautiful to look at. And I mean that<br />when you look at these people in this attire you see that they are<br />beautiful people. So there was a lady in Rome and you brothers should<br />have seen the way she handled these problems. And someone came to me<br />and told me, man if you want to see a real Iranian Muslim girl you<br />should come over and I went and some others went and we saw. And that<br />was the first whiff we had of the Iranian ummah in Rome.<br /><br />When we landed in Iran, we were taken to a five star hotel which was<br />there before the revolution known as the Hilton hotel but is now known<br />as Hotel Istiqlal. And we were taken around. to places of interest and<br />I will relate to you some of the things we saw and I will try to<br />describe the feelings one has. If I remember correctly, the first<br />thing we visited was the Behesht Zahra cemetery. Behesht means<br />paradise in Persian and Zahra is the title of Fatima Al-Zahra (AS) who<br />was the daughter of Prophet Muhammad (saw). And Zahra means the<br />radiant one. So it was called Radiant paradise. And before arriving in<br />Iran, I had read about the Behesht Zahra cemetery. And I remember when<br />Imam Khomeini had arrived in Tehran he made a trip to the cemetery.<br />And I'm thinking why does one go to the cemetery? To make du'a? Yes.<br />For the departed souls? Yes. And when you think of cemeteries here in<br />South Africa you think of Brookstreet and Riverside. You cant imagine<br />that this cemetery is square kilometers by square kilometers. You Just<br />cant imagine. It is a big open ground where about a million or two<br />million people can be accommodated. And people gathered here because<br />it is the easiest place where people can release their emotional and<br />spiritual baggage because there you have the martyrs. Their were<br />70,000 or so people who were martyred in this revolution and 100,000<br />maimed. Unarmed people with only the slogan "Allahu Akbar" as their<br />weapons had toppled the mightiest military force in the middle east.<br />So we went to this cemetery There were about a million people there.<br />There were men and women and children and we were greatly inspired by<br />the enthusiasm and the feeling of our brothers and sisters there. It<br />was mid winter there, and the men and women and children were sitting<br />on the cold ground for hours on end. In mid-winter on the ground with<br />no carpets or chairs! A nation that could endure that discipline for<br />hours on end , you can only imagine what destiny Allah(swt) has<br />planned for them. A day or 2 later on my program I read Behesht Zahra<br />cemetery, again. The first time we went for a lecture, but we had seen<br />the graves people reciting poems of sorrow and reciting dua' and I<br />thought this second visit would be redundant. Why should one go a<br />second time? I've seen what a cemetery is. But all my companions were<br />going and I thought if everyone else was going, it wouldn't be good<br />for me to stay in the hotel relaxing when all my companions are going<br />in these buses to a cemetery. But I went and I became very happy. And<br />the second time I went it was a Thursday afternoon and Thursdays in<br />Iran is like Saturdays for us. And tens of thousands of people were in<br />the cemetery. This was a custom. It was like Eid. Tens of thousands<br />are there, for what else, but to charge their spiritual batteries. It<br />was a constant reminder to not forget. "My son gave his life for<br />Islam" or "my father gave is life for Islam " that they gave their<br />life for Islam. With that kind of system, Every Thursday is a<br />spiritual injection and reminder that they are willing to give their<br />life for Islam.<br /><br />There was a town hall that accommodated 16,000 people, compared to the<br />biggest town hall in South Africa which is the Good Hope Center in<br />Capetown for 8,000. This was built by the shah to boast his own "Aryan<br />myth". He was boasting not only that he was the shahanshah or king of<br />kings, but also that he was the aryamehr, light of the Aryans. What is<br />this Aryan sickness? Remember Hitler bragging about being Aryan<br />because the Germans are Aryans. And the Hindus boasting we are Aryans.<br />If my people, the Gujarati people, weren't Muslims we'd be boasting<br />about being Aryans as well. The ex shah claimed to be the light of<br />Aryans and he built this monument as a tribute. He built another<br />monument spending millions to commemorate his ancestor Cyrus the<br />great, a pagan, a mushrik and squandering the wealth of this nation<br />for this project. In 1984 he was supposed to have the world Olympics<br />in Tehran to boost his ego even further. In this town hall we saw<br />athletics, gymnastics, acrobatics. Unfortunately we Muslims here in<br />South Africa are like jellyfish, that is we have made ourselves into<br />jellyfish. Our young men do not participate in that kind of activity.<br />Who here does athletics, gymnastics, acrobatics we do not do that<br />here. It's not for us. Who does jogging, You know the young people<br />here, when I meet them I shake hands with them and they are like<br />jellyfish. Almost every young man you meet in Iran appears to be an<br />athlete. They are doing sports on a world standard and it makes one<br />feel so happy because there they are not projecting Iran. They are not<br />talking about Iran "we are Iranians, we are Aryans" instead they are<br />talking about Islam, about Islam, about Islam. There was not one<br />semi-naked girl, not a single girl who was half naked there. If the<br />shah had his way, if he was alive and organized it, there would have<br />been semi-naked girls for everyone to stare at and feast upon.<br /><br />In Iran everything is Islamic to strengthen the morality of the<br />people, boosting the men and women by the thousands. We were thrilled<br />, we were thrilled to see our children, we felt as if theses were our<br />children, our own brothers and sisters, we were really thrilled. We<br />saw these as things that our children can do. Then we went through a<br />military parade with different groups of Iranian men and there was no<br />shortage of man power. You know, some people want to go and help our<br />Iranian brethren. Alhamdulilah there is no shortage of man power they<br />only want the tools, and the weapons. If the Iranians had the military<br />weapons that the Israelis had, the whole of the middle-east would be<br />free from every kind foreign intervention in no time. This is a nation<br />that can do it. The spirit is there, the spirit of Jihad is there in<br />each and every man and woman in the nation. It seems that the whole<br />nation is involved in promoting Islam. We are talking about 20 million<br />people that they can put into the field. If they had the weapons and<br />the materials, every man woman and child would can go and do jihad.<br /><br />Then we visited the Iraqi prisoners of war. As you know when this war<br />started Iraq attacked Iran. The whole country was in turmoil. Iraq<br />felt that the Jews did it to the Arabs in 6 days, then they will do it<br />to the Iranians in 3 days and the whole world thought that in one<br />weeks time, Iran would crumble to pieces. And do you know how long it<br />has been now? It's been a year and a half, and even more. And in the<br />beginning there were twenty to one odds against them in men and<br />materials and the Iranians turned the tables and brought the odds to 3<br />to one still against them. And they were able to push them back. They<br />recaptured all their land and a hill that was named Allahu Akbar.<br />Before I went to Iran Dr . Kalim Siddiqui from the UK jokingly<br />remarked that "you guys have half a chance of becoming martyrs<br />(shahid).." It was a joke and it nearly became true. While we were<br />coming out of a city on the war front there was a field of tanks. And<br />our young men came out of the buses and started to climb onto the<br />tanks taking pictures to show people back home. Then one of the tanks<br />in the courtyard came out for a training demonstration on how it works<br />and suddenly we hear gunfire and in the distance we saw smoke coming<br />from a few places and some of our young men got scared and started<br />hiding behind bushes., and it turns out that we were under attack from<br />the Iraqis. And there were bombs exploding all around us and Allah<br />(swt) saved us. And remember Khaled had said that was half a chance<br />that we would become martyrs, well it almost became a full chance.<br />(laughter).<br /><br />We visited those wounded in the war and no one was complaining about<br />what had happened to them. One man had his leg amputated, and there<br />were no tears, I never saw a single tear from anyone, and they were<br />asking if it was possible to go back to the front. Their regrets were<br />not about their injuries but why they can't go back to the front to<br />fight and become shahid, this is the ambition of each and every Muslim<br />there. When we visited the prisoners of war the Iranians had captured<br />7000 prisoners of war and they looked healthy, well clothed, well fed.<br />One of my friends was interested in finding out what the Iraqi<br />prisoners felt about their condition first hand. And anyone he asked<br />said that they were being looked after very well. Then I had an idea.<br />Some were here for over a year and others for a few months and I was<br />wondering how many people had committed suicide. And I asked each<br />group of the prisoners of war and asked each group how many people<br />committed suicide. They said not one. I then asked the next group and<br />so on. Not one single person committed suicide amongst the 7800<br />prisoners of war. And if we look at our so called civilized western<br />country of South Africa, 46 people committed suicide in our prisons<br />this year alone and they are well fed well clothed have their own<br />cells and 46 committed suicide so far. And if people are not well<br />treated some are going to want to find an easy way out but there was<br />not one single person who committed suicide amongst the 7800 prisoners<br />of war.<br /><br />We went to visit the Imam, Ayatollah Ruhollah Musawi Khomeini. There<br />were about forty of us who waited for the Imam and the Imam came in<br />and was about ten meters away from where I was, and I saw the Imam. He<br />delivered the Lecture to us for about half an hour, and it was nothing<br />but the Quran, the man is like a computerized Quran. And the electric<br />effect he had on everybody, his charisma, was amazing . You just look<br />at the man and tears come down your cheek. You just look at him and<br />you get tears. I never saw a more handsome old man in my life, no<br />picture, no video, no TV could do justice to this man, the handsomest<br />old man I ever saw in my life was this man. There is something unique<br />to his name, too. First he is called Imam Khomeini. The word Imam is<br />to us a every cheap word. Wherever we go somewhere we ask who is the<br />Imam of the Masjid here. To the Shia there is only one Imam in the<br />world and he is the Twelfth Imam , they believe in the concept of<br />Imamate and that the Imam is the spiritual leader of the ummah. And<br />the first Imam according to the school of Imamate is Hazrat Ali(RA).<br />Then comes Imam Hassan who is the second Imam, Imam Hussein the third<br />Imam all the way until the twelve Imam, Imam Mohammad who disappeared<br />at the age of 5 and they are expecting his return. They use the term<br />"occultation" something like a spiritual hibernation like the Ashab<br />Al-cahf. And that he is expected to come back and he is the only one<br />in the world who can be called Imam. Most of their scholars are called<br />mullah, and Ayatollah means Allamah And Ayatollah Khomeini is called<br />Imam out of respect but they are waiting for the real Imam to come.<br />Ruhollah is the name his father gave him and do you know what it<br />means? Ruhollah means the 'word of God' and this is the title of<br />Hazrat Isa(as) in the Quran. Then he is Ayatollah which is another<br />title of Hazrat Isa(as) in the Quran. Al-Musawi is from the family<br />Musa and from the city of Khomein which is where his last name<br />Khomeini comes from. ...(break in audio at 41: 05 seconds). But they<br />are waiting for the Mahdi, and not Khomeini. They want to clean the<br />stables and make preparations for the Mahdi to come. In the Sunni<br />world we are also waiting for the Mahdi to come but we want him to<br />clean the stables for us, make us masters of the world and to make us<br />sit on the thrones. The Sunni world is just passively waiting. Until<br />then we can carry on with all our petty little squabbles, whatever we<br />are carrying on now. And it is only the Imam Mahdi which can clean the<br />world for us. This is the Sunni line of thinking. Khomeini on the<br />other hand tells his followers that we must help prepare the way so<br />that when he does come everything is already set up for him to act on.<br />While we, the Sunni world are waiting for Imam Mahdi to pull the<br />chestnut out of the fire for us, the Shias are preparing the world for<br />his arrival.<br /><br />You know there were many people with us from all over the world. And I<br />found types and types and types of sick people, a mental sickness that<br />is. I came across an alim from Pakistan Mauna Sahib and he thought<br />that there was something wrong with our Shia brothers. You see in Iran<br />when someone is lecturing and the name Khomeini is mentioned people<br />stop and everyone says durood on the Prophet(S) three times. But when<br />the name Mohammad is mentioned they send durood once. And this alim<br />from Pakistan says " look at these people just look at them. What kind<br />of Muslims are these people. When the name Mohammad is mentioned they<br />send durood on the Prophet(s) once but when the name Khomeini is<br />mentioned they send Durood on KHOMEINI three times."<br /><br />I said " What do they say , what do they say in this so called 'durood<br />on Khomeini'. "<br /><br />He said: Peace be upon Mohammad and the family of Mohammad.<br /><br />I said " Who is Mohammad? Khomeini? Who named Khomeini as Mohammad.<br />Their durood is on Prophet Mohammad(s) and you say it is on Khomeini."