POTO GUE

POTO GUE
"Kematian seperti cinta pertama yang mengubah segalanya"

Sunday, March 04, 2007

Nabi Muhamad dalam Pandangan Agama-Agama Terdahulu

Nabi Muhamad dalam Pandangan Agama-Agama Terdahulu
Berbagai sumber ilmu kalam dan filsafat menyebutkan banyak dalil dan bukti kebenaran nubuwwah atau kenabian Muhammad SAWW. Di antara argument terpenting ini, dalam pandangan ulama dan cendekiawan muslimin, ialah kesaksian para Nabi terdahulu dan ulama serta tokoh masyarakat zaman lalu, demikian pula ulama Ahli Kitab, berkenaan dengan risalah dan nubuwwah Muhammad SAWW. Dalam acara kita kali ini kita akan berusaha mempelajari ucapan para Nabi dan ulama di kalangan umat terdahulu berkenaan dengan Nabi Besar Muhammad SAWW.
Al-Quranul karim mengatakan:

الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الأُمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِندَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالإِنْجِيلِ

"Orang-orang yang mengikuti Rasulk ini, Nabi yang Ummi, yang mereka dapatkan namanya tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada pada mereka." (Al-A'raf 157).

Dalam pandangan Al-Quranul Karim, kaum dan para Nabi terdahulu berkewajiban beriman kepada risalah Nabi Besar Muhammad SAWW, dan Allah swt telah mengambil perjanjian tegas dengan mereka semua bahwa jika Nabi tersebut lahir dan muncul dengan risalahnya, maka mereka harus beriman dan menerima ajaran yang ia bawa. Berkenaan dengan perjanjian yang Allah berikan kepda para Nabi terdahulu ini, Allah swt berfirman dalam Al-Quran:

وَإِذْ أَخَذَ اللّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّيْنَ لَمَا آتَيْتُكُم مِّن كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءكُمْ رَسُولٌ مُّصَدِّقٌ لِّمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنصُرُنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُواْ أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُواْ وَأَنَاْ مَعَكُم مِّنَ الشَّاهِدِينَ

Yang artinya, "Dan ingatlah ketika Allah mengambil perjanjian dengan para Nabi bahwa semua Kitab dan hikmah yang Aku berikan kepada kalian, kemudian datang kepada kalian seorang utusan yang membenarkan apa yang ada pada kalian, maka kalian harus beriman kepadanya dan membantunya." Kemudian Allah berkata, "Apakah kalian berikrar dan menerima perjanjian-Ku berkenaan dengan masalah ini?" Mereka menjawab, "Kami berikrar." Lalu Allah berkata, "Maka saksikanlah, dan Aku bersama kalian ikut pula menyaksikan."

Tampak sekali dari gaya bahasa dalam Ayat tersebut bahwa perjanjian yang Allah buat dengan para Nabi terdahulu ini sangat tegas dan ketat; bahwa mereka akan beriman dan membantu Nabi yang dijanjikan ini, yang tak lain adalah Nabi Besar Muhammad SAWW. Pada hakekatnya, Rasul Allah Muhammad SAWW adalah Nabi penutup, yang paling tinggi dan pemimpin semua Nabi dan Rasul. Berdasarkan berbagai riwayat terpercaya, di akherat pun seluruh umat bersama para Nabinya akan bergabung di bawah bendera Islam. Sangat dikenal kisah tentang isra' dan mi'raj, dimana ketika Nabi Muhammad SAWW tiba di Masjid Al-Aqsha, beliau bertemu dengan para Nabi besar terdahulu, termasuk Nabi Ibrahim, Musa, dan Isa alaihimussalam. Kemudian mereka melakukan salat berjamaah dimana Rasul Allah Muhammad SAWW tampil sebagai imam dan mereka semua bermakmum\n kepada beliau.",1]);