<br /><br />You know it's a sickness. There are many learned men but their minds<br />are so prejudiced. They are just looking for faults. [1]<br /><br />Another example is that the Shia brothers when they make salat, they<br />have a piece of clay (turbah) that they do sajjdah on. And he says<br />"see what they are doing here. This is shirk. They are worshipping a<br />piece of clay. " I said why don't you ask them why they place their<br />foreheads on a piece of clay and learn the logic behind this. You see,<br />the first time I experienced this was in Washington D.C., the Iranian<br />students there had invited me to give a lecture there at the<br />university where they were studying in America. At that time, it was<br />time for Isha and we made salat. And everyone was given a piece of<br />clay. I at the time thought it was so funny, so I put it aside and I<br />made my salat with the Iranian students. And after salat I wanted to<br />know about this and I asked them. Why do you carry this clay tablet<br />everywhere you go in your pocket. They said " we are supposed to do<br />sujood on Allah's earth with our foreheads touching the earth. We say<br />"subhanna rabia Allah" three times with our foreheads touching the<br />earth." So the Shia want to actually touch the earth with their<br />foreheads and not a manmade carpet. They want to be true to the<br />expression of praying with the forehead actually touching Allah's<br />earth. You see they don't worship the clay tablet as many wrongly<br />think. And this is always something that we Sunnis are always making<br />fun of and mock the Shia, but on my way out from Tehran across the<br />plane in the aisle were two Shias and when prayer time came one of<br />them took his clay tablet out of his pocket and, Allahu Akbar,<br />performed salat right there on the plane in his seat, and when he<br />finished he gave this to his neighbor and he performed salat. And this<br />may seem like a joke to us. Isn't it? And there were dozens of Sunnis<br />on the plane and out of those dozens of Sunnis only one young man did<br />the salat, and I tell you that young man wasn't me. But we are<br />laughing at the other Guy. He is sitting there and doing something<br />better than we are and we make fun of them and sit in judgement. He<br />may not as polished and refined as we are in South Africa. You know we<br />Muslims in South Africa are very polished and refined in our salat.<br />The Arabs are no match for us, the Iranians are no match for us, the<br />Americans bilalans, the Negroes they are no match to us. With the<br />Arabs you are bowing down in ruku and the guy next to you pushes you<br />aside to make space.(laughter) Who knows brothers, maybe it is valid,<br />we don't know. You know, between the four Sunni mazhabs the Hanafi,<br />Hanbali, Maliki and Shafei there are over two hundred differences in<br />salat alone. Did you know that? Two hundred. But we take it for<br />granted. The Shafei says amin loudly and we say it silently, they say<br />bismillah loudly we say it silently and there is there is no problem.<br />A s a child my father would repeat the famous formula that he in turn<br />learned from his father. : "all the mazhabs are equally valid and the<br />truth for them is in the hadith and the Quran." And so we accept it.<br />When it comes to the Shafei, Hanbali, Hanafi and Maliki we are<br />tolerant but when it comes to the Shia you see he is not in the<br />formula that we are taught as a child, so what ever little<br />idiosyncrasies there exists between us and them we cant tolerate and<br />reject we say that he is out because we are programmed to believe in<br />only the four. But we accept the idiosyncrasies between the four.<br /><br />I say why cant you accept the Shia brothers as a fifth madhab. And the<br />astonishing thing is that he is telling you that he wants to be one<br />with you. He is not talking about being Shia. He is shouting "there is<br />no Sunni nor Shia there is one thing, Islam." But we say to them "no<br />you are different you are Shia." This attitude is a sickness of the<br />devil. He wants to divide us. Can you imagine we Sunnis are 90% of the<br />Muslim world and the ten percent who are Shias want to be partners and<br />brothers with you in faith and the 90% are terrified. I cant<br />understand why should you the 90% be so terrified. They should be the<br />ones terrified. And if you just knew the feelings that they have for<br />you. During Jummah prayers in Iran, there are a million people. And<br />you should see the way they look at you when you pass by, they<br />recognize that you are a foreigner and not one of them and tears start<br />rolling down their cheeks. This is the feeling that they have for you,<br />but you say no, you want to keep they out, afraid that they will<br />absolve you. You can only be absolved if there is something better<br />than what you have. I don't know, maybe some of you think I am a Shia,<br />but I'm still with you all here. What is all this Shia-Sunni tensions?<br />It is all politics. These antagonisms we have are all politics now. If<br />a Sunni brother somewhere does something wrong you say oh the<br />individual is not being very Islamic, he is a kaffir, But if a Shia<br />does something wrong you want to condemn the whole Shia community, the<br />whole nation of millions, and say they are all rubbish just because<br />one Shias actions are not very Islamic. At the same time where we look<br />the other way if one of your relatives does something serious because<br />he is your father or your uncle. One group of Sunnis says to another<br />"you are not a Muslim" another group of Sunnis says "you are not a<br />Muslim you are a kaffir" look that's among us, and we fight among<br />ourselves. And some of us do funny things.<br /><br />I met one brother who told me when you go to Newcastle go visit Mr. So<br />and so and inshallah everything will be taken care of for you. So I<br />went to the man and exactly as I was told he took me home for lunch<br />and when I'm sitting at the table I see on the wall 'burat' you know<br />what burat is? A donkey like animal with the face of a woman its<br />supposed to provide electrical force. I told him this is not right.<br />Allah(swt) created electrical force, you can not create it with a<br />statue of a donkey with a woman's face. Oh and he was so upset. But<br />he's a Sunni, he was a brother and is still my brother. This<br />Sunni-Shia tensions is the work of the devil to divide us.<br /><br />Let me say something about Iran. What I found was that everything is<br />islamically oriented. The whole nation is geared towards Islam. And<br />they are talking about nothing but the Quran. I have never had a<br />single experience with an Iranian when the man contradicted me when<br />I'm talking about the Quran. Whereas our Arab brethren again and again<br />you quote them the Quran and they try to contradict you with the<br />Quran. They are Arabs, they are supposed to know the Quran better than<br />us, but the Iranians seem to be on the wavelength of the Quran.<br />Everything he is doing everything he is thinking about is the Quran.<br />You remember Tabas[2] when the American people wanted to free the<br />hostages. The mightiest most technologically advanced nation on earth,<br />a nation that can land a man on the moon and bring him back, a nation<br />which tells you which part of the moon they will land and bring them<br />back, they send mars and Jupiter probes. A nation that warned Pakistan<br />about the tidal wave tragedy and they didn't heed the warning. They<br />warned the Israelis in 1973 that the Arabs were on the move, they<br />didn't heed the warning. That nation couldn't land in Iran. Imagine<br />they went there with their helicopters and crashed them selves and got<br />themselves killed. Imagine. A nation that lands on the moon and comes<br />back cant land in Iran. And the Iranian people were not in any<br />position to do anything to them. The Americans could have gone and<br />done what they wanted to do. I went and saw the American embassy and<br />you think that its just a big building, but man its acres and acres<br />right in the center of Tehran. They could have easily gone in and<br />gotten these people out, even if they lost a few men. They could have<br />achieved their goals. It was very well planned. But you know what<br />happened? Fiasco, retreat failure, the Imam Khomeini is told what has<br />happened. He doesn't say Subhananla, he doesn't say Alhamdulilah, you<br />know what he said. He quotes the Quran : "Have you not considered how<br />your Lord dealt with the companions of the elephant?" 105:1 These are<br />the words that came out of him. I tell you he is a Quranic computer.<br /><br />You know what they call those huge helicopters? Jumbo helicopters, and<br />those big planes are called jumbo planes. You know what jumbo means in<br />Swahili, Elephant. It's a Swahili word. That's where they got the<br />name. So these elephant sized helicopters go and the Imam says: "Have<br />you not considered how your Lord dealt with the possessors of the<br />elephant? Did He not cause their war to end in confusion," Quran<br />105:1-2<br /><br />But we are so skeptical, the Muslim world has become so skeptical we<br />don't believe in the Quran anymore. You don't really believe in the<br />Quran, for most people it is all for entertainment, for the good<br />spiritual feelings that you get when reciting the Holy Quran. But the<br />directives that Allah(swt) gives, nobody seems to care. May Allah<br />(swt) make these brothers of ours, the torchbearers and light of<br />learning today to the Muslim world . And here is a nation geared to do<br />the Job. When you look at them the earnestness that is in them, a<br />nation that is not afraid, when you look at them with the enthusiasm<br />they have. They are not afraid to say "marg bar amrika" death to<br />America.. Then say "marg bar shuravi " death to USSR. Imagine that!<br />(laughter from the audience). And death to Israel." Can you imagine a<br />nation doing that and not in the least afraid. This is not the Islamic<br />spirit that is in us here, but the Iranians are all heart and mind.<br />They don't say "this is an Iranian revolution "or "we are Iranians".<br />They are talking about Islam, an Islamic Revolution. This is not an<br />Iranian revolution but that this is an Islamic revolution. It's a<br />revolution for Islam and little wonder why the nations of the world<br />cant stomach it because it is Islam that they cant stomach. So my dear<br />brothers and sisters I have taken so much of your valuable time<br />already. And with these words I take leave of you to sit down and to<br />take your Questions.<br /><br />[1] " O ye who believe! if any from among you turn back from his<br />Faith, soon will Allah produce a people whom He will love as they will<br />love Him,- lowly with the believers, mighty against the rejecters,<br />fighting in the way of Allah, and never afraid of the reproaches of<br />such as FIND FAULT. That is the grace of Allah, which He will bestow<br />on whom He pleaseth. And Allah encompasseth all, and He knoweth all<br />things." Quran 5:54nabilhttp://www.blogger.com/profile/10999164119568672765noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-23966873.post-85521937954894942192008-07-03T19:31:00.000+07:002008-07-03T19:56:13.484+07:00Di Depan Rafsanjani, Raja Abdullah Salahkan ASIRIB, Kamis 12 Juni 2008<br /><br /> <br /><br />Raja Arab Saudi Abdullah bin Abdul Aziz menyebut kebijakan anti Iran yang diterapkan oleh AS sebagai langkah yang keliru. Raja Abdullah dalam pertemuannya dengan Ketua Dewan Penentu Kebijakan Negara Iran, Hashemi Rafsanjani yang juga Ketua Dewan Ahli Kepemimpinan, mengatakan, "Kebijakan AS di kawasan, khususnya sikap anti Iran, merupakan langkah yang keliru dan hal yang bertentangan dengan tradisi diplomatik."<br />Lebih lanjut Raja Abdullah menuturkan, "Kami secara blak-blakan menyampaikan sikap-sikap Arab Saudi mengenai kekeliruan AS dalam menyikapi Iran, kepada para pejabat Washington." Seraya menyinggung peran penting dan konstruktif Republik Islam Iran di kawasan dan dunia Islam, Raja Abdullah menegaskan, Arab Saudi mengharapkan perluasan hubungan dengan Republik Islam Iran dalam segala bidang. Dikatakan pula, "Dengan kebijaksanaan dan kemampuan menejemen kedua pihak, kami berharap dapat mencapai tujuan-tujuan bersama dengan memberantas pemikiran-pemikiran ekstrim dan anti persatuan ummat Islam."<br />Dalam kesempatan tersebut, Raja Abdullah menyambut baik dialog antara ulama Iran dan Arab Saudi untuk mendekatkan persepsi satu sama lain dan mengokohkan persamaan kedua pihak. Ia juga mengharapkan dialog semacam itu diperkokoh dan dilestarikan.<br /><br /> <br /><br />New York Times Kritik Ancaman Israel dan AS Menyerang Iran <br /> <br /> <br /> <br /> <br /><br /><br /> <br /><br />Wednesday, 11 June 2008 <br /> <br />Koran New York Times mengkritik sikap AS dan Rezim Zionis Israel yang mengancam akan menyerang Iran. Seperti dilaporkan IRNA, New York Times, di edisi kemarin menulis, AS dan sekutunya termasuk Israel harus memfokuskan jalur diplomatik. Menanggapi ancaman pejabat Israel pekan lalu terhadap Iran, koran ini menulis, Perdana Menteri Israel, Ehud Olmert, yang saat ini kedudukannya terancam akibat skandal suap, merupakan pihak yang mesti bertanggung jawab penus atas klaim ini. <br /><br />Koran ini menambahkan, Olmert berusaha mengalihkan opini publik dari skandal suap yang menjeratnya dengan mengancam Iran. Menurut New York Times, tidak jelas apa yang tengah berlangsung di Gedung Putih saat kunjungan Olmert, namun yang pasti unjuk kekuatan bukan solusi yang tepat.nabilhttp://www.blogger.com/profile/10999164119568672765noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-23966873.post-17682763048247151682008-04-17T18:10:00.001+07:002008-04-17T18:23:32.420+07:00SIAPA YANG DIKATAGORIKAN SYI’AH???SIAPA YANG DIKATAGORIKAN SYI’AH<br />MENURUT SYEIKH AL-MUFID<br /> <br />Siapa yang mengaku dan percaya bahwa Sayyidina Ali lah yang paling berhak menjadi Imam, dia berhak memikul nama Syi’ah seperti mana yang kami terangkan sekalipun dia mencampur-adukkan ke dalam kepercayaannya apa yang dinafikan oleh Syi’ah sendiri (Al-Mufid, Awail al-Maqalat).<br /> <br />Demikianlah manusia menjadi Syi’ah hanya karena kata-kata mereka tentang kelebihan Sayyidina Ali. Ibn Al-Murtadho pula menerangkan: Abu Hudzail dahulu merupakan seorang Syi’ah bagi Banu Hasyim. Dan Abu Hudzail telah memuliakan Ali daripada Utsman. Syi’ah pada masa dahulu memuliakan Ali dari pada Utsman (Ibn Al-Murtadho, Kitab Tabaqat Al-Muktazilah).<br /> <br />Mereka juga boleh menjadi Syi’ah walaupun mereka pada masa yang sama menjunjung aqidah lain yang pelik dan terkeluar dari landasan aqidah Syi’ah. Untuk lebih jelas, coba perhatikan pula kata-kata Al-Mufid: Hisyam bin Al-Hakam adalah seorang Syi’ah walaupun dia menyalaihi Syi’ah di dalam nama-nama Allah dan makna-makna sifat Allah (Al-Mufid, Awail al-Maqalat).<br /> <br />Demikianlah kalau kita lihat melekatnya pendapat-pendapat yang merupakan pendirian individu ke atas permukaan Syi’ah. Hisyam bin Al-Hakam umpamanya dituduh dengan al-Tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk) lalu jadilah al-Tasybih sebagian dari aqidah Syi’ah pula. Al-Syahrustani berkata tentang mereka: Asal al-Tasybih ialah daripada Syi’ah (Al-Syahrustani, Al-Milal wa Al-Nihal)nabilhttp://www.blogger.com/profile/10999164119568672765noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-23966873.post-36094086703924008062008-03-27T17:58:00.000+07:002008-03-27T18:07:58.021+07:00Baliho dan PosterSekedar intermezzo, ada tulisan kategori “seger” dari http://muhsinlabib.wordpress.com di bawah ini....:))<br /><br /> <br /><br /><<Umar.A>><br /><br /> <br /><br /><span style="font-style:italic;">Perang Baliho dan Poster<br /><br />Saya menerima SMS yang membuat saya terpingkal-pingkal. Saya tidak bisa memastikan serius atau tidak pengirimnya. Yang jelas, saya terhibur. Berikut isinya: <br /><br />Dari pantauan semalam, www.rahat.com melaporkan, persaingan ketat di ajang perebutan juara umbul dan baliho untuk musim Maulid tahun ini. <br /><br />Juri menetapkan bahwa baleho terbesar dimenangkan oleh Habib H.S Ass (6×20 m) mengalahkan Habib AS Alts (6×18 m). Sementara untuk kategori umbul-umbul dimenangkan oleh H. M. Fuwad Almsw yang menang tipis atas Habib H. J Ass dengan 545 umbul-umbul. Untuk kategori kebisingan sepeda motor kru, juri sedang melakukan verifikasi dengan mengukur tingkat kemacetan yang diakibatkan. <br /><br />Demikian dilaporkan oleh Ben Sohib, repoter rahat.com.</span><br /><br /><br />Berdakwah dan menyampaikan sesuatu yang baik kepada seseorang merupakan salah satu bentuk amar makruf dan nahi mugkar. <br /><br />Dakwah yang tidak keluar dari bingkai amar makruf dan nahi mungkar mesti memenuhi syarat-syaratnya, antara lain 1) subjek (pelaku dakwah) yang menguasai persoalan yang hendak didakwahkannya; 2) objek (sasaran dakwah) yang menyimpan potensi penerimaan dan memposisikan diri sebagai pihak yang menerima dakwah; 3) materi (konten dakwah) yang dianggap penting untuk didakwahkan sesuai urutan urgensi dan koherensi dengan konteks serta kondisi sasaran dakwah demi menjamin efektifitasnya; 4) metode (pola dakwah) yang digunakan merupakan hasil dari sebuah penelusuran objektif terhadap kondisi sasaran dakwah, baik potensi, pemahaman, latar belakang pendidikan, starta sosial, kultural, psikologis dan lainnya; 5) sarana (perangkat dakwah) yang memungkinkan subjek dan objek terlibat dalam interaksi dan komunikasi yang produktif, seperti bahasa, tempat dan sebagainya; 5) ruang dan waktu (konteks dakwah) yang menjamin tersampaikannya materi dakwah yang terukur dan terencana sesuai dengan kapasaitas ruang dan tempo yang memadai.nabilhttp://www.blogger.com/profile/10999164119568672765noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-23966873.post-66180943048888618072008-03-24T17:14:00.000+07:002008-03-24T17:33:46.984+07:00Wahai Orang-Orang BerakalAidh Al-Qarniy, seorang penceramah dari Saudi Arabia yang sangat terkenal di Timur tengah dan pada tahun lalu pernah berkunjung ke Indonesia. Ia juga seorang penulis yang sangat produktif. Salah satu bukunya berjudul La Tahzan (Jangan Bersedih Hati) menjadi best-seller dan dikabarkan telah melampaui satu juta copy (rekor buku-buku kontemporer berbahasa Arab). Telah diterjemahkan ke beberapa bahasa, antara lain, Inggris dan Indonesia. Tidak kurang dari lima penerbit Indonesia menerjemahkan bukunya dan mengalami sukses luar biasa (belasan bahkan puluhan kali cetak ulang). Di bawah ini tulisannya dua hari yang lalu di harian berbahasa Arab: Assharq Alawsat (terbit di london), saya terjemahkan di bawah ini dengan harapan ada manfaatnya bagi umat Islam di Indonesia. Silakan mem-forward-kannya ke milis2 yang lain jika dianggap perlu. (M. Bagir) <br /> <br /> <br />Wahai Orang-Orang Berakal di Antara Kelompok Sunnah dan Syi`ah! <br />Oleh: `Aidh Al-Qarniy.<br /> <br />Sejauh ini kita telah gagal menghapus perbedaan pendapat di antara kelompok Sunnah dan Syi`ah, walaupun telah berlalu puluhan abad. Maka wajiblah kita mengakui bahwa perbedaan tersebut adalah sesuatu yang memang ada, namun jangan sekali-kali mengembangkannya sehingga menjadi pertentangan berdarah. Cukuplah luka-luka yang kita derita. Cukuplah perpecahan yang mengoyak-koyak kita. Sudah amat banyak bencana yang menghancurkan kita, umat Islam. Sementara itu, zionisme internasional selalu bersiap-siap untuk menghancurkan kita dan mencerabut eksistensi kita dari akar-akarnya. Apa gunanya mengulang-ulang pidato-pidato yang mencaci maki, menyakiti hati, memprovokasi, memusuhi dan menyebut-nyebut kejelekan dan aib masing-masing kelompok? Manfaat apa yang diharapkan dari permusuhan yang menumpahkan darah si Sunni maupun si Syi`i? <br /> <br />Masing-masing kelompok di antara Sunnah dan Syi`ah menganut kepercayaan tentang kebenaran mazhabnya sendiri dan kesalahan mazhab selainnya. Anda takkan mampu mengubah prinsip-prinsip utama yang telah dipercayai manusia sepanjang mereka tetap berkeras hati untuk mempertahankannya. Kami, Ahlus-Sunnah, beri`tiqad bahwa kebenaran ada pada kami, baik melalui Al-Qur'an maupun As-Sunnah. Dan apabila kaum Syi`ah (mungkin) merasa bahwa kami kurang memberikan penghargaan kepada hak Ahlul-Bait, maka kami ingin menegaskan dengan kuat, terus terang, tanpa tedeng aling-aling, bahwasanya kami berlepas tangan di hadapan Allah dari siapa saja yang merendahkan urusan Ahlul-Bait, atau mencaci mereka atau melecehkan mereka. Bersamaan dengan itu, kami meminta agar kaum Syi`ah juga berhenti merendahkan martabat para Sahabat Nabi saw. atau melecehkan mereka atau mencaci mereka. Membela dan menjaga kehormatan Ahlul-Bait dan para Sahabat merupakan kewajiban atas setiap Muslim dan Muslimah.<br /> <br />Menjadi kewajiban orang-orang berakal, dari kalangan Sunnah dan Syi`ah, untuk berupaya sungguh-sungguh mengubur segala macam fitnah (penyebab pertikaian) di antara mereka, menghindari segala bentuk provokasi atau kebiasaan melempar ancaman ataupun tuduhan pengkhianatan ke alamat kelompok yang lain. <br /> <br />Wahai orang-orang berakal di kalangan Sunnah dan Syi`ah! Cabutlah semua sumbu pertikaian. Padamkanlah semua api pertikaian. Janganlah menambah lagi bencana umat ini di atas segala bencana yang sudah mereka alami. <br />Wahai orang-orang berakal di kalangan Sunnah dan Syi`ah, biarlah masing-masing memilih jalannya sendiri, biarlah masing-masing menentukan arah pandangannya sendiri, sampai kelak saat Allah memutuskan apa yang kita perselisihkan di antara kita. <br />Wahai orang-orang berakal di kalangan Sunnah dan Syi`ah! Jangan sekali-kali memberi kesempatan para musuh Islam menghancurkan bangunan umat ini, melibas eksistensi mereka, menghapus jejak risalahnya dan mencemarkan segala kepercayaan sucinya. <br />Wahai orang-orang berakal di kalangan Sunnah dan Syi`ah! Haramkanlah segala fatwa yang membolehkan membunuh, menumpahkan darah dan mengobarkan api permusuhan, kebencian dan kedengkian. Kita semua, Sunnah dan Syi`ah, menyerukan hidup berdampingan secara damai serta bersedia berdialog dengan kelompok-kelompok non-Muslim. Apakah kita harus gagal menjalani kehidupan damai antara kaum Sunnah dan Syi`ah? Siapa saja yang gagal memperbaiki urusan rumahnya sendiri, tidak akan berhasil memperbaiki urusan rumah orang lain. <br /> <br />Demi keuntungan siapakah terdengarnya suara sumbang busuk tak bertanggungjawab yang berseru: "Hai Syi`i, bunuhlah seorang Sunni, niscaya kau masuk surga!" Lalu dari arah yang lain terdengar suara: "Hai Sunni, bunuhlah seorang Syi`i sebagai penebus agar kau terhindar dari neraka!" Logika apa ini?! Akal apa ini?! Dalil apa ini?! Hujjah apa ini?! Bukti apa ini?! <br />Wajiblah kita berkata: "Hai Sunni, darah si Syi`i adalah suci; haram menumpahkannya!" "Hai Syi`i, darah si Sunni adalah suci; haram menumpahkannya!" <br /> <br />Belum tibakah saat kita sadar dan mendengarkan suara hati nurani dan akal sehat serta panggilan agama? Jangan sekali-kali ada lagi pelanggaran atas keselamatan orang lain. Jangan ada lagi kezaliman. Jangan pula ada lagi provokasi di antara sesama kita. Jangan ada lagi upaya menyenamgkan hati para musuh, dengan mengoyak-koyak barisan-barisan kita sendiri. Jangan ada lagi upaya menghancurkan rumah-rumah kita dengan tangan-tangan kita sendiri. Jangan lagi ada upaya membunuh diri kita dengan pedang-pedang kita sendiri. <br /> <br />Barangkali yang terbaik untuk menghentikan pertikaian di antara Sunnah dan Syi`ah ialah dengan meniru apa yang dilakukan kaum badui (yang dimaksud tentunya di negeri Saudi Arabia—penerj): setiap kali terjadi tabrakan di antara mobil-mobil mereka, mereka berkata: "Masing-masing memperbaiki mobilnya sendiri!" Segera pula masalahnya selesai, tanpa polisi lalu-lintas, tanpa denda tilang dan tanpa hukuman penjara! <br /> <br />Oleh sebab itu, wahai kelompok Sunnah dan Syi`ah, masing-masing kita "hendaknya memperbaiki kendaraannnya sendiri-sendiri!" Allah swt telah memerintahkan kita agar memperlakukan kaum non-Muslim dengan perlakuan yang baik, sepanjang mereka tidak memerangi kita atau mengusir kita dari perkampungan-perkampungan kita. Sebagaimana dalam firman-Nya: "Allah tidak melarang kamu memperlakukan mereka yang tidak memerangi kamu dalam agama dan tidak mengusir kamu dari perkampungan-perkampungan kamu (Allah tidak melarang kamu) memperlakukan mereka dengan baik dan bersikap adil terhadap mereka. Sungguh Allah menyukai orang-orang yang berbuat adil." <br /> <br />Begitulah perlakuan terhadap kaum non-Muslim. Perlakuan baik di sini artinya adalah mencegah diri jangan sampai mengganggu mereka, berkomunikasi dengan mereka dengan cara yang terpuji dan hidup berdampingan dengan aman dan damai. Maka betapa pula dengan kelompok-kelompok sesama Muslim meskipun berbeda pandangan dan pendirian?? Apa yang dikatakan orang-orang lain ketika menyaksikan masing-masing kita menumpahkan caci-maki dan sumpah serapah ke alamat saudara kita sesama Muslim, penuh pelecehan dan penghinaan?? Saudara-saudara sekandung pun, jika mereka tidak mampu memperbaiki hubungan di antara mereka dan berdiri rapat dalam satu barisan, pastilah mereka itu dalam pandangan masyarakat menjadi rentan terhadap permusuhan, perpecahan, kegagalan dan kekalahan. <br /> <br />Mari kita tinggalkan pidato-pidato berapi-api yang penuh kebencian dan kata-kata kosong tak berharga sedikit pun, lalu kita semua kembali sebagaimana diperintahkan Allah swt: "Berpeganglah kamu sekalian erat-erat dengan tali (agama) Allah dan janganlah bercerai-berai!" (Diterjemahkan oleh M.Bagir)nabilhttp://www.blogger.com/profile/10999164119568672765noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-23966873.post-26532529524270951592008-03-03T16:42:00.000+07:002008-03-03T16:47:58.380+07:00FATWA RAHBARBismillahirrahmanir rahim<br /><br />Umat Islam dan bangsa Iran !<br /><br />Hari-hari ini terjadi peristiwa berdarah di Gaza. Sebuah tragedi yang mengenaskan dan menyakitkan. Kepedihan luar biasa ini tidak dapat dituangkan dengan lisan dan tulisan. Setelah berbulan-bulan diblokade sedemikian rupa, anak-anak tak berdosa, wanita dan laki-laki mazlum itu kini harus menerima kebiadaban dan kebuasan Rezim Zionis Israel. Rumah dan ladang mereka diratakan dengan tanah dan mereka bersimbah darah. Anak-anak kecil yang baru tumbuh tewas mengenaskan di hadapan ayah dan ibunya sementara orang tua tewas di hadapan anaknya. Mereka tewas akibat kedengkian para penjagal dan penjajah. Sementara mereka yang mengaku beradab dan cinta sesama dengan tenang menyaksikan pembantaian manusia. Bungkamnya dunia Islam di hadapan aksi yang luar biasa kelewat batas ini tidak dapat diterima.<br /><br />Umat Islam harus bangkit! Para pemimpin Islam harus menunjukkan kemarahan bangsanya di hadapan Rezim Zionis penjajah! Tangan pemerintah Amerika berlumuran darah bangsa teraniaya Palestina. Karena dukungan dan bantuan pemerintah mustakbir dan arogan inilah Rezim Zionis Israel menjadi congkak sehingga melakukan kejahatan yang tidak dapat dimaafkan. Bangsa-bangsa dan negara-negara Islam harus menyampaikan suara kemazluman bangsa Palestina ke seluruh dunia. Mereka harus menghidupkan hati nurani yang sedang tidur. Apakah bangsa Amerika tahu bahwa para pemimpinnya menginjak-injak segala kehormatan manusia dan mengorbankannya demi Rezim Zionis Israel? Apakah bangsa Eropa tahu bagaimana para pemodal Zionis telah menguasai negara mereka dan seperti apa para pemimpin mereka diajak untuk melakukan apa?<br /><br />Ini bukan satu hal yang kebetulan, bila pada saat yang bersamaan dengan kebiadaban ini di belahan bumi yang lain yang dikuasai kekuatan hegemoni, paling mulianya kesucian Islam dinistakan dan tulisan kotor serta politik setan mendukung mereka. Pribadi suci yang disebut Rahmatan Lil Alamin dinistakan dan dihina. Padahal dunia berhutang ajaran-ajaran ilahi darinya.<br /><br />Benar! Ini adalah pesan Islam yang membebaskan dan memberantas kezaliman. Dengan membangkitkan semangat kemuliaan dan keagunan manusia dan bangsa-bangsa membuat para mustakbir dan hegemoni dunia menjadi khawatir dan takut. Api dengki dalam hati mereka membara terhadap kaum muslimin dan membuat perilaku mereka bak orang gila.<br /><br />Kini kaum mustakbir arogan harus tahu bahwa dengan kekerasan dan kebuasan, mereka tidak akan mampu mematikan api kesadaran Islam yang terus meluas. Perlawanan gagah berani rakyat Palestina dan keberanian luar biasa pria-wanita dan tua-muda menghadapi Rezim Zionis Israel haus darah menjadi bukti semua ini. Demikian Allah berfirman: “Lalu kami melakukan pembalasan terhadap orang-orang yang berbuat dosa. dan kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman.”(Al-Rum ayat 47)<br /><br />Saya mengucapkan salam kepada rakyat Gaza, kepada pria dan wanita teraniaya namun pejuang, kepada anak-anak tak berdosa.<br /><br />Saya berdoa kepada Allah kesabaran, keluasan dan kesabaran mereka.