وَإِذْ أَخَذَ اللّهُ مِيثَاقَ النَّبِيِّيْنَ لَمَا آتَيْتُكُم مِّن كِتَابٍ وَحِكْمَةٍ ثُمَّ جَاءكُمْ رَسُولٌ مُّصَدِّقٌ لِّمَا مَعَكُمْ لَتُؤْمِنُنَّ بِهِ وَلَتَنصُرُنَّهُ قَالَ أَأَقْرَرْتُمْ وَأَخَذْتُمْ عَلَى ذَلِكُمْ إِصْرِي قَالُواْ أَقْرَرْنَا قَالَ فَاشْهَدُواْ وَأَنَاْ مَعَكُم مِّنَ الشَّاهِدِينَ

Yang artinya, "Dan ingatlah ketika Allah mengambil perjanjian dengan para Nabi bahwa semua Kitab dan hikmah yang Aku berikan kepada kalian, kemudian datang kepada kalian seorang utusan yang membenarkan apa yang ada pada kalian, maka kalian harus beriman kepadanya dan membantunya." Kemudian Allah berkata, "Apakah kalian berikrar dan menerima perjanjian-Ku berkenaan dengan masalah ini?" Mereka menjawab, "Kami berikrar." Lalu Allah berkata, "Maka saksikanlah, dan Aku bersama kalian ikut pula menyaksikan."

Tampak sekali dari gaya bahasa dalam Ayat tersebut bahwa perjanjian yang Allah buat dengan para Nabi terdahulu ini sangat tegas dan ketat; bahwa mereka akan beriman dan membantu Nabi yang dijanjikan ini, yang tak lain adalah Nabi Besar Muhammad SAWW. Pada hakekatnya, Rasul Allah Muhammad SAWW adalah Nabi penutup, yang paling tinggi dan pemimpin semua Nabi dan Rasul. Berdasarkan berbagai riwayat terpercaya, di akherat pun seluruh umat bersama para Nabinya akan bergabung di bawah bendera Islam. Sangat dikenal kisah tentang isra' dan mi'raj, dimana ketika Nabi Muhammad SAWW tiba di Masjid Al-Aqsha, beliau bertemu dengan para Nabi besar terdahulu, termasuk Nabi Ibrahim, Musa, dan Isa alaihimussalam. Kemudian mereka melakukan salat berjamaah dimana Rasul Allah Muhammad SAWW tampil sebagai imam dan mereka semua bermakmum kepada beliau.
\nImam Ali as juga pernah berkata, "Allah swt tidak pernah mengutus seorang Nabi pun, sejak Adam hingga Isa as, kecuali mengambil perjanjian dengannya bahwa jika ia bertemu dengan Nabi terakhir, maka ia dan semua pengikutnya harus beriman kepadanya dan membantunya." Pada saat Nabi Ibrahim as membangun Ka'bah di Makkah, beliau berdoa dan bermunajat kepada Allah. Dalam doa dan munajatnya ini, beliau menyinggung tentang Nabi Besar Muhammad SAWW, sebagaimana diceritakan dalam Al-Quran, Surat Al-Baqarah Ayat 129, yang artinya, "Ya Allah, utuslah kepada mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan Ayat-Ayat-Mu kepada mereka, dan mengajarkan Al-Kitab dan hikmah serta mebersihkan mereka. Sesungguhnya Engkau Maha Agung dan Maha Bijaksana."\nDalam berbagai kitab sejarah disebutkan seorang bernama Ka'ab bin Ghalib, salah seorang alim dari Ahli Kitab, yang hidup dimasa sebelum kelahiran Nabi Besar Muhammad SAWW. Dikatakan bahwa dia ini memiliki pengetahuan luas tentang ajaran tauhid Nabi Ibrahim as, juga Nabi Musa dan Isa as. Dia membaca kitab-kitab dan mempelajari ajaran-ajaran para Nabi Besar tersebut, termasuk yang berkenaan dengan berita tentang kedatangan seorang Nabi akhir zaman, dan penutup segala Nabi dan Rasul. Karena mempelajari kitab-kitab para Nabi terdahulu itulah, ia juga menyatakan beriman kepada Nabi terakhir ini, padahal Nabi tersebut belum lahir ke dunia. Kisah tentang Ka'ab bin Ghalib ini dapat dibaca dalam kitab Subulul Huda war Rasyaad, jilid satu halaman 96, juga kitab Hayaatul Quluub, tulisan Allamah Majlisi, jilid 2 halaman\n 62.\nHampir mirip dengan kisah Ka'ab bin Ghalib ini, ialah kisah tentang Rahib Bukhaira, yang melihat Rasul Allah SAWW ketika masih kecil. Rahib Bukhaira adalah seorang yang selalu menunggu dan menanti kedatangan seorang Nabi yang ia ketahui dari Kitab-Kitab suci para Nabi terdahulu, bahwa ia akan datang di salah satu tempat di jazirah Arab. Ciri-ciri fisik dan sifat-sifat serta perangai Nabi terakhir ini pun ia pelajari dania hafal dengan baik. Untuk itulah begitu ia melihat sekilas saja Nabi Muhammad SAWW yang masih kecil, maka ia merasa pasti bahwa orang inilah yang selama ini ia nantikan. Ketika ia mempelajari lebih jauh tentang anak kecil ini dengan mengujinya dan mengajukan beberapa pertanyaan, maka ia yakin seratus persen bahwa Muhammad ini bakal muncul sebagai Nabi terakhir dan paling mulia diantara seluruh Nabi. Untuk itu\n ia menasehatkan kepada Abu Talib, paman Nabi SAWW, agar berhati-hati dan lebih baik segera membawanya pulang untuk menghindari kejahatan orang-orang yang ingkar.",1]);