<br /><br />Wassalamualaikum Warahmatullah<br /><br />Sayyid Ali Khamanei<br />12/12/1386 (02/13/2008nabilhttp://www.blogger.com/profile/10999164119568672765noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-23966873.post-6617605885365828082008-02-28T15:59:00.000+07:002008-02-28T17:01:38.606+07:00Benarkah Nabi SAW Manusia Biasa?APAKAH Nabi saw hanya manusia biasa tidak ubah-nya seperti kita-kita? Demikian, mungkin keyakinan sebagian pihak. Biasanya mereka mengajukan ayat: “Katakanlah, sesungguhnya aku hanyalah manusia seperti kamu. Hanya saja kepadaku disampaikan wahyu.” (QS. 18:110). Berdasarkan ayat ini dan tunjangan ayat-ayat senada, semisal “Katakan: ‘Mahasuci Tuhanku. Bukankah aku hanya seorang manusia yang diutus?” Kelompok ini percaya bahwa Nabi Muhammad saw adalah manusia biasa seperti manusia lainnya, dapat membuat kesalahan, kekeliruan, bahkan mungkin, na’udzubillah, pelanggaran. Oleh karena itu kelompok ini menuding para pemuja Nabi saw telah berlaku berlebih-lebihan dan pengkultusan yang tidak perlu. Benarkah demikian? Untuk itu kita harus melihatnya dari berbagai sisi. <br />Pertama, sejauh mana al-Quran mendudukkan posisi Nabi Muhammad saw, apakah hanya sebagai manusia biasa seperti manusia-manusia lainnya, atau sebagai manusia yang luar biasa, yang tidak dapat disamakan dengan manusia umum, bahkan dengan malaikat sekalipun? <br />Jika kita telusuri dengan seksama ayat-ayat yang menyinggung tentang Nabi saw atau malah riwayat-riwayat yang berkenaan dengan Nabi saw, maka dengan yakin kita akan menganut pandangan kedua dan menyimpulkan bahwa Nabi Muhammad saw memang bukan manusia biasa. Ia adalah manusia utama, “superman” yang telah berhasil melewati tingkat umum manusia dan mencapai derajat keutamaan yang tiada taranya. Katakanlah insân kamîl. Tapi mengapa masih ada yang memandang Nabi saw sebagai manusia biasa? Kita akan melihatnya. <br />Kedua, apa yang dimaksud bahwa Nabi Muhammad saw adalah manusia, basyar, seperti manusia lainnya? Apakah maksudnya bahwa kedudukannya di mata Allah sama dengan manusia lainnya? Saya kira kelompok penolak pemujaan kepada Nabi pun tidak membenarkan anggapan seperti ini. Mereka juga yakin bahwa Nabi Muhammad adalah seorang rasul dan memiliki kedudukan yang sangat khusus di sisi Allah. Tapi mengapa mereka menganggap bahwa Nabi tidak ubahnya seperti manusia lain yang dapat lupa, salah, atau keliru? Kita coba mengkajinya. <br />Ketiga, bagaimana kita harus menyikapi Nabi Muhammad saw? Di satu sisi, ia adalah Nabi dengan kemuliaan yang tiada tara, tapi di sisi lain al-Quran menegaskan bahwa ia juga adalah manusia seperti kita. Kita akan sampai ke pembahasan ini setelah kita melewati pembahasan pertama dan kedua. <br /> <br />Kedudukan Nabi dalam al-Quran <br />Seperti yang telah kita singgung di atas, kedudukan Nabi Muhammad saw dalam al-Quran sungguh luar biasa. Terdapat puluhan ayat di dalam al-Quran yang memuja Nabi Muhammad saw, apakah dalam bentuk pujian langsung, seperti ayat yang menyatakan bahwa Nabi memiliki akhlak yang sangat luhur. <br />Atau dalam bentuk penyebutan sifat-sifat terpuji yang dimiliki Nabi. Berikut beberapa contoh keagungan Rasulullah sebagaimana dalam al-Quran. <br />Pertama, keimanan semua rasul kepada Nabi Muhammad SAW. <br />Imam ‘Ali bin Abi Thalib kw berkata: <br />Setiap kali Allah mengutus seorang nabi, mulai dari Nabi Adam sampai seterusnya, maka kepada nabi-nabi itu Allah menuntut janji setia mereka bahwa jika nanti Nabi Muhammad saw diutus, mereka akan ber-iman padanya, membelanya dan mengambil janji setia dari kaumnya untuk melakukan hal yang sama. <br />Untuk hal ini, Allah Swt. berfirman dalam QS. 3:81: <br />Dan ketika Allah mengambil janji dari para nabi: “Aku telah berikan kepada kalian al-kitab dan al-hikmah, maka ketika Rasul itu (Muhammad saw) datang kepada kalian, yang membenarkan apa yang ada pada kalian, kalian benar-benar harus beriman kepadanya dan membelanya.” Dia (Allah) berkata: “Apakah kalian menerima dan berjanji akan memenuhi perintah-Ku ini?” Mereka berkata: “Ya, kami berjanji untuk melakukan itu.” Dia berkata: “Kalau begitu persaksikanlah dan Aku menjadi saksi bersama kalian.” <br />Kedua, kabar gembira tentang kedatangan Muhammad saw. Al-Quran menjelaskan bahwa para penganut Ahlul Kitab tahu betul tentang kedatangan Nabi Muhammad saw, sebagaimana mereka tahu betul siapa anak mereka. Bahkan mereka saling memberi kabar gembira tentang kedatangannya itu (QS. 2:89, 146). Dan itu pula yang dipintakan Nabi Ibrahim as dalam doanya: <br />Tuhan kami, utuslah pada mereka seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri (Muhammad) yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu, mengajarkan mereka al-kitab dan al-hikmah, dan menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkau Mahaperkasa lagi Mahabijak-sana (QS. 2:129). <br />Ketiga, penciptaan Nabi Muhammad saw sebelum Nabi Adam as. Tetapi penciptaan itu masih dalam wujud “nûr” atau cahaya. Ketika Allah mencip-takan Adam, Ia menitipkan nur itu pada sulbi Adam yang kemudian berpindah-pindah dari satu sulbi ke sulbi yang lain hingga sulbi ‘Abdullah, ayah Nabi. Ibnu Abbas meriwayatkan: <br />Rasulullah saw bersabda: <br />Allah telah menciptakanku dalam wujud nur yang bersemayam di bawah ‘arasy dua belas ribu tahun sebelum menciptakan Adam as. Maka ketika Allah menciptakan Adam, Ia meletakkan nur itu pada sulbi Adam. Nur itu berpindah dari sulbi ke sulbi; dan kami baru berpisah setelah ‘Abdul Muthalib. Aku ke sulbi ‘Abdullah dan ‘Ali ke sulbi Abu Thalib. <br /> Al-Quran menyebutkan bahwa sulbi-sulbi tempat bersemayamnya nur itu adalah sulbi-sulbi orang-orang suci. Ini berarti bahwa orangtua dan nenek moyang Rasulullah sampai ke Nabi Adam as. Istilah al-Quran, al-Sajidîn, orang-orang patuh. Allah berfirman: <br />Dan bertawakallah kepada Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Maha Penyayang. Yang melihatmu saat engkau bangun dan perpindahanmu dari sulbi ke sulbi orang-orang patuh (QS. 26:217-219). <br />Keempat, Nabi Muhammad saw adalah manusia suci. Tidak pernah berbuat kesalahan, apalagi dosa. Namun demikian, ia tetap manusia biasa seperti manusia lainnya, dalam arti bahwa secara biologis tidak ada perbedaan antara Nabi saw dengan yang lain. Allah berfirman dalam QS. 33:33: <br />Sesungguhnya yang dikehendaki Allah ialah menjauhkan kamu wahai Ahlul Bait dari segala kotoran dan mensucikan kamu sesuci-sucinya. <br />Riwayat-riwayat mengatakan bahwa yang dimaksud dengan Ahlul Bait pada ayat di atas adalah ‘Ali, Fathimah, Hasan, Husain, dan Nabi Muhammad saw sendiri. <br />Kelima, Nabi Muhammad selalu dibimbing Allah Swt. Ucapannya, perbuatannya, tutur katanya dan sebagainya semuanya di bawah pengarahan dan bimbingan Allah Swt. <br />Sesungguhnya dia (Muhammad) tidak bertutur kata atas dasar hawa nafsu, melainkan semuanya semata-mata adalah wahyu yang diwahyukan kepadanya (QS. 53:3-4). <br />Keenam, Nabi Muhammad saw adalah panutan yang sempurna, uswatun hasanah. Allah berfirman: “Sesungguhnya dalam diri Rasulullah terdapat teladan yang baik buat kamu.” (QS.33:21). Karena itu, maka “Apa pun yang dibawanya harus kamu terima dan apa pun yang dilarangnya harus kamu jauhi.” (QS. 59:7) <br />Ketujuh, dibukanya rahasia kegaiban kepada Nabi Muhammad saw. Allah berfirman: <br /> Tuhan Maha Mengetahui yang gaib. Maka Dia tidak akan membukakan kegaibannya itu kepada seorang pun, kecuali kepada rasul yang dikehendaki (QS. 72: 26-27). <br />Tentu saja Rasulullah saw berada di urutan paling atas di antara para rasul yang menerima anugrah utama ini. <br />Kedelapan, Allah memuji Nabi Muhammad saw dengan berbagai pujian karena keluhuran akhlak-nya (QS. 68:4); kepeduliannya dan kasih sayangnya kepada umat manusia (QS. 9:128) dan pengorbanan diri, tidak mementingkan diri demi kebahagiaan orang lain (QS. 20:2-3). Selain itu Allah Swt memberi perhatian yang khusus kepada Nabi Muhammad saw jika ada sedikit saja “masalah” yang dihadapinya (QS. 93:1-3; 94:1-4). <br />Kesembilan, siapa saja yang berhadapan dengan Nabi Muhammad saw maka berhadapan dengan Allah Swt. Sebaliknya, siapa saja yang membelanya, Allah berada di belakangnya. Firman Allah (QS. 9:61). Pada kesempatan lain, Allah bahkan mengancam kedua istri Rasulullah sendiri, ‘Aisyah dan Hafsah, karena mengkhianatinya dalam soal rahasia yang disampaikannya kepada mereka. Jika mereka tidak tobat dan masih melawan Rasulullah, maka Allah sendiri yang akan menghadapi mereka (QS. 66:4). <br />Kesepuluh, Allah bershalawat kepada Nabi. Demikian juga seluruh malaikatnya. Karena itu orang-orang yang beriman diperintahkan bershalawat kepadanya (QS. 33:56). Arti shala-wat Allah kepada Nabi adalah penganugrahan rahmat dan kasih sayang-Nya; shalawat malaikat adalah permohonan limpahan rahmat-Nya. Demikian pula shalawat orang-orang beriman. <br />Kesebelas, orang-orang beriman diperintahkan untuk tidak memperlakukan Rasulullah sebagaimana perlakuan mereka terhadap sesama mereka. Jika berbicara kepada Rasul ha-rus dengan suara yang pelan, tidak boleh teriak-teriak, karena hal itu akan menghapus pahala amal mereka (QS. 49:2-3). <br />Kedua belas, Allah akan melakukan apa saja demi menyenangkan hati Nabi. “Dan tuhanmu akan memberimu sehingga membuatmu senang” (QS. 93:5). Ayat ini menunjukkan betapa Allah amat mencintai Nabi-Nya. Ia akan memberikan apa saja yang diinginkan Nabi dan akan melakukan apa saja demi menyenangkan hati Nabi saw. Dan salah satu anugrah Allah yang paling besar kepada Nabi ialah wewenang memberi syafaat kepada umatnya yang berdosa. Bukan saja di akhirat, tapi juga di dunia, yaitu dalam bentuk pengabulan doa yang disampaikan oleh Nabi untuk umatnya, baik ketika Nabi masih hidup maupun sesudah wafatnya. <br />Ketiga belas, Nabi saw ditetapkan sebagai perantara (wasilah) antara diri-Nya dengan manusia. Bahkan merupakan salah satu syarat terkabulnya doa. <br />Kami tidak utus seorang rasul kecuali untuk ditaati, dengan seizin Allah. Dan seandainya mereka mendatangimu ketika mereka berbuat dosa, lalu memohon ampun kepada Allah dan Rasul pun memohonkan ampun buat mereka, pastilah mereka dapati Allah Maha Pengampun dan Maha Pengasih (QS. 4:64). <br /> Bahkan tawassul kepada Nabi Muhammad saw ini sudah dilakukan para nabi dan orang-orang salih jauh sebelum kelahirannya. Kita dapat membaca riwayat yang mengatakan bahwa Adam dan Hawa telah bertawassul kepada Nabi Muhammad saw saat mereka berdua dikeluarkan dari surga. Dikisahkan bahwa tatkala Nabi Adam as dikeluarkan dari surga, ia memohon ampun kepada Allah atas perbuatanya. Dalam permohonannya itu, ia bertawassul melalui Nabi Muhammad saw: “Ya Allah, melalui kebesaran Muhammad, aku mohon ampun pada-Mu kiranya Engkau ampuni dosaku.” <br />Allah Swt bertanya kepada Adam, “Dari mana kamu tahu Muhammad padahal Aku belum menciptakannya?” <br />Adam berkata, “Tuhanku, ketika Engkau ciptakan aku dengan tangan-Mu dan Engkau tiupkan ruh-Mu dalam diriku, aku mengangkatkan kepalaku dan kulihat di pilar-pilar Arsy tertulis Lâ ilâha illallâh Muhammad Rasûlullâh. Aku tahu Engkau tidak akan menyertakan nama hamba-Mu kepada nama-Mu kecuali yang paling Engkau cintai.” <br />Allah Swt berkata, “Engkau benar, Adam. Muhammad adalah hamba yang paling Aku cintai. Dan karena engkau memohon ampun melaluinya, maka Aku kabulkan permohonanmu. Hai Adam, kalau bukan karena Muhammad, Aku tidak akan menciptakanmu.” <br />Nabi Sebagai Manusia Biasa <br />Dari sekian ayat yang kita lihat di atas tidak dapat disangkal bahwa Nabi Muhammad saw bukan manusia biasa, dalam arti bahwa kedudukannya sangat-sangat mulia di sisi Allah. Ia telah diciptakan Allah sebelum menciptakan yang lainnya. Nabi telah dipersiapkan membawa amanat-Nya jauh sebelum utusan-utusan lainnya. Bahkan utusan-utusan itu diperintahkan untuk mengimaninya dan mengabarkan kepada umat manusia kedatangannya. Nabi ditetapkan sebagai perantara antara manusia dengan Tuhan, dan sebagainya. Akan tetapi semua ini tidak harus membuat kita memposisikannya sebagai bukan dari golongan manusia, seperti yang dilakukan kaum Nasrani terhadap Nabi ‘Isa as. <br />Nabi Muhammad saw tetap manusia sebagaimana manusia lainnya, sebagaimana isyarat al-Quran dalam beberapa ayatnya di atas. Pada diri Nabi Muhammad saw terdapat segala sesuatu yang ada pada manusia, yakni dimensi biologis manusia. Karena itu Nabi makan, minum, sakit, tidur, berdagang, berkeluarga, senang, sedih, dan sebagainya, seperti umumnya manusia. Al-Quran sengaja menegaskan bahwa Nabi Muhammad adalah manusia, basyar, seperti manusia lainnya untuk membantah alasan penolakan kaum musyrikin terhadap Nabi saw bahwa ia bukan dari golongan malaikat atau paling tidak bekerjasama dengan malaikat (QS. 25:7) dan juga mengingatkan kaum Muslimin supaya tidak mengulangi kesalahan seperti yang dilakukan kaum Nasrani terhadap Nabi ‘Isa yang menganggapnya sebagai Tuhan. <br />Akan tetapi ketika kita mengatakan bahwa Nabi adalah manusia biasa seperti manusia lainnya tidak berarti bahwa kita harus menganggapnya salah, keliru, melanggar, atau berakhirlah segalanya sesudah ia wafat. Sama sekali tidak demikian. Kesucian, keterpeliharaan dari dosa, maksum, hidup abadi bersama Allah sesudah kematian atau kemampuan berhubungan dengan-Nya sesudah kematian adalah perkara ruhani yang dapat saja dicapai oleh manusia manapun jika ia telah mencapai kedudukan ruhani yang tinggi atau katakanlah maqam Insan Kamil. Allah Swt memang menciptakan manusia dari unsur tanah, yang menghasilkan dimensi biologisnya, akan tetapi pada manusia, Allah ciptakan juga unsur lainnya, yakni ruh Allah, yang justru dapat membuat manusia lebih tinggi dari makhluk manapun, termasuk malaikat. Yaitu jika melalui ruh itu ia mampu mengatasi unsur biologisnya. Itulah mengapa malaikat dan jin atau Iblis diperintahkan untuk sujud kepada Adam atau manusia. Itulah pula mengapa Nabi Muhammad dapat menembus Sidratul-Muntaha, sementara Jibril akan hangus terbakar jika berani mencoba melangkahkan kaki meskipun hanya setapak. Padahal Jibril adalah penghulu para malaikat. Karena Nabi Muhammad SAW telah mencapai derajat kesempurnaan mutlak insani. <br />Kesalahan terbesar pihak yang menolak mengakui kebesaran Nabi Muhammad di atas dan menolak memujanya, bahkan menganggap pelakunya sebagai bertindak berlebih-lebihan dan kultus yang diharamkan, yaitu karena mereka melihat Nabi Muhammad saw dengan kacamata materi. Mereka hanya melihat Nabi saw sebagai makhluk biologis. Mereka lupa bahwa manusia memiliki dimensi yang jauh lebih tinggi dari sekadar dimensi biologis atau fisik. Bahkan dimensi ruhani merupakan jati diri manusia yang sesungguhnya. <br />Melihat seorang hanya dari dimensi biologisnya adalah logika orang-orang kafir. Bukan logika orang-orang beriman. Dengan alasan bahwa para utusan itu hanya manusia seperti mereka, orang-orang kafir menolak mengakuinya sebagai nabi atau rasul. <br />Dan tidaklah menghalangi orang-orang (kafir) untuk beriman ketika datang kepada mereka petunjuk kecuali mereka mengalaskan: Apakah Allah mengutus rasul dari golongan manusia? (QS. 17:94). <br /> Tapi orang-orang beriman berkata: “Kami mengimani-nya. Semuanya dari sisi Tuhan kami”. (QS. 3:7). <br />Sikap kepada Nabi <br />Berdasarkan beberapa ayat tentang keagungan Nabi Muhammad saw di atas dan beberapa riwayat Nabi, kita dapat melihat betapa Allah menuntut kita untuk menghormati dan mengagungkan rasul-Nya. Coba perhatikan ayat shalawat. Adakah perintah yang sama dengan perintah shalawat, yaitu yang didahului dengan pernyataan bahwa Allah dan malaikat-Nya telah melakukannya terlebih dahulu dan oleh karena itu kita pun diperintahkan untuk melakukannya, selain shalawat kepada Nabi? Tidak ada. Perintah itu berarti kita harus selalu melihat Nabi dengan penuh takzim dan agar kita selalu membalas jasa-jasanya. Oleh karena itu pula, Nabi saw selalu mengingatkan bahwa orang yang tidak mau bershalawat kepadanya adalah bakhil atau kikir. Bahkan orang yang datang ke tanah suci tapi tidak mampir ke Madinah untuk berziarah kepadanya telah memutus hubungan silaturrahmi dengannya. <br />Pada ayat tawassul kita bahkan diperingatkan Allah jika ingin dosa-dosa kita diampuni oleh-Nya harus bertawassul kepadanya. Jika tidak, Allah tidak akan mengabulkan permohonan ampun kita. Allah juga mengingatkan agar kita tidak memperlakukannya sama dengan kita, sebab hal itu dapat menghapus pahala amal ibadah kita (QS. 49:2-3). Selain itu, kita juga diperingatkan untuk tidak menganggap apa yang dilakukan atau diucapkannya lahir karena emosi atau hawa nafsunya. Tapi semuanya atas bimbingan Allah yang tidak pernah salah. <br />Ia tidak bertutur kata atas dasar hawa nafsunya, melainkan berdasarkan wahyu yang diterimanya (QS. 53:3-4). <br />Dengan demikian, yang mengagungkan dan memerintahkan kita untuk mengagungkan Nabi Muhammad saw adalah Allah Swt sendiri. Bukan kita. Kita hanya mengikuti perintah dan ajaran-Nya saja. Lalu mengapa kita harus menentang Allah dan Rasul-Nya hanya karena takut jatuh dalam hantu “kultus” yang kita ciptakan sendiri? Sebenarnya tidak ada kultus; karena kultus ialah melebih-lebihkan sesuatu yang tidak pada tempatnya. Pengagungan Nabi Muhammad saw justeru mendudukkan posisi Nabi Muhammad saw sebagaimana mestinya, seperti diperintahkan al-Quran. Justru jika kita tidak melakukan itu, dikhawatirkan telah menzalimi beliau. <br />Sesungguhnya orang-orang yang menggangu Allah dan rasul-Nya dikutuk oleh Allah di dunia maupun di akhirat dan Allah siapkan baginya siksa yang menghinakannya (QS. 33:57). <br />Sebagai penutup renungkan peristiwa yang terjadi pada zaman Nabi saw di bawah ini. ‘Abdullah bin Amr berkata: <br />Aku menulis segala sesuatu yang aku dengar dari Rasulullah saw. Aku bermaksud menghapalnya. Tapi orang-orang Quraisy melarangku dan mereka berkata: “Engkau menulis segala sesuatu yang engkau dengar dari Rasulullah saw? Padahal beliau hanyalah seorang manusia yang berbicara saat marah dan senang.” Aku berhenti menulis. Tetapi kemudian aku ceritakan hal itu kepada Rasulullah. Ia kemudian menunjuk kepada mulutnya dan berkata: “Tulis saja. Demi yang jiwaku berada di tangan-Nya, sesungguhnya tidak ada yang keluar dari sini kecuali kebenaran.” Camkan! <br /> <br />Umar Shahabnabilhttp://www.blogger.com/profile/10999164119568672765noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-23966873.post-40570799492432744122008-02-01T13:46:00.000+07:002008-02-01T13:54:03.617+07:00Tasawuf dan Jalan Cinta RumiTasawuf dan Jalan Cinta Rumi<br />Disusun oleh: Darwin Bahar<br /><br /><br />Hasratku kepada Sang Kekasih telah membawaku terbang melintasi samudera ilmu dan keluasan Al Quran. Aku menjadi mabuk<br /><br />Kutelusuri bentangan sajadah dan masjid dengan segenap hasrat dan kekhusukan. Kukenakan pakaian pertapa untuk memperkaya kebajikan<br /><br />Cinta menghampiriku, dan berkata, "Wahai Sang Guru, lepaskanlah dirimu dari sajadah? Tidakkah kah ingin hatimu tergetar dihadapan-Ku. tidak kah kau ingin melampaui pengetahuan dan penglihatan? Maka tundukkanlah kepalamu." <br /><br />(Dari kumpulan Diwan, Maulana Rumi)<br /><br />Puisi-pusi cinta parenial Sufi besar Maulana Jalaluddin Muhammad Rumi yang indah dan bergelora, seperti ditulis Charles Haviland (BBC News, 30/09/07), dalam beberapa tahun terakhir ini merupakan "the most popular poet in America". <br /><br />Sejak akhir milenium ke-2 ini, memang terdapat kecenderungan untuk menggandrungi penyair sekaligus sufi abad ke-13, Maulana Jalaluddin Rumi---yang ulang tahun kelahirannya ke 800 diperingati di berbagai tempat di dunia pada tanggal 30 September 2007 yang lalu--- menjadi fenomena menarik di Amerika Serikat dan Eropa. Tak kurang bintang-bintang Hollywood semisal: pop-star Madonna, aktris Demi Moore, dan Goldie Hawn, pernah ikut meramaikan beberapa festival pembacaan syair-syair cinta ciptaan pujangga dari Konya di Turki ini.<br /><br />Dia seorang penyair. Tapi bukan sembarang penyair. Senjatanya, tentu saja, adalah susunan kata-kata.<br /><br />Karya-karya terhimpun dalam Matsnawi, berupa 250 ribu untaian bait bersajak dan merupakan karyanya yang paling agung; Muqallat Syamsi Tabriz, berisi dialog-diolog mistik antara Syamsi selaku mentor dan Rumi sebagai murid; Majlis Sabah, berisi catatan dan rekaman pidato-pidato dan konseling Rumi dalam bentuk prosa; Diwan Syamsi Tabriz, karya yang memukau yang dipersembahkan Rumi untuk guru tercinta; Fihi Ma Fihi, berisi ucapan-ucapan dan percakapan Rumi dalam bentuk prosa yang ditulis oleh putra tertuanya Sultan Walad; Rubayat, berisi sekitar 1.600 kuatrain dengan topik yang luas: iman, akal, cinta, ikhlas, tawakal dan lain-lain, dan; Maktubat, kumpulan surat-surat yang banyak ditujukan kepada para bangsawan dan pangeran di Konya. <br /><br />Kesemarakan pesona sastrawan yang lahir di Balkh, yang sekarang merupakan bagian dari Afganistan ini juga dapat dijumpai di Amazon.com. Kita bisa terheran-heran ketika, hanya dalam hitungan bulan, didapati lebih dari 100 judul buku tentang Rumi di toko buku online terbesar itu<br /><br />Jalaludin Rumi memang pesona yang menaklukkan.<br /><br />Menurut Phyllis Tickle, redaktur majalah Publisher's Weekily, popularitas Rumi di Amerika berkembang pesat "berkaitan dengan dahaga spiritual kami yang luar biasa".<br /><br />Satu asumsi menyebutkan bahwa interes yang begitu besar terhadap Rumi merupakan wujud keinginan masyarakat Barat untuk menemukan lifestyle alternatif sebagai ganti dari gerakan New Age yang sudah saturated. Masyarakat Amerika dan Eropa, seperti laporan BBC.com(12/7/99), dalam beberapa tahun terakhir ini mulai muak dengan guru-guru New Age dan khotbah-khotbahnya (Burhani, Kompas 4 September 2000).<br /><br />Tetapi tentu saja, sebagian pengagum Rumi hanya menginginkan hidup mereka punya cukup arti tanpa harus melakukan apa pun untuk meraih hidup yang punya arti tersebut. Mereka menginginkan cinta dan keindahan tanpa menjalankan sesuatu beserta tanggung jawabnya. Sebagian tertarik pada Tasawuf, Islam, atau kembali kepada akar Kristennya, karena Rumi adalah panggilan untuk kembali kepada Tuhan.<br /><br />Tarekat Maulawiyah yang mengikuti jalan Rumi, yang bermarkas di Amerika Utara merupakan ordo tasawuf yang berkembang pesat di Barat. Tarekat ini dipimpin oleh Shaikh Kabir Helminski yang bersama isterinya Cammile Helminski membentuk organisasi dalam pelajaran spritual The Treshold Society yang menyedot perhatian ratusan ribu orang.<br /><br />Di Amerika, selain menjadi bagian dari gerakan memotivasi diri sendiri yang mendominasi budaya sepanjang dasawarsa terakhir, Rumi ikut membantu mewujudkan jembatan untuk saling memahami di antara warga keturunan Arab dan tetangga mereka yang kebetulan membaca Rumi. "Melalui Rumi, warga muslim merasa telah diterima kembali di Amerika," kata Shahram Shiva, yang bertahun-tahun menerjemahkan dan membacakan karya-karya Rumi.<br /><br />Sejak serangan 11 September 2001, sejumlah komentator juga telah menyatakan bahwa Rumi berperan sebagai jembatan yang penting antara warga Amerika dan Islam. Banyak yang setuju dengan Hans Meinke, penyair Jerman, yang mengatakan bahwa puisi Rumi adalah "harapan satu-satunya bagi zaman gelap yang kini kita hidup di dalamnya"<br /><br />Barat pun semakin paham, bahwa Islam adalah ajaran yang indah, yang sama sekali tidak identik dengan Taliban atau Al-Qaedah, yang hanya mengamalkan rigid kulit-kulit Islam, bukan isinya.<br /><br />Cinta adalah sifat Tuhan, dan takut adalah sifat hamba yang menderita karena nafsu dan kerakusan<br /><br />Karena kau telah membaca Al Quran bahwa mereka mencintai-Nya, ditempatkan dalam satu ayat dengan Dia mencintai mereka.<br /><br />Ketahuilah bahwa Ar-Rahman Ar-Rahim adalah Sifat-Sifat Tuhan, dan takut oh kawan, bukan Sifat Tuhan!<br /><br />(Matsnawi)<br /><br />Tetapi apakah Tasawuf itu? apakah Tasawuf hanya sebuah gejala agama, atau sebuah antitesis dari syariah yang oleh para Ulama Tasawuf sering dikategorikan sebagai "kulit" Islam?<br /><br />Dalam buku kecilnya "The Sufi Path of Knowledge", pakar Tasawuf yang juga merupakan pakar mengenai Rumi yang sangat terkemuka Prof William C. Chittick mengutip sebuah hadis Nabi s.a.w. yang masyhur tentang tiga dimensi Islam: Islam, Iman dan Ikhsan. Dalam ilmu-ilmu keislaman, Islam berkembang menjadi Ilmu Fikih, Iman menjadi Ilmu Kalam dan Ikhsan menjadi Ilmu Tasawuf. Jadi berbicara mengenai Tasawuf, adalah berbicara tentang tujuan atau hakekat dari agama, agama yang tidak behenti pada syariat, sebagaimana ternukil dari Sabda Al Mustafa Rasulullah s.a.w yang dikutip Chittick dalam bukunya yang terkenal mengenai Rumi, The Sufi Path of Love: Spritual Teaching of Rumi" (1983):<br /><br />"Syariah adalah kata-kataku, Thariqah adalah amalanku, Hakikat adalah maqamku".<br /><br />yang oleh Rumi dijabarkan dalam puisinya sebagai berikut<br /><br />Syariat sebagai pelita, ia menerangi jalan. Tanpa pelita kalian tak dapat berjalan. Thariqoh adalah jalan yang sedang kau tempuh dan engkau akan berakhir di hakikat (kehadiratnya)<br /><br />Dengan mengutip QS 33:21: "Sesungguhnya dalam diri Nabi terdapat teladan yang baik, dst…" dan QS 3:31: "Katakanlah (wahai Muhammad)!, 'jika kalian mencintai Tuhan, ikutilah (sunah)ku, maka Tuhan akan mencintai kalian, dst…", "Untuk menapaki jalan Sufi, berarti harus menaati perintah dan larangan Tuhan sesuai dengan apa yang telah disunahkan Nabi," yang kemudian dilanjutkannya. Dan hal itu ditegaskannya kembali dalam wawancara Majalah TEMPO dengan Chittick yang dimuat Majalah tersebut dalam Edisi 23 Desember 2007 (Selingan), "Tasawuf bagian inheren dari Islam." <br /><br />Dengan segenap pemikirannya, Rumi terus mencari sesuatu di balik penampakannya. Begitu juga pandangannya tentang agama-agama. Rumi melukiskan bahwa dirinya sebutir debu di kaki Muhammad, dan juga menyatakan bahwa dirinya tidak pernah meninggalkan syariah Tetapi ia tidak membedakan antara kulit dengan isi. Di antara agama yang berbeda, ia melihat kesatuan yang transedental. Dan keberagaman itu tak lain dari bentuk luar, dan bukan isi agama-agama tersebut. Dari pandangan ini Rumi mengembangkan toleransi yang begitu besar terhadap agama-agama di luar Islam.<br /><br />Rumi wafat pada 17 Desember 1273. Pada saat jenazahnya hendak diberangkatkan ke tempat pemakaman, penduduk setempat berdesak-desakan ingin menyaksikan. Tidak mengherankan, jika para pemeluk agama lain pun ikut menangisi kepergiannya. Orang Yahudi dan Nasrani, misalnya, ikut membacakan Taurat dan Injil. Para penguasa negeri yang hadir dalam upacara pemakaman bertanya pada mereka, "Peduli apa kalian dengan suasana berkabung saat ini? Bukankah yang meninggal ini seorang muslim yang alim." Mereka menjawab, "Berkat dialah kami mengetahui kebenaran para nabi terdahulu. Dan pada dirinya kami memahami perilaku para wali yang sempurna."<br /><br />Tetapi apakah Sufisme atau Tasawuf itu? bagaimana menyandingkan Tasawuf dengan kehidupan modern. Sementara modernitas, meminjam proposisi Dominiqe, "ditandai dengan ketidakpercayaan jika bukan penolakan terhadap tradisi; keutamaan diberikan kepada individu dan kepentingan yang tidak dapat diabaikan; keyakinan pada akal, kemajuan, dan sain".<br /><br />Sain yang bersumber kepada rasionalisme, bahkan telah menerabas ke lokus-lokus yang berjarak jutaan tahun cahaya dari bumi tempat manusia hidup. Sedangkan sistem ekonomi kapitalistik yang membenarkan keserakahan, ternyata telah berhasil memberikan tingkat kemakmuran yang sangat tinggi bagi sebagian negara yang berhasil menerapkannya<br /><br />Dr HJ Witteveen mantan menteri keuangan Belanda dan Direktur Pelaksana IMF, yang merupakan pengikut Tasawuf Universal yang dikembangkan oleh Sufi dan Musikus besar India Hazrat Inayat Khan, dalam bukunya "Sufism in Action: Achievement, Inspiration and Integrity in a Tough World" (2003) menulis: "Dalam wawancara, seringkali saya ditanya oleh wartawan tentang bagaimana tasawuf dapat dikombinasikan dengan kehidupan seorang ekonom atau---lebih buruk lagi!---dengan kehidupan seorang menteri keuangan atau bankir. Tetapi, Hazrat Inayat Khan menunjukkan betapa kerja di dunia sangat berharga dari sudut pandang mistik atau metafisik".<br /><br />Dan pada alinea lain ditulisnya: "Amalan Tasawuf saya telah membantu saya dalam mempertahankan keseimbangan spiritual saya ketika saya dirundung seabrek aktivitas dan tanggung jawab yang besar."<br /><br />Esensinya, kemegahan dan kemilau kesenangan dan kenikmatan ragawi serta kehidupan hedonik yang menafikan apapun yang bersifat spiritualisme, mungkin mengenyangkan lahiriah, tetapi tidak menenteramkan jiwa.<br /><br />Begitu sejumlah darwis Amerika berpusar di panggung ketika The Treshold Society diundang ke acara pertemuan antar-iman di Katedral Nasional tempat ibadat Presiden Amerika Serikat, di awal tahun 2000-an yang lalu, sekitar 2.000 orang non-muslim ikut menyenandungkan zikir dan lailaahaillalah.<br /><br />Dan kalau masih ada yang bertanya, apakah Tasawuf itu, maka saya akan meminjam jawaban ulama-ulama Tasawuf klasik:<br /><br />Carilah, dan engkau akan menemukannya<br /><br />Ketuklah, dan dia akan terbuka untukmu<br /><br />Tapi apa pulalah awak ini?<br /><br /><br /><br /><br /><br />-- <br />EXPERTOHA STUDIO<br />http://www.expertoha.comnabilhttp://www.blogger.com/profile/10999164119568672765noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-23966873.post-55897652657630672532008-01-12T13:31:00.000+07:002008-01-12T13:43:18.573+07:00SETIAP HARI ADALAH ASYURA, DAN SETIAP TANAH ADALAH KARBALA(disadur dari buku Mazhab Alternatif, Perbandingan Syi’ah-Sunnah, karya DR. Muhammad Tijani As-Samawi, diterjemaahkan dari Kullul Hulul ‘Inda Alirrasul)<br /><br />Moga-moga orang-orang memahami makna ungkapan ini, lalu memberikan pada setiap tanah yang mereka tempati dan setiap hari yang mereka lalui hak-hak islam, yang karenanya Imam Husain bin Ali as mati syahid.<br /><br />Kalau mereka mempraktekkan yang demikian, niscaya akan mengubah wajah kaum Muslim di dunia, sehingga mereka menjadi tuan sebagai ganti dari menjadi hamba di dunia ini. Akan tetapi, sayangnya, dari revolusi Imam Husain as yang penuh berkah, mayoritas mereka hanya mengetahui tangisan, ratapan, pekikan suara, memukul dada, pementasan panggung, yang dilakukan beberapa kali dalam setahun, sebagai peringatan dan tradisi, lalu setelah itu segalanya dilupakan.<br /><br />Mayoritas kalangan Ahlulsunnah wal Jama’ah mengkritik apa yang dilakukan sebagian kalangan Syi’ah berkenaan dengan Asyura, seperti memukul (dada) dan memukul tubuh dengan rantai hingga mengeluarkan darah.<br /><br />Begitu juga, media massa Barat dan Arab, pada masa sekarang ini menyiarkan apa yang dilakukan kalangan Syi’ah di Iran pada hari-hari peringatan Asyura. Apa yang mereka lakukan, seakan-akan mereka itu binatang liar yang berbahaya, yang hanya mengenal kekerasan, dan tidak merasa nyaman kecuali dengan darah yang mengalir dari tubuh manusia.<br /><br />Demikian juga dengan para penganut Syi’ah di Pakistan, India , dan di negara-negara lainnya, mereka melakukan hal yang sama. Hanya saja media massa , seperti televisi, hanya memusatkan perhatiannya kepada kalangan Syi’ah yang ada di Iran , dengan maksud supaya diketahui oleh orang-orang yang menaruh minat pada hal-hal berkaitan dengan Islam dan kaum Muslim.<br /><br />Media massa tidak menyiarkan shalat Jumat di Taheran yang dihadiri tidak kurang dua juta manusia, yang diimami Presiden, dan juga tidak menyiarkan kekhusyukan jutaan kaum Muslim yang menghadiri acara pembacaan doa Kumail bersama yang diselenggarakan setiap malam Jumat. Sehingga, jalan-jalan dipenuhi oleh kaum Muslim laki-laki dan wanita, orang tua maupun anak-anak. Mereka memohon ampunan kepada Allah SWT dengan tunduk dan khusyuk di keheningan malam.<br /><br />Sungguh sangat disesalkan, mereka hanya mengekspos seputar peringatan Asyura dan memusatkan perhatian pada perbuatan sebagian kalangan yang melukai tubuhnya hingga mengeluarkan darah.<br /> <br />Sebenarnya, apa yang dilakukan sebagian penganut Syi’ah pada peringatan Asyura bukan merupakan bagian dari agama. Seandainya para mujtahid berijtihad dan berfatwa mengenai itu, tentu para pengikutnya yang melakukannya akan beroleh pahala yang besar.<br /><br />Perbuatan-perbuatan itu hanya merupakan tradisi dan ungkapan emosi yang ditunjukan para pelakunya. Kemudian, ia menjadi popular dan menjadi tradisi yang diwariskan dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya, sebagai taklid buta. Bahkan, sebagian orang awam merasakan bahwa mengeluarkan darah dengan memukul tubuh adalah pendekatan diri kepada Allah Ta’ala. Sebagian yang lain berkeyakinan bahwa yang tidak melakukan hal itu berarti tidak mencintai Al-Husain.