Imam Ali as juga pernah berkata, "Allah swt tidak pernah mengutus seorang Nabi pun, sejak Adam hingga Isa as, kecuali mengambil perjanjian dengannya bahwa jika ia bertemu dengan Nabi terakhir, maka ia dan semua pengikutnya harus beriman kepadanya dan membantunya." Pada saat Nabi Ibrahim as membangun Ka'bah di Makkah, beliau berdoa dan bermunajat kepada Allah. Dalam doa dan munajatnya ini, beliau menyinggung tentang Nabi Besar Muhammad SAWW,
sebagaimana diceritakan dalam Al-Quran, Surat Al-Baqarah Ayat 129, yang artinya,

"Ya Allah, utuslah kepada mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan Ayat-Ayat-Mu kepada mereka, dan mengajarkan Al-Kitab dan hikmah serta mebersihkan mereka. Sesungguhnya Engkau Maha Agung dan Maha Bijaksana."

Dalam berbagai kitab sejarah disebutkan seorang bernama Ka'ab bin Ghalib, salah seorang alim dari Ahli Kitab, yang hidup dimasa sebelum kelahiran Nabi Besar Muhammad SAWW. Dikatakan bahwa dia ini memiliki pengetahuan luas tentang ajaran tauhid Nabi Ibrahim as, juga Nabi Musa dan Isa as. Dia membaca kitab-kitab dan mempelajari ajaran-ajaran para Nabi Besar tersebut, termasuk yang berkenaan dengan berita tentang kedatangan seorang Nabi akhir zaman, dan penutup segala Nabi dan Rasul. Karena mempelajari kitab-kitab para Nabi terdahulu itulah, ia juga menyatakan beriman kepada Nabi terakhir ini, padahal Nabi tersebut belum lahir ke dunia. Kisah tentang Ka'ab bin Ghalib ini dapat dibaca dalam kitab Subulul Huda war Rasyaad, jilid satu halaman 96, juga kitab Hayaatul Quluub, tulisan Allamah Majlisi, jilid 2 halaman 62.
Hampir mirip dengan kisah Ka'ab bin Ghalib ini, ialah kisah tentang Rahib Bukhaira, yang melihat Rasul Allah SAWW ketika masih kecil. Rahib Bukhaira adalah seorang yang selalu menunggu dan menanti kedatangan seorang Nabi yang ia ketahui dari Kitab-Kitab suci para Nabi terdahulu, bahwa ia akan datang di salah satu tempat di jazirah Arab. Ciri-ciri fisik dan sifat-sifat serta perangai Nabi terakhir ini pun ia pelajari dania hafal dengan baik. Untuk itulah begitu ia melihat sekilas saja Nabi Muhammad SAWW yang masih kecil, maka ia merasa pasti bahwa orang inilah yang selama ini ia nantikan. Ketika ia mempelajari lebih jauh tentang anak kecil ini dengan mengujinya dan mengajukan beberapa pertanyaan, maka ia yakin seratus persen bahwa Muhammad ini bakal muncul sebagai Nabi terakhir dan paling mulia diantara seluruh Nabi. Untuk itu ia menasehatkan kepada Abu Talib, paman Nabi SAWW, agar berhati-hati dan lebih baik segera membawanya pulang untuk menghindari kejahatan orang-orang yang ingkar.