<br /><br />Jika saya kembali kepada diri saya sendiri, sekalipun saya telah menjadi Syi’ah dan mengakui kebenarannya, sungguh saya merasa tidak puas dengan pemandangan yang menjijikkan ini, yang akal sehat pun menolaknya. Yaitu ketika seorang laki-laki menanggalkan bajunya kemudian memukul dirinya dengan besi sambil berteriak dengan suara keras : Husain..Husain. .Husain.. <br /><br />Yang mengherankan dan menimbulkan keraguan, anda melihat mereka yang tengah mengikuti peringatan itu tampak dalam kedukaan yang mendalam, namun setelah acara selesai, mereka tertawa, makan dan minum, dan seolah-olah segalanya telah berakhir hanya sampai pada ujung acara tersebut saja.. Anehnya lagi, kebanyakan mereka adalah orang-orang yang tidak terikat pada agama. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, perkenankanlah saya untuk mengkritik mereka secara langsung berkali-kali, dan saya ingin katakana kepada mereka, bahwa apa yang mereka perbuat adalh semata-mata tradisi rakyat dan taklid buta.<br /><br />Semoga Allah merahmati Syahid Muhammad Baqir Shadr yang telah menjelaskan kepada saya dalam peringatan musibah tersebut. Ketika itu saya sempat bertanya kepada beliau sebelum masuk Syi’ah. Beliau berkata kepada saya “Sesungguhnya pemandangan yang anda lihat seperti memukul tubuh dan mengeluarkan darah adalah perbuatan orang-orang awam karena ketidaktahuan merekaTidak seorang pun dari ulama yang melakukan hal itu, bahkan mereka sudah sering menasehati dan melarangnya”<br /><br />Sungguh, saya tidak menyukai suatu yang berbau bid’ah, bahkan saya memeranginya, di mana pun terjadi. Maka seharusnya kita memahamkan dan mengarahkan pada pengikut Syi’ah agar meninggalkannya. Sebagaimana kita memahamkan para pengikut Ahlus Sunnah wal Jama’ah bahwa perbuatan itu jangan dijadikan alasan dan penghalang untuk mengetahui hakikat ajaran Ahlul Bayt as dan mengikutinya. Jangan mengikuti orang-orang awam Syi’ah dan orang-oranbg bodoh di kalangan mereka.<br /><br />Kita semua tahu bahwa pada diri Rasulullah saw ada suri tauladan yang baik, beliau mengalami kesedihan yang mendalam tatkala paman dan pelindung beliau Abu Thalib wafat. Tidak berapa lama istri beliau yang amat dicintai, Sayyidah Khadijah wafat. Kemudian disusul pula pamannya, Hamzah bin Abdul Muthalib, yang meninggalkan dunia untuk selama-lamanya. Beliau sangat sedih ketika menyaksikan tubuh pamannya, Hamzah bin Abdul Muthalib, telah terkoyak dan hatinya telah dimakan oleh Hindun, istri Abu Sufyan.<br /><br />Beliau saw juga menangisi putranya, Ibrahim; menangisi cucunya, Al-Husain, ketika diberitahu Jibril bahwa cucunya kelak akan terbunuh di padang Karbala; menangisi saudaranya dan putra pamannya, Ali bin Abi Thalib, ketika mengetahui kelak umatnya akan menghianati Ali, dan bahwa orang yang paling celaka di dunia ini akan melumuri jenggotnya dengan darah yang mengalir dari kepalanya.<br /><br />Rasulullah saw adalah orang yang banyak menangis. Bahkan, beliau memerintahkan kaum Muslim untuk berpura-pura menangis jika tidak kuasa untuk menangis, dan memohon pralindungan kepada Allah dari mata yang tidak dapat meneteskan airmata. Akan tetapi, beliau melarang orang yang sedang dilanda musibah dan dirundung kesedihan sampai memukuli tubuh dengan besi hingga mengeluarkan darah.<br /><br />Demikian juga, Imam pertama, Ali bin Abi Thalib as, tidak melakukan apa-apa yang dilakukan sebagian kalangan Syi’ah sekarang, ketika saudaranya dan putra pamannya, Rasulullah saw, mininggal dunia, yang kemudian disusul dengan meninggalnya istrinya tercinta, Fatimah Az-Zahra, sehingga tubuh dan kekuatan beliau menjadi lemah. Namun, pada saat itu, beliau tidak melukai dan memukuli tubuhnya sebagaimana yang diperbuat sebagian pengikutnya yang awam pada masa sekarang.<br /><br />Begitu juga Imam Hasan as dan Imam Husain as, mereka tidak melakukan hal itu pada saat kakeknya, Rasulullah saw, meninggal dunia; ketika ibu mereka, Fatimah Az-Zahra, penghulu wanita seluruh alam, meninggalkan dunia yang fana ini; dan juga ketika kematian ayahnya-sebaik- baik manusia setelah Nabi saw-mana kala Ibnu Muljam memukulnya dengan pedangnya di saat beliau as sedang (mengimami) shalat (subuh).<br />Demikian pula dengan Imam As-Sajjad, Ali Zain Al- Abidin bin Husain as, Beliau as menyaksikan sendiri tragedi Karbala yang telah merenggut nyawa ayahnya, paman-pamannya, dan semua saudaranya.<br /><br />Sejarah tidak pernah merekam bahwa salah seorang Imam pernah melakukan yang seperti itu, atau memerintahkan kepada pengikutnya untuk melakukannya. Sejarah hanya mencatat bahwa para Imam as suka mendengarkan syair-syair yang berisi ratapan Ahlul Bait, kemudian bersedih hati dan menangis karenanya. Untuk itu, mereka menganjurkan pengikutnya agar menangisi dan bersedih atas musibah yang menimpa Ahlul Bait. Namun, ini pun hanya termasuk perkara yang dianjurkan (mandub), bukan wajib.<br /><br />Atas dasar itulah, setelah mengamati hakikat Ahlul Bait as, dalam melakukan peringatan Asyura kami tidak mengikuti apa-apa yang dilakukan orang-orang awam. Kami menghidupkan peringatan Asyura dengan pembacaan maqtal, yang menceritakan kisah-kisah sedih kalangan Ahlul Bait, dengan penuh kesedihan, tangisan dan ratapan. Yang penting adalah menggugah hati supaya meneteskan air mata, tunduk dan khusyuk berzikir kepada Allah, demi kebenaran, dan berjanji kepada Allah untuk meneruskan jalan Al-Husain, yang merupakan jalan Rasulullah dan Ahlul Baitnya as.<br /><br />Peristiwa Asyura telah meninggalkan kedukaan yang mendalam, kesedihan, tangisan, dan kenangan yang memilukan; sekaligus memberikan pelajaran akan keberanian dan keikhlasan kepada para pengikut setia Ahlul Bait, yang terikat dengan sunnah nabi yang sahih dan apa-apa yang diperbuat para imam yang suci.<br /><br />Sementara itu, apa yang dilakukan orang-orang Syiah awam justru mengundang kritikan, dan memberi lahan kepada lawan untuk memancing di air keruh, guna mengaburkan akidah Syi’ah, memisahkan mereka dari Ahlul Bait, dan bahkan mengkafirkannya.<br />Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan kita penganut Syi’ah yang berwawasan luas, yang memperoleh petunjuk melalui proses penelitian dan pengkajian, dan tidak menjadikan kita sebagai penganut Syi’ah yang ikut-ikutan.<br /><br />Kami menghimbau kepada para pembaca budiman, hendaklah menjadi suri tauladan yang berpegang pada sunnah nabi yang sahih yang dinukil dari para Imam Ahlul Bait yang suci as.(1)<br /><br />Catatan Kaki.<br /> <br />(1) Tak pelak lagi bahwa banyak para ulama, seperti Sayyid Muhsin Al-Amin, Sayyid Ali Khamene’i, Sayyid Muhammad Husain Fadhlullah, dan masih banyak ulama lainnya, mereka berfatwa tidak membolehkannya. Adapun kalangan yang membolehkannya, mereka tetap menekankan untuk menjauhi hal-hal yang membahayakan dan memelihara beberapa hal. Bahkan, salah seorang ulama mengatakan, Pedang-pedang yang diacungkan ke wajah orang-orang zalim kini digunakan untuk memukul-mukul kepala mereka sendiri.<br />Namun sekarang, dengan berkembangnya kesadaran dan karena fatwa para ulama agama, di Republik Islam Iran , tindakan-tindakan di atas telah menyusut sampai 98 persen. Demikian pula di Irak , Lebanon , India , dan Pakistan , dengan selisih persentase yang berbeda.nabilhttp://www.blogger.com/profile/10999164119568672765noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-23966873.post-47150044523626174942007-12-03T15:48:00.000+07:002007-12-03T15:53:51.549+07:00Fiqih Perbandingan Lima MazhabRESENSI BUKU<br /> <br />(Oleh: Muhammad Anis Maulachela)<br /> <br /> <br />Judul : Fiqih Perbandingan Lima Mazhab<br />Penulis : Muhammad Ibrahim Jannati<br />Penerbit : Cahaya<br />Cetakan : Pertama, Juli 2007<br />Jumlah : 3 Jilid (hard cover)<br /> <br />Menurut terminologi Al-Quran dan as-Sunnah, fiqih adalah pengetahuan yang luas dan mendalam tentang perintah dan realitas Islam. Namun, menurut terminologi ulama, kata fiqih perlahan menjadi secara khusus diaplikasikan pada "pemahaman mendalam tentang hukum-hukum Islam".<br /> <br />Dalam beragama, seseorang bergantung pada tiga jenis pengetahuan: akidah, fiqih, dan akhlak. Namun menurut Syahid Baqir Shadr, dalam kehidupan beragama, 90 persen tercakup dalam pengetahuan fiqih. Dengan demikian, seseorang lebih banyak bergantung pada pengetahuan praktis fiqih dalam kehidupan sehari-hari. <br /> <br />Berbicara tentang fiqih, sudah tentu berkaitan erat dengan persoalan bagaimana merumuskan tema-tema hukum, yang dikenal dengan sebutan ijtihad. Dalam terminologi fiqih, ijtihad adalah upaya keras untuk melakukan deduksi dan penetapan (istinbath) hukum suatu objek melalui prosedur dan sumber-sumber yang sahih. Pengertian ini secara tidak langsung menyatakan bahwa dalam berijtihad, terdapat sederet persyaratan yang harus dipenuhi. Dengan kata lain, tidak semua orang dapat serta merta berijtihad. Meskipun tidak dimungkiri, telah muncul banyak mujtahid. Karenanya, demi mengenalkan pelbagai pendapat mereka, beberapa ulama Islam menyusun buku fiqih perbandingan.<br /> <br />Dalam literatur Arab, fiqih perbandingan dikenal dengan sebutan al-Fiqh al-Muqâran. Bidang ini membahas aneka pendapat ahli fiqih tentang masalah-masalah fiqhiyah dan mengungkapkan ragam hukum amaliah. Dalam bahasannya, ada yang mencantumkan sebab perbedaan para ulama dalam menentukan hukum, seperti buku Bidayah al-Mujtahid (Ibn Rusyd); ada yang tidak menelusuri sebab terjadinya perbedaan, seperti buku Fiqh ‘Alâ Madzahib al-Arba’ah (Abdurahman al-Jaziri); dan ada pula yang melakukan perbandingan pendapat dari berbagai mazhab fiqih, untuk kemudian mengunggulkan mazhab yang ia anut, seperti buku al-Hawi al-Kabir (al-Mawardi).<br /> <br />Pada dasarnya perbandingan fiqih hanyalah upaya untuk memperkaya informasi fiqih dan mengatasi persoalan fanatisme mazhab. Setidaknya, dengan perbandingan ini kita mengetahui bahwa pendapat lain juga memiliki dalil-dalil yang bisa dipertanggungjawabkan. Bukan dengan tujuan untuk memudahkan orang berpindah-pindah mazhab seenaknya atau memilih fatwa yang mudah-mudah saja (tatabbu’ ar-rukhash).<br /> <br />Gagasan inilah yang kira-kira hendak disampaikan oleh penulis. Dengan kepakarannya di bidang ilmu fiqih, penulis dengan apik memaparkan sejarah munculnya mazhab-mazhab fiqih. Bahkan dalam menyampaikan perbandingan, selain pendapat empat mazhab besar, penulis juga menyinggung pendapat mazhab-mazhab lain yang kurang populer atau bahkan telah ditinggalkan. Tampaknya, ini yang membedakan buku ini dengan buku-buku sejenis.<br /> <br />Tak hanya itu, dalam buku ini penulis juga memasukkan pendapat-pendapat mazhab Ja’fari (Syiah). Tujuannya demi memperkenalkan mazhab ini sebagai bagian dari khazanah Islam. Apalagi, kenyataannya mazhab Ja’fari tidak jarang dirujuk oleh beberapa ulama terkemuka Ahlusunah. Syaikh Mahmud Syaltut (Rektor Universitas al-Azhar Mesir), pada 6 Juli 1959 mengeluarkan fatwa, "Mazhab Ja’fari—yang dikenal dengan sebutan Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah—adalah mazhab yang secara agama sah untuk diikuti, sebagaimana mazhab-mazhab Sunni." Beliau juga mengatakan, "Saya dan beberapa teman yang bekerja di Dar at-Taqrib dan Universitas al-Azhar telah mendirikan kelompok yang bertugas untuk meneliti hukum berbagai masalah individual yang berhubungan dengan isu keluarga, dan kami cenderung memilih sebagian pendapat ulama Syiah dibanding ulama Ahlusunah."<br /> <br />International Islamic News Agency (salah satu lembaga di bawah OKI), pada 8 September 2001 juga memberitakan bahwa ketua Dewan Fatwa di al-Azhar, Syaikh Ali Abul Hasan, mengatakan, "Perceraian tidak sah bila tidak menghadirkan dua orang saksi." Beliau menyandarkan fatwanya pada pendapat mazhab Syiah. Senada dengan itu, Syaikh Jamal Kutb mengatakan, "Sebaiknya keluarga Muslim mengambil fatwa mazhab Syiah, karena Islam tidak hanya Hanafi, Syafi’i, Maliki, dan Hanbali." Fatwa tersebut juga didukung oleh Syaikh Yusuf al-Badri. <br /> <br />Selain itu, tujuan lain penulis adalah terciptanya persatuan di kalangan umat Islam meskipun berbeda mazhab. Persatuan di sini tentu bukan dalam bentuk keseragaman metode ijtihad, penggabungan mazhab, atau pembentukan mazhab baru. Karena, ini adalah hal yang nyaris mustahil. Namun, yang dimaksud adalah persatuan sosial dan budaya. Persatuan sosial adalah ketika umat Islam tidak sudi tunduk di hadapan penjajah dan orang-orang lalim. Sementara, persatuan sosial—yang lazim disebut pendekatan (taqrib) antarmazhab—adalah berkumpulnya para ulama mazhab Islam dalam suasana penuh keakraban dan jauh dari fanatisme mazhab, untuk membahas masalah-masalah teoretis dalam ilmu-ilmu keislaman. Sehingga, mereka bisa saling mengenal pandangan mazhab masing-masing, dan menghilangkan kesalahpahaman yang sering dimanfaatkan oleh musuh-musuh Islam untuk mencerai-beraikan Muslimin.[]nabilhttp://www.blogger.com/profile/10999164119568672765noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-23966873.post-60431786501651317142007-11-29T12:10:00.000+07:002007-11-29T12:11:45.912+07:00ALIRAN SESAT, ATAU ALIRAN SEMPALAN?ALIRAN SESAT, ATAU ALIRAN SEMPALAN?<br /><br /><br />Haidar Bagir<br /><br /><br />Suatu saat, sebuah stasiun TV sedang menayangkan cerita ditangkapnya seorang anak SMA yang dicurigai menjadi anggota kelompok Al-Qiyadah. Anak muda itu diborgol dan digelandang keluar dari sekolah tempatnya belajar. Melihat adegan itu, anak saya yang masih duduk di SMP, kontan nyeletuk : ”Yah, bukankah orang bebas beragama?”<br /><br />Saya sempat terkejut mendengar celetukan anak saya itu. Tapi, segera otak saya berputar untuk memberikan jawaban yang memuaskan baginya. Namun, untuk sampai kepada jawaban saya itu, marilah kita coba jernihkan terlebih dulu persoalannya.<br /><br />Ada sedikitnya dua masalah yang perlu kita bahas ketika kita bicara tentang aliran sesat. Pertama, apa yang dimaksud dengan ”sesat”. Tentunya dipandang dari sudut ajaran Islam. Kedua, apa seharusnya sikap kita terhadap aliran yang dianggap sebagai ”sesat” itu.<br /><br /> Dalam literatur standar, biasanya kita akan menemukan dua konsep sehubungan dengan aliran atau pemahaman terhadap Islam. Yang pertama mazhab, dan yang kedua firqah. Meski kadang ”mazhab” juga diterjemahkan dengan ”sekte”, adalah ”firqah” yang lebih tepat disebut demikian. Pada umumnya ”mazhab” melibatkan makna penganutan dalam jumlah besar – meski tak mesti merupakan mainstream – dan keberadaannya diakui oleh umat Islam selebihnya. Sebagai contoh, Syi’ah -- meski tak kurang-kurang dianggap sesat oleh sementara orang – tidak bisa disangkal ia merupakan suatu mazhab yang diakui keberadaannya. Beda halnya dengan ”firqah”. Meski pada awalnya bermakna netral, dalam pemakaiannya sehari-sehari kata ini memperoleh konotasi yang cenderung negatif. Selain jumlahnya yang relatif jauh lebih kecil, ada konotasi – meski tidak selalu – bahwa kelompok semacam ini tak diakui keberadaannya oleh umat Islam selebihnya. Firqah zindiqah adalah salah satu contoh ungkapan yang sering dipakai sehubungan dengan kata ini. Ima Ghazali bahkan memiliki suatu buku yang khusus ditulisnya mengenai masalah ini.<br /><br /> Barangkali kata zindiq memanglah istilah standar dalam bahasa Arab yang tepat dipakai untuk menunjuk pengertian ”sesat” dalam ungkapan ”aliran sesat”. Dalam bahasa Arab, kata ”zindiq” berarti ”keluar dari agama”, baik karena memiliki akidah yang dianggap bertentangan dengan yang diterima luas, maupun – yang ini biasanya diterapkan atas individu – karena melakukan praktik-praktik yang bertentangan dengan syari’ah. Dalam konteks heresiografi – ilmu tentang heresy (aliran menyimpang) – Islam, kata ”firqah” dimaknai sebagai kelompok yang menyempal dari Islam mainstream. Yakni, dari mazhab-mazhab yang diakui. Memang, kata ”firqah” berasal dari akar fa-ra-qa yang bermakna ”berpisah” atau menyempal.<br /><br /> Nah, dari sini saja sudah jelas betapa kata ini memiliki makna relatif. Yakni, terkait dengan suatu rujukan tertentu, alias tidak mutlak. Dengan kata lain, sebuah sekte dianggap firqah karena ia berbeda dari apa yang diakui luas, ia menjadi suatu firqah terhadap mazhab yang diakui. Misal, bisa saja Syi’ah -- meski ia termasuk dalam mazhab yang diakui -- disebut firqah karena perbedaannya dengan mazhab ahlus-Sunnah. Bukan hanya berbeda, biasanya firqah cenderung dianggap sebagai menyimpang, akibat perbedaannya dengan mazhab standar yang dipakai sebagai rujukan. Dalam buku al-Milal wa al-Nihal – karya heresiografi paling standar dalam kepustakaan Islam – misalnya, mazhab Syi’ah cenderung digambarkan sebagai aliran Islam yang menyimpang, persis karena penulisnya adalah ahlus-Sunnah (yang cenderung eksklusivistik).<br /><br /> Pemahaman ini penting dimiliki agar kaum Muslim tak mudah menuduh suatu jenis pemahaman terhadap Islam sebagai sesat. Atau, setidaknya, sifat ”sesat” itu mesti difahami sebagai ”sesat jika dilihat dari sudut suatu aliran tertentu, betapa pun aliran itu besar dan dianggap mainstream”. Pemahaman seperti ini juga yang perlu kita pakai ketika membaca fatwa MUI tentang aliran yang dianggapnya sesat, atau mengenai kriteria aliran sesat. Tanpa mengurangi apresiasi kita kepada MUI, yang memang sudah sewajarnya memiliki concern dan mengambil langkah-langkah yang dianggap perlu untuk menjernihkan pemahaman orang terhadap Islam, umat Islam juga berhak untuk tetap bersikap kritis terhadapnya. Sekadar contoh, di antara kriteria aliran sesat yang diumumkan MUI adalah ” meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dalil syar`i (Alquran dan as-sunah)”. Padahal kita tahu bahwa bukan hanya as-Sunnah – yang tidak qath’iy (pasti), bukan hanya dari segi periwayatannya (qath’iy al-wurud), melainkan juga dari segi pemahamannya (qath’iy al-dilalah) – al- Qur’an pun – meski qathiy dari segi wurud – tidak selalu qath’iy dari segi pemahaman atau penafsirannya. Juga kriteria ” melakukan penafsiran Alquran yang tidak berdasarkan kaidah tafsir”. Rasanya, meski ada kaidah tafsir yang diterima secara luas, tak semua orang sepakat mengenai hal ini. Ada yang memujikan kaidah tafsir literal (harfiah) sebagaimana sebagian kaum salafi, kemudian ada berbagai metode tafsir lain – seperti tahliliy, maudhu’y, muqaran atau muqarin -- malah ada ta’wil. Yakni tafsir esoteris (bathiniy) yang didasarkan pada keyakinan bahwa al-Qur’an memiliki banyak lapis arti.<br /><br />Jadi, persoalannya tak semudah itu. Khususnya jika menyangkut aliran pemahaman yang penganutannya relatif luas, telah berumur panjang, dan bertahan atas ujian waktu, serta dikembangkan oleh tokoh-tokoh yang dianggap memahami Islam dengan baik. Termasuk Ahmadiyah (dalam lingkungan Ahlus-Sunnah), dan Baha’iyah, Druze (dalam lingkungan Syi’ah), dan sebagainya. Bahkan untuk sekte-sekte yang lebih kecil, barangkali lebih tepat kita menggunakan istilah yang sedikit banyak lebih netral, yakni aliran sempalan (splinter sect) ketimbang aliran sesat.<br /><br />Nah, dari sini, sampailah kita kepada jawaban saya terhadap celetukan anak saya yang masih duduk di bangku SMP itu.<br /><br />Saya katakan bahwa, pada dasarnya, sesuai dengan ajaran asasi Islam, orang bebas beragama. Bahkan, orang bebas untuk tidak beragama. Fa man syaa’a fal-yu’min, wa man sya’a wal-yakfir, demikian ajaran al-Qur’an. Siapa yang mau silakan beriman, dan siapa yang mau silakan menjadi kafir. Namun, ada sedikitnya dua hal yang menyebabkan kaidah asasi itu perlu dikualifikasi atau diberi catatan. Pertama, tanpa mengurangi kebebasan dalam memiliki keyakinan, tetap ada batasan bagi seseorang untuk menyatakan bahwa pemahamannya masih sesuai dengan Islam, dan bahwa dia masih berhak untuk menyebut dirinya sebagai Muslim. Sebagiannya saya kira telah dengan baik diungkapkan dalam 10 kriteria MUI, termasuk : Mengingkari rukun iman dan rukun Islam, meyakini turunnya wahyu setelah Alquran, mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi al-Qur’an, mengingkari kedudukan hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam, melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul, mengingkari Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul terakhir, atau mengubah pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan syariah (yakni, mungkin perlu ditegaskan, yang termasuk dalam prinsip-prinsip dharuriy dalam agama, termasuk shalat, dan sebagainya). Dengan kata lain, seseorang atau suatu kelompok boleh memiliki pemahaman yang berbeda, tapi orang atau kelompok tersebut perlu berbesar hati untuk tidak menyebut dirinya Muslim jika melanggar kriteria-kriteria itu. (Sebagian) penganut Baha’i, misalnya, telah berani mengambil sikap untuk tak menyebut dirinya bagian agama Islam, melainkan agama Baha’i.<br /><br />Kedua, memang di dalam persoalan seperti ini ada juga masalah ketertiban sosial. Jika semua orang dibebaskan untuk menyebut dirinya Muslim, atau menyebut dirinya penganut agama apa pun yang diakui, seraya mengumbar pemahaman yang menabrak berbagai akidah dan kaidah yang diterima luas, maka dampaknya bisa mengganggu. Khususnya sehubungan dengan kelompok masyarakat yang memang rentan terhadap kemungkinan terpengaruh dengan berbagai faham akibat kekurangan wawasan, atau berada dalam situasi psikologis yang tidak normal, sebagai tampak dalam berbagai penelitian sosiologis mengenai masalah ini. Kenyataannya, dunia sudah menyaksikan munculnya kelompok-kelompok seperti People’s Temple yang mengajak pengikutnya bunuh diri beramai-ramai. Atau juga kelompok Aum Shinrikyo yang meng-gas orang-orang tak berdosa di stasiun bawah tanah Jepang.<br /><br />Tapi, akhirnya, kalau pun ada ruang bagi kita untuk mempersoalkan keyakinan seseorang, hendaknya hal ini dilakukan secara bijaksana. Adalah berlebihan, misalnya untuk memborgol seorang pelajar SMA dan menggelandangnya keluar kelas di depan teman-temannya, bahkan juga di bawah sorotan kamera media massa, karena ketidaktahuan sang anak. Apalagi mempergunakan kekerasan dan anarkisme dalam menghadapi masalah aliran-aliran sempalan seperti ini. Jika pun cara-cara persuasif gagal memecahkan masalah ini, hendaknya sebuah pengadilan yang benar-benar adil dapat mengambil-alih masalah ini, dan mengambil keputusan bijaksana yang tidak justru menimbulkan persoalan ketidakadilan atau pengebirian terhadap hak-dasar semua orang untuk memiliki kepercayaan yang diyakininya. Wal-Laahu a’lam.nabilhttp://www.blogger.com/profile/10999164119568672765noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-23966873.post-11610850091778114992007-11-16T12:28:00.000+07:002007-11-16T12:30:31.035+07:00Kearifan Cinta ~ Jalaluddin Rumi<br /><br />CINTA yang dibangkitkan<br />oleh khayalan yang salah<br />dan tidak pada tempatnya<br />bisa saja menghantarkannya<br />pada keadaan ekstasi.<br /><br />Namun kenikmatan itu,<br />jelas tidak seperti bercinta dengan kekasih sebenarnya<br />kekasih yang sedar akan hadirnya seseorang yang<br />mencintainya ini<br />sebagaimana kenikmatan lelaki<br />yang memeluk tugu batu<br />di dalam kegelapan sambil menangis dan meratap.<br /><br />Meskipun dia merasa nikmat<br />kerana berfikir bahawa yang dipeluk adalah kekasihnya, tapi<br />jelas tidak senikmat<br />orang yang memeluk kekasih sebenarnya<br />kekasih yang hidup dan sedar.<br />~ Jalaluddin Ruminabilhttp://www.blogger.com/profile/10999164119568672765noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-23966873.post-91760551493401325482007-09-19T20:01:00.000+07:002007-09-19T20:04:53.445+07:00Tamu Orang MiskinTamu Orang Miskin<br /> <br />Hari itu hari Jumat, ketika Nabi SAW meninggalkan Quba menuju Yatsrib (Madinah). Beliau memasuki kota dengan mengendarai unta-nya. Sementara itu, orang2 Muhajirin, Anshar dan bahkan orang2 Yahudi, laki2 dan perempuan, besar dan kecil, mengikuti di belakang unta beliau. Sayup2 terdengar senandung2 menyambut kedatangan tamu agung yg mereka tunggu2 itu dari suara mereka yg merdu. Semua mata tertuju pada orang asing yang mengendarai unta, yang telah meninggalkan kaumnya menuju Madinah. Semua orang berpikir tentang berbagai hal. Dalam hati mereka berkecamuk berbagai perasaan.<br /> <br />Sang pendatang menuju ke keramaian kota. Tiba-tiba laki-laki itu melepaskan tali kekang untanya, dan membiarkannya berjalan ke mana ia suka. Sungguh suatu tindakan yang sangat besar artinya. Sebab, kini kendali unta itu berada di tangan Dzat Yang Gaib yang menjaganya menuju masa depannya. <br /> <br />Penunggang unta itu melewati beberapa kawasan orang2 kaya di Madinah. Setiap melewati kawasan-kawasan tersebut, beliau selalu disongsong oleh tokoh masyarakat tersebut sambil memegang kendali unta dan berkata: ”Ya Rasulullah, tinggallah bersama kami dengan sega hidangan dan kenikmatan yang kami sediakan”.<br /> <br />Sang penunggang unta menjawab, ”Biarkan saja unta ini berjalan semau dia, sebab ada yang menyuruhnya.”<br /> <br />Unta tersebut terus berjalan dan setiap melewati rumah orang kaya, pemilik rumah pun menyongsongnya seraya memegang kendali unta dan berkata: ”Ya Rasulullah, tinggallah bersama kami. Kami telah sediakan hidangan dan kenikmatan2 lainnya.”<br /> <br />Sang penunggang unta pun menjawab dengan jawaban yg sama seperti sebelumnya. Begitu seterusnya unta tersebut terus berjalan. Sampai ketika unta tersebut melewati rumah paman-paman Rasulullah dari garis ibu, seperti sebelumya mereka menahan kendali unta dan berkata: ”Ya Rasulullah, tinggallah bersama paman-paman Tuan di sini. Kami telah menyediakan hidangan untuk Tuan.”<br /> <br />Dan untuk kesekian kalinya, sang penunggang unta menjawab: ”Biarkan saja dia berjalan mengikuti kehendaknya, karena ada yang menyuruhnya.”<br /> <br />Unta tersebut terus berjalan. Tak seorang pun mengetahui dengan pasti ke mana unta tersebut akan menghentikan langkahnya. Ajakan orang-orang kaya dengan hidangan lezat dan layanan kenikmatan lainnya tak menggiurkannya. Ia juga menolak ajakan dari kerabatnya. Ia tidak ingin mengikatkan dirinya pada suatu keluarga atau lapisan masyarakat tertentu.<br /> <br />Unta itu telah melewati rumah keluarga-keluarga kaya di Madinah, tanpa penunggangnya bersedia memenuhi undangan yg mereka ajukan dengan segala usaha itu. Dia bahkan menolaknya dengan tegas. Dengan demikian, jelas laki-laki ini adalah tamu orang-orang miskin.<br /> <br />Perasaan semua orang sudah demikian menggelora, tapi unta itu tetap melanjutkan langkahnya. Semakin jelas bahwa langkah-langkah unta itu mendekati kelompok rumah orang-orang miskin. Maka bersorak-sorailah orang-orang miskin itu, laki-laki dan perempuan, anak-anak dan orang-orang tua, dengan penuh kebanggaan, padahal sebelumnya mereka tidak punya harapan sedikitpun. Kerumunan orang yg berjejal-jejal di kiri-kanan, terus mengikuti unta dengan penunggangnya yang wajahnya memancarkan pemikiran yg mendalam dalam keteguhan. Kerumunan itu begitu menyemut, seakan-akan unta itu sebuah perahu yg dikelilingi oleh ombak yg naik-turun.<br /> <br />Kemudian anak-anak kecil, para pemuda dan kaum wanita yg jiwanya dibakar oleh keimanan dan semangat revolusioner itu, menyenandungkan lagu untuk menyambut laki-laki yang tampak berwibawa di atas untanya itu, seakan-akan dia adalah pendatang dari dunia lain. <br /> <br />Thala’a al-badru ‘alaina (Bulan Purnama telah menyingsing di atas kita)<br />min tsaniyyati al-wada’i (Dari sela-sela Bukit Wada’)<br />Wajaba al-syukru ‘alaina (Wajiblah kita bersyukur)<br />.....dst<br /> <br />Air mata mengalir di pipi semua orang sehingga mengaburkan penglihatan mereka. Bayang-bayang Sang Penunggang unta itu timbul tenggelam di depan mata mereka. Sesekali dia tampak jelas, dan tiba-tiba lenyap kembali. Begitulah seterusnya.<br /> <br />Tiba-tiba kerumunan orang-orang miskin yang semula berada di barisan paling belakang itu tersibak. Gelombang manusia berhenti mengalir, dan kaki-kaki mereka terasa gemetar. Semua orang bertanya-tanya, ”Apa yg sedang terjadi itu?” Ternyata unta itu telah berhenti berjalan. Tapi dimana ia sekarang? Itu dia. Ia berhenti di sebidang kebun yang ditumbuhi beberapa pohon kurma. Di situlah rupanya akhir perjalanan sang unta.<br /> <br />Abu Ayyub, laki-laki tua yang rumahnya bersebelahan dengan kebun itu, menghambur dari rumahnya menemui Nabi, dan mengambil bawaan beliau ke dalam rumahnya. Nabi bertanya kepadanya, ”Milik siapa kebun ini?”<br /> <br />”Milik Sahl dan Suhail, dua anak yatim Rafi’ bin Umar, yang kini saya asuh. Saya meminta kepada mereka berdua agar kebun ini mereka jual,” jawab Muadz bin Afra’.<br /> <br />Nabi pun kemudian memerintahkan membangun masjid di tempat itu. Beliau ikut pula mengerjakannya, bukan hanya sekedar memberi komando atau memilih pekerjaan yang ringan-ringan. Beliau menggali tanah, mengangkutnya ke tempat lain dan mengaduknya. Beliau ikut bekerja sebagaimana layaknya orang lain. Dan itulah kerja awal Nabi, menjadikan masjid sebagai batu sendi pembentukan sistem yang ingin beliau realisasikan. Disitu pula beliau akan tinggal. <br /> <br />Itu secuil teladan akhlak Rasulullah SAW. Sang ”Tamu” bagi orang-orang miskin. Sang pemimpin yang pekerja keras. Allahumma Sholli ’alaa Muhammad wa aalii Muhammad.[undzurilaina]<br />(sumber utama: ”Rasulullah SAW, Sejak Hijrah hingga Wafat.”, karya Dr. Ali Syariati<br /><br /><br /><a href="http://undzurilaina.blogspot.com"></a>nabilhttp://www.blogger.com/profile/10999164119568672765noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-23966873.post-35745587725307185592007-08-30T14:29:00.000+07:002007-08-30T14:50:14.138+07:0010 cara menyemangati anak belajarperlu di ingat gue masih single yah tapi mencoba aja untuk menulis seperti ini karena aku teringat cara seseorang mendidik anaknya<br /><br />Bila ingin anak Anda jadi bintang kelas, jangan batasi wawasan belajarnya hanya sebatas dinding ruang kelasnya. Walaupun keterampilan belajarnya merupakan hal yang penting bagi pertumbuhan intelektual dan sosialnya, anak Anda memerlukan bantuan Anda untuk melihat dunia.<br /><strong>Biasakan membaca</strong><br />Isi dunia anak Anda dengan membaca. Anda dapat menetapkan waktu membaca keluarga, atau membaca secara bergantian antara anak dan Anda. Sangat penting untuk memperlihatkan kepada anak bahwa selain tugas sekolah ada hal-hal lain yang perlu diketahuinya. Perlihatkan kepadanya betapa pentingnya membaca bagi Anda. Cara mudah, penuhi rumah Anda dengan novel, koran, poster. Anda dapat meletakan tatakan piring makan anggota keluarga dengan tatakan yang berisi kata-kata.<br /><strong>Bebas berpendapat</strong><br />Dukung anak Anda untuk dapat mengungkapkan pendapatnya, bicarakan mengenai perasaannya dan beri kesempatan kepadanya untuk memilih makanan penutup dan biarkan memilih kegiatan yang diminatinya di luar sekolah. Minta pendapatnya mengenai keputusan keluarga dan perlihatkan kepadanya bahwa Anda menghargainya. Salah satu hal yang penting di sekolah adalah dengan ikut berpartisipasi pada kegiatan yang diadakan kelas atau sekolah. Di rumah berikan kesempatan kepadanya untuk mengungkapkan perasaannya atas apa yang dirasakannya tadi di sekolah. Cara ini merupakan cara yang baik untuk menumbuhkan rasa percaya diri.