Suatu hari Rasul Allah SAWW beserta sejumlah sahabat di Madinah, menuju ke sebuah tempat ibadah kaum Yahudi dan menyaksikan mereka tengah membaca Kitab Taurat Nabi Musa as. Ketika mereka melihat Rasul Allah datang, mereka diamdan tidakmelanjutkan pembacaan Taurat. Rasul Allah bertanya kepada mereka, "Mengapa kalian menghentikan bacaan kalian?" Semua mereka diam dan tidak menjawab. Di salah satu sudut kuil Yahudi itu seorang lelaki yang tengah sakit berbaring. Ketika ia melihat teman-temannya terdiam, ia bangun dari tempat pembaringannya dan berkata, "Wahai Muhammad. Bacaan mereka itu tadi telah sampai pada bagian yang berbicara tentang ciri-cirimu. Ketika mereka melihat kau datang, mereka tidak ingin membacakannya dengan kehadiranmu dan sahabatmu, karena yang demikian itu akan merupakan dukungan kepada\n risalahmu."\nKemudian orang itu mengambil sebuah kitab Taurat dan dengan susah payah membacakannya di depan Nabi, semua yang berkenaan dengan keutamaan Nabi. Lalu ia berkata, "Wahai Muhammad, inilah sifat-sifat dan ciri-cirimu, serta ajaran dan umatmu. Saat ini juga aku bersaksi bahwa Tuhan adalah satu dan engkau adalah utusan-Nya." Kemudian ia berhenti dan tampak semakin kepayahan seraya tersengal-sengal, lalu ia menghembuskan nafasnya yang terakhir. Rasul Allah SAWW memerintahkan kepada para sahabat beliau agar mengurus jenazah orang Yahudi berhati bersih dan terang ini dengan cara-cara Islam. Kemudian beliau menyalatinya dan menguburkannya di kuburan muslimin.\nAbdullah bin Umar juga berkata, "Demi Allah, cirri-ciri Rasul Allah SAWW dalam Taurat Nabi Musa as, sama persis sebagaimana yang terdapat dalam Al-Quranul Karim dimana Allah swt berfirman, "Wahai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu sebagai saksi, pembawa peringatan dan kabar kembira." (Surat Al-Ahzab, Ayat 45). Dalam kitab Taurat, selain sifat-sifat mulia Nabi SAWW, terdapat pula firman Allah swt yang mengatakan, "Engkau (Muhammad) adalah tonggak dan tiang yang kokoh bagi kota Makkah, dan engkau adalah hamba dan utusan-Ku. Engkau Kuberi nama "Mutawakkil"",1]);