<br /><strong>Selalu antusias</strong><br />Perlihatkan antusiasme Anda terhadap minat anak Anda dan berikan dukungan kepadanya dalam mengembangkan topik yang disukainya. Bila dia senang dengan kuda, pilih cerita yang berhubungan dengan kuda, atau minta dia untuk mencari lima hal tentang kuda di ensiklopedi.<br /><strong>Sediakan permainan</strong><br />Sediakan permainan dengan berbagai macam gaya belajar, mulai dari belajar mendengar dan melihat sampai dengan belajar memilih dan merangkai. Kembangkan satu permainan, misalnya permainan blok. Dukung anak Anda untuk mengembangkan kreativitasnya serta keterampilan dalam memecahkan masalah. Anak Anda memerlukan banyak sekali waktu bermain yang tidak terlalu terjadwal. Oleh karena itu Anda perlu menyadari kegiatan yang terlalu padat dapat membuat anak Anda stress dan mengganggu perkembangan minatnya untuk belajar.<br /><strong>Perbedaan minat</strong><br />Tunjukan hal-hal yang baru Anda pelajari dengan antusias. Bicarakan dengan anak tentang minat Anda berdua yang berbeda. Misalnya anak Anda berminat untuk melukis sementara Anda tertarik untuk belajar bahasa Mandarin. Cari guru privat, atau Anda dapat mendaftarkan diri di tempat kursus. Orangtua merupakan contoh yang paling penting dalam kehidupan seorang anak dan bila Anda memperlihatkan kepadanya bahwa belajar adalah pengalaman hidup yang tidak ada batasan umurnya anak Anda akan menangkap pesannya.<br /><strong>Tanya pelajaran</strong><br />Tanyakan kepada anak Anda apa yang telah dipelajari di sekolah bukan nilai yang diperolehnya. Walaupun dia tidak mendapatkan nilai matematika sebaik teman sekelasnya, dia masih dapat memperbaikinya dan tentu Anda tidak ingin mengecilkan hatinya. Minta anak Anda untuk mengajarkan kepada Anda apa yang telah dipelajarinya di sekolah dan dengan membiarkan dia menggunakan kata-kata dan caranya maka akan membantunya untuk dapat menguasai apa yang telah dipelajarinya tadi di sekolah.<br /><strong>Tidak kelelahan</strong><br />Minta anak untuk selalu mengumpulkan ulangan, tes apapun tugas sekolahnya. Lakukan bersama-sama sehingga dia akan menyadari bahwa Anda memberikan perhatian terhadap kemajuannya di sekolah, bila cara Anda seperti mengintimidasi maka yang dirasakannya adalah kekhawatiran bukan keinginan untuk belajar. Semakin besar seorang anak, semakin banyak tanggungjawabnya dan semakin banyak hal yang membuatnya sedih. Oleh karena itu tanyakan padanya secara teratur untuk memastikan dia tidak merasa kelelahan dengan tugas yang banyak.<br /><strong>Rayakan prestasi</strong><br />Rayakan prestasi yang dicapainya, tidak perduli sekecil apapun. Misalnya bila anak Anda telah menyelesaikan pekerjaan rumahnya, beri waktu kepadanya untuk bermain video game selama satu jam. Dengan memberikan dukungan yang positif, anak Anda jadi tidak malas belajar, dan sebaliknya justru akan merasa tertantang. Bila seorang anak merasa dihargai bila dia telah berhasil menyelesaikan suatu tugas maka hal ini akan membuatnya bersemangat dan selanjutnya akan lebih mudah bagi Anda untuk memintanya belajar.<br /><strong>Kembangkan bakat</strong><br />Pusatkan pada kelebihan yang dimilikinya yaitu dengan memberikan dukungan kepada anak Anda dalam mengembangkan bakatnya. Walaupun anak Anda tidak menguasai matematika, kemungkinan dia dapat menulis puisi indah. Agar anak Anda bersemangat belajar dan mengerjakan tugas matematika, selingi waktu belajarnya untuk membuat puisi. Bila anak Anda menyadari bahwa dia berbakat disalah satu bidang, dia akan cukup merasa percaya diri untuk mencoba bidang-bidang lainnya.<br /><strong>Kembangkan dunia</strong><br />Manfaatkan kejadian sehari-hari sebagai kesempatan untuk belajar . belajar terbentuk dari yang Anda tahu dan menghubungkannya dengan fakta-fakta. Dukung anak Anda untuk mengembangkan dunia di sekitarnya, ajukan pertanyaan-pertanyaan dan rankaikan.<br /> <br />Mungkin sebagian dari teori di atas perlu direvisi atau ditambahkan dari para senior yang telah menjabat sebagai orangtuanabilhttp://www.blogger.com/profile/10999164119568672765noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-23966873.post-50116207800320697702007-08-20T09:52:00.000+07:002007-08-20T09:56:03.802+07:00PERSATUAN UMMAT ISLAMPERSATUAN UMMAT ISLAM<br />Pidato Sayyid Ali Khamenei<br />25 Dzulhijjah 1427 H - 15 Januari 2007 M<br /><br /><br />Bismillahirrahmanirrahim <br />Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakatuh<br /><br />Kami ucapkan selamat datang kepada para tamu dari luar dan dalam negeri yang berkumpul di sini. Ini merupakan pertemuan yang penuh kebahagiaan dan kami berharap hanya persatuan yang tercapai dalam kesempatan ini. <br /><br />Poin penting pembicaraan ini yaitu masalah kekompakan umat Islam. Sebelum maupun sesudah kemenangan Revolusi Islam, kami telah mengupayakan pendekatan aspirasi antara kaum Syiah dan Sunni dan menunjukkan persatuan ini kepada dunia. Beberapa tahun sebelum kemenangan Revolusi, ketika saya berada di pengasingan di Propinsi Baluchestan, saya bertemu dengan Almarhum Maulavi Shahdad, seorang ulama besar Khuzestan. Waktu itu beliau tinggal di Saravan dan saya di Iranshar. Saya mengirim pesan kepada beliau agar bersedia menentukan waktu untuk duduk membahas dan merumuskan asas persatuan hakiki antara Sunni dan Syiah. Beliau menyambut baik usulan ini. Namun rencana itu belum sempat terwujud karena muncul gerakan revolusi. Pasca Revolusi Islam Iran, kami menggelar shalat Jum'at pertama yang juga dihadiri oleh sejumlah ulama Sunni termasuk mendiang Maulavi Shahdad. Dan pada kesempatan itu pula kita bersama-sama membahas masalah persatuan. <br /><br />Perselisihan antara penganut kedua madzhab akibat fanatisme adalah hal yang biasa. Hal ini tidak hanya terjadi pada kelompok Syiah maupun Sunni saja. Bahkan fenomena ini juga terjadi di dalam tubuh Syiah dan Sunni sendiri. Jika kita merujuk pada sejarah, kita akan menemukan perselisihan antara kelompok fiqih dan ushul Sunni misalnya antara Asy'ariah dan Mu'tazilah, atau antara Hanbali, Hanafi, dan Syafi'i. Perbedaan pendapat ini juga terjadi antara kelompok-kelompok Syiah. Perselisihan tersebut menjadi sangat sensitif dan berbahaya jika sampai ke masyarakat awam. Para ulama dan cendikiawan akan menyelesaikan perselisihan antara mereka dengan berargumentasi atau berdialog. Namun ketika perselisihan terjadi di masyarakat awam, maka senjata yang akan digunakan adalah fanatisme dan kekerasan. Ini sangat berbahaya. <br /><br />Sejak dulu orang-orang mukmin dan pihak yang memiliki itikad baik selalu berusaha mencegah perselisihan itu agar tak sampai ke masyarakat awam sehingga menimbulkan bentrokan. Tetapi pada era kini, ada faktor lain yang menyusup ke medan perselisihan antarmadzhab Islam, yaitu kolonialisme. Saya tidak ingin mengatakan bahwa perselisihan antara Syiah dan Sunni bermula dari aksi pihak-pihak kolonial. Karena pada dasarnya perselisihan itu muncul akibat fanatisme, kebodohan, penyelewengan, dan lain-lain. Hanya saja, kaum kolonial memanfaatkan faktor-faktor itu untuk mempertajam friksi tersebut . <br /><br />Anda semua dapat menyaksikan bahwa para tokoh penentang kolonialis, sangat menekankan masalah persatuan umat Islam. Sayyid Jamaluddin Asad Abadi yang dikenal juga dengan Jamaluddin Al-Afghani dan murid beliau Syeikh Muhammad Abduh, serta tokoh-tokoh perjuangan lainnya dari kelompok Syiah seperti, almarhum Sharafuddin Amili, mereka semua berupaya keras agar perselisihan tersebut tidak dimanfaatkan oleh pihak kolonial sebagai senjata untuk menghancurkan dunia Islam. Imam Khomeini r.a pun sejak awal menekankan pentingnya persatuan umat Islam karena para kaum kolonialis akan terus mengincarnya. <br /><br />Saya ingin mengatakan satu hal bahwa dalam urusan propaganda dan perpecahan, Inggris adalah negara yang paling handal di antara seluruh bangsa kolonial lainnya. Mereka telah mempelajari seluk-beluk kehidupan di Iran, Turki, di negara-negara Arab dan anak benua India. Dengan demikian, mereka mengetahui trik-trik yang paling jitu untuk mengadu-domba kelompok Sunni dan Syiah. Mereka sangat profesional dalam hal ini. Pasca kemenangan Revolusi Islam Iran, propaganda kaum kolonialis kian meningkat. Kami sudah menyaksikannya dan sejak awal Revolusi kami telah memperingatkan umat Islam untuk tetap waspada. Dalam beberapa tahun terakhir, mengingat Iran berhasil menggapai keberhasilan di berbagai bidang, keberhasilan tersebut dinilai sebagai manifestasi kebangkitan dunia Islam. Fenomena ini pula yang kian memotivasi kaum kolonialis bekerjasama meningkatkan propaganda mereka dalam memecah barisan umat Islam.<br /><br />Saat ini, mereka ingin mewujudkan front konfrontasi antara kelompok Syiah dan Sunni Irak. Hal yang sama juga tengah diupayakan di Pakistan, Afghanistan, Iran, dan di mana pun juga. Bahkan kami menerima informasi bahwa mereka telah mengirim orang-orang bayaran mereka ke Lebanon untuk menyulut konflik antara Syiah dan Sunni. Pihak yang menyulut konflik tersebut bukan orang Syiah atau Sunni. Mereka sama sekali tidak meyakini kesucian ajaran Syiah maupun Sunni. Beberapa waktu lalu, Presiden AS George W. Bush, dalam pidatonya menyinggung rencana peledakan makam dua imam suci di Irak. Aksi peledakan itu benar-benar dilakukan terhadap makam Askariain di Samara. Aksi peledakan itu dilakukan di depan mata tentara AS. Mungkinkah hal itu terjadi tanpa keterlibatan tentara AS mengingat kontrol keamanan di kota itu berada di tangan militer AS? <br /><br />Mereka (AS) menyebut terorisme di Irak adalah ulah kelompok AlQaeda dan Salafi, padahal mereka sendiri yang mengkoordinasinya. Antek-antek Rezim Baath Irak pun dikoordinasi langsung oleh Dinas Rahasia AS (CIA) dan Badan Intelejen Israel (Mossad). Tujuannya untuk melakukan pengeboman di berbagai wilayah Irak. Kota-kota rawan bahaya di Irak seperti Baghdad dan sejumlah kota lainnya, adalah kota yang dikontrol langsung oleh militer AS. Padahal kota-kota yang dikontrol militer Irak relatif lebih aman. Pada hakikatnya, instabilitas di Irak memang sengaja disulut AS dan terdapat acuan di baliknya. <br /><br />Pasca kemenangan Revolusi Islam Iran, kaum arogan menggulirkan propaganda baru untuk menunjukkan bahwa revolusi tersebut adalah revolusi Syiah. Padahal, revolusi Iran adalah revolusi Islam, revolusi AlQuran, dan manifestasi penegakan panji Islam di dunia. Keunggulan Revolusi Islam adalah keberhasilannya mengenalkan kepada dunia nilai-nilai Islami seperti tauhid, hukum-hukum Ilahi, dan spriritualitas. Revolusi Islam Iran membangkitkan kejayaan, kebesaran, dan kebanggaan Islam. Hal inilah yang membuat Barat sangat gusar. Seandainya revolusi Iran adalah revolusi Syiah yang tidak ada kaitannya dengan dunia Islam, mereka takkan pernah mempersoalkannya.<br /><br />Selama ini, pembelaan terhebat untuk perjuangan bangsa Palestina datang dari Revolusi Islam. Tidak ada pihak, negara, dan pemerintahan pun, yang mendukung perjuangan bangsa Palestina seperti yang dilakukan oleh bangsa Iran. Kami memberikan bantuan spiritual dan finansial semampu kami. Ketika Uni Soviet menduduki Afghanistan dan menggulingkan pemerintahan Islam di negara itu, nyaris seluruh negara di kawasan bungkam dengan berbagai macam pertimbangan. Namun Imam Khomeini r.a secara tegas menyampaikan pesan kepada Uni Soviet untuk segera keluar dari Afghanistan. Saya sendiri pernah menghadiri konferensi interasional yang dihadiri oleh negara-negara anggota Gerakan Non-Blok dan negara Islam. Negara-negara tersebut tidak berani menyinggung masalah pendudukan Soviet terhadap Afghanistan. Saat itu, hanya pidato saya sebagai wakil dari Iran, yang bernada keras dan Iran secara tegas mengkritik AS dan Uni Soviet.<br /><br />Kembali saya tegaskan bahwa revolusi Iran adalah revolusi Islam. Sebab itu, Iran tidak pernah mengklasifikasikan Palestina sebagai bangsa Sunni atau Syiah, dan Iran akan tetap mendukung perjuangan mereka. Iran juga mendukung perjuangan bangsa Lebanon. Pada hakikatnya, Republik Islam Iran akan mendukung setiap gerakan Islam di negara manapun. Seandainya Republik Islam Iran menutup seluruh perbatasannya dan menyatakan bahwa Teheran tidak akan bekerjasama dengan negara-negara Sunni, bisa dipastikan bahwa baik AS, Inggris, maupun Israel, tidak akan pernah mengusik Iran. Mengingat Republik Islam Iran dibentuk untuk Islam dan Muslimin, mereka akan terus merongrong pemerintahan Islam ini.<br /><br />Seiring dengan pembentukan pemerintahan Republik Islam Iran, isu perselisihan antara Sunni dan Syiah kian menguat secara dahsyat. Kita semua, khususnya para ulama, harus mewaspadainya. Masyarakat awam dapat dengan mudah terjebak konflik dan friksi, namun para ulama tidak boleh lengah untuk mengatasinya. Sebagai ulama kita tidak dapat berkata: "Mereka adalah orang awam sementara kita tidak akan bersikap sama seperti mereka". Sebab ulama-lah yang harus bertanggung jawab mencegah hal ini terjadi.<br /><br />Gelombang kebangkitan Islam telah meluas dan umat Islam mulai menggapai kejayaannya. Sementara itu, kaum arogan kalah di Palestina, Lebanon, Irak, dan Afghanistan. Tidak satu pun tujuan mereka yang terealisasi. Republik Islam Iran semakin hari semakin berkembang di sektor iptek, industri, sosial, dan ekonomi. Selama 27 tahun terakhir, Iran selalu melangkah ke depan dan pemerintahan Islam semakin kokoh. Faktor inilah yang memaksa pihak musuh terus mereaksinya. Kita harus berhati-hati agar musuh tidak memanfaatkan titik kelemahan dunia Islam, yaitu perpecahan, sebagai senjata mereka untuk menghancurkan dunia Islam.<br /><br />Benar bahwa pokok permasalahannya tidak terletak pada kesediaan kelompok Syiah dan Sunni untuk menerima pendapat pihak lain. Setiap orang berhak mempertahankan keyakinannya. Pokok masalahnya adalah agar kita tidak terkecoh propaganda yang didengungkan pihak musuh dan agar kita tidak terjerumus ke dalam konflik dan permusuhan. Kita harus menyadarkan bangsa kita untuk selalu berhati-hati dan waspada. Adapun tentang kelompok yang mengkafirkan atau mencoret madzhab lain dari lingkup Islam tanpa berlandaskan pada pemahaman yang benar, mereka sebenarnya adalah kelompok dungu. Meski mereka juga berwatak bengis, namun kedunguan adalah sifat mereka yang paling menonjol. Mereka harus segera dibimbing dan diarahkan.<br /><br />"Dan agar hati kecil orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat cenderung kepada bisikan itu, <br />mereka merasa senang kepadanya dan supaya mereka mengerjakan apa yang mereka kerjakan" <br />(QS. Al-An'aam: 113)<br /><br />Akibat lemahnya iman dan pengetahuan, sebagian orang terkecoh propaganda musuh, dan ulama memikul beban tugas yang sangat berat dalam hal ini. Dewasa ini, persatuan dunia Islam merupakan tujuan utama yang jika terealisasi, saat itulah umat Islam akan menggapai kejayaan dan kemuliaannya yang sejati. Tujuan itu dapat terealisasi dengan kerjasama seluruh negara Islam. Artinya, setiap negara Islam harus mengupayakan tercapainya persatuan dan kekompakan umat Islam. Di saat umat Islam sudah kembali pada format asalnya, saat itulah mereka akan menjadi tulang punggung pemerintahan Islam. Dengan demikian, negara-negara Islam tidak akan terpaksa mengikuti kebijakan AS dan Inggris, karena tidak adanya dukungan dari masyarakat.<br /><br />Saya berharap Allah swt membantu dan menunjukkan jalan bagi kita semua dan insya Allah, kita dapat melaksanakan tugas berat ini dengan sebaik-baiknya. <br /> <br /><br />Wassalamualaikum wa rahmatullah wa barakatuh.nabilhttp://www.blogger.com/profile/10999164119568672765noreply@blogger.com0