Suatu hari Rasul Allah SAWW beserta sejumlah sahabat di Madinah, menuju ke sebuah tempat ibadah kaum Yahudi dan menyaksikan mereka tengah membaca Kitab Taurat Nabi Musa as. Ketika mereka melihat Rasul Allah datang, mereka diamdan tidakmelanjutkan pembacaan Taurat. Rasul Allah bertanya kepada mereka, "Mengapa kalian menghentikan bacaan kalian?" Semua mereka diam dan tidak menjawab. Di salah satu sudut kuil Yahudi itu seorang lelaki yang tengah sakit berbaring. Ketika ia melihat teman-temannya terdiam, ia bangun dari tempat pembaringannya dan berkata, "Wahai Muhammad. Bacaan mereka itu tadi telah sampai pada bagian yang berbicara tentang ciri-cirimu. Ketika mereka melihat kau datang, mereka tidak ingin membacakannya dengan kehadiranmu dan sahabatmu, karena yang demikian itu akan merupakan dukungan kepada risalahmu."
Kemudian orang itu mengambil sebuah kitab Taurat dan dengan susah payah membacakannya di depan Nabi, semua yang berkenaan dengan keutamaan Nabi. Lalu ia berkata, "Wahai Muhammad, inilah sifat-sifat dan ciri-cirimu, serta ajaran dan umatmu. Saat ini juga aku bersaksi bahwa Tuhan adalah satu dan engkau adalah utusan-Nya." Kemudian ia berhenti dan tampak semakin kepayahan seraya tersengal-sengal, lalu ia menghembuskan nafasnya yang terakhir. Rasul Allah SAWW memerintahkan kepada para sahabat beliau agar mengurus jenazah orang Yahudi berhati bersih dan terang ini dengan cara-cara Islam. Kemudian beliau menyalatinya dan menguburkannya di kuburan muslimin.
Abdullah bin Umar juga berkata, "Demi Allah, cirri-ciri Rasul Allah SAWW dalam Taurat Nabi Musa as, sama persis sebagaimana yang terdapat dalam Al-Quranul Karim dimana Allah swt berfirman, "Wahai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu sebagai saksi, pembawa peringatan dan kabar kembira." (Surat Al-Ahzab, Ayat 45). Dalam kitab Taurat, selain sifat-sifat mulia Nabi SAWW, terdapat pula firman Allah swt yang mengatakan, "Engkau (Muhammad) adalah tonggak dan tiang yang kokoh bagi kota Makkah, dan engkau adalah hamba dan utusan-Ku. Engkau Kuberi nama "Mutawakkil"
\nSelanjutnya, Taurat melanjutkan puji-pujiannya kepada Rasul Allah SAWW dengan mengatakan, "Allah swt tidak akan mencabut nyawanya, kecuali setelah ia membimbing bangsa yang terkebelakang dan sesat kea rah jalan lurus, dan memperkenalkan kepada mereka ajaran tauhid "laa ilaaha illallaah". Ia akan membuka mata orang-orang yang buta, dan membersihkan hati yang berkarat dan menyembuhkannya dari penyakit. Ia juga membuka telinga-telingan yang tuli untuk mendengarkan ajaran-ajaran yang haq." Demikianlah sebagian dari isi Kitab Taurat berkenaan dengan keutamaan dan sifat-sifat mulia Rasul Allah SAWW, sebagaimana diceritakan dalam beberapa hadits yang dapat kita temukan dalam kitab Shahih Bukhari jilid 3 halaman 21; juga Musnad Ahmad, jilid 2 1]);

. Engkau bukan orang yang kasar dank eras hati, dan engkau tidak pernah berbicara keras di hadapan orang lain. Engkau tidak pernah membalas kejahatan dengan kejahatan. Pemberian maaf dan lapang dada adalah kebiasaanmu."
Selanjutnya, Taurat melanjutkan puji-pujiannya kepada Rasul Allah SAWW dengan mengatakan, "Allah swt tidak akan mencabut nyawanya, kecuali setelah ia membimbing bangsa yang terkebelakang dan sesat kea rah jalan lurus, dan memperkenalkan kepada mereka ajaran tauhid "laa ilaaha illallaah". Ia akan membuka mata orang-orang yang buta, dan membersihkan hati yang berkarat dan menyembuhkannya dari penyakit. Ia juga membuka telinga-telingan yang tuli untuk mendengarkan ajaran-ajaran yang haq." Demikianlah sebagian dari isi Kitab Taurat berkenaan dengan keutamaan dan sifat-sifat mulia Rasul Allah SAWW, sebagaimana diceritakan dalam beberapa hadits yang dapat kita temukan dalam kitab Shahih Bukhari jilid 3 halaman 21; juga Musnad Ahmad, jilid 2

No comments:

Yahoo Mesengger