POTO GUE

POTO GUE
"Kematian seperti cinta pertama yang mengubah segalanya"

Friday, December 08, 2006

Menyibak Dampak Gemerlap Hedonisme

Menyibak Dampak Gemerlap Hedonisme

Manusia mempunyai berbagai keinginan di dalam dirinya,
yang diantaranya adalah keinginan atau kecenderungan
kepada spiritual, keadilan, membantu kepada sesama dan
kesenangan kepada keindahan.

Dengan kata lain, Allah swt telah mengaruniakan kepada
manusia kecenderungan kepada keindahan dan kecenderungan
untuk memiliki kecantikan. Dengan begitu manusia akan
berbuat untuk memiliki kehidupan materi dan spiritual yang
lebih baik.
Imam Ridha as berkata: “Allah swt indah dan mencintai
keindahan. Dia senang menyaksikan kenikmatan yang Dia
karuniakan pada diri hamba-Nya. Allah tidak menyukai
keburukan.”

Amat disayangkan, sebagian orang terlalu berlebihan dalam
memandang keindahan sehingga terperosok ke dalam lembah
hedonisme. Hedonisme berarti berlebih-lebihan dalam
mencintai keindahan dan penyimpangan dari daya tarik alami
ini. Imam Ali as menyebut tiga tanda bagi orang yang
berlebihan dalam hal memanfaatkan karunia dan kenikmatan
Allah. Pertama: Memakan apa yang tidak sesuai baginya,
kedua mengenakan pakaian yang tidak seharusnya, dan ketiga
membeli yang tidak pantas untuk dirinya.

Ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang terjerat ke
dalam gaya hedonisme yang sebagiannya akan kami bahas pada
kesempatan ini.
Biasanya kecenderungan kepada hedonisme berpangkal pada
kepribadian seseorang. Misalnya, kesombongan dan egoisme
adalah penyebab kecenderungan seseorang kepada kehidupan
mewah. Orang sombong akan selalu membanggakan kekayaan dan
kedudukan yang dimilikinya untuk menunjukkan keunggulannya
atas orang lain.
Persaingan tidak sehat untuk menunjukkan kemewahan
terkadang menimbulkan perasaan dengki dan iri. Mereka
mengira bahwa cara menunjukkan kelebihan atas orang lain
adalah dengan cara bersaing seperti ini. Orang yang
hedonis memandang rendah kepada orang lain. Pandangan ini
sudah barang tentu akan menyebabkan timbul jurang yang
dalam antara mereka dengan orang lain. Dalam mengumpul
harta dan barang-barang mewah mereka akan dikuasai oleh
sifat ketamakan, dan orang seperti ini tidak akan bersedia
memberikan harta mereka kepada orang lain.

Penyebab lain penyakit hedonisme ialah, kepribadian tidak
sempurna yang dimiliki oleh seseorang. Dari pandangan
psikologi, orang yang cenderung kepada kemewahan berusaha
menutupi kelemahan dirinya yang kurang dari segi ilmu dan
spiritual. Pada sebagian kasus, kita menyaksikan
orang-orang kaya yang tidak tahu bagaimana membelanjakan
hartanya. Karena itu, mereka membeli dan mengumpulkan
barang-barang mewah dan pakaian-pakaian yang mahal.

Faktor penting lainnya adalah, pandangan materialis dan
cinta dunia. Hal inilah yang pernah disinggung oleh
Rasulullah saaw dalam sebuah hadisnya. Beliau bersabda,
Menyintai dunia adalah penyebab dari segala penyimpangan
dan kesalahan.
Orang yang tidak beriman kepada alam akhirat dan tidak
memperdulikan nilai-nilai moral seperti kesederhanaan,
kedermawanan dan persahabatan, tidak akan memikirkan nasib
orang lain. Mereka tenggelam dalam kemewahan hidup.

Ada pula faktor luar yang menjadi penyebab kecenderungan
kepada kemewahan, antara lain adalah budaya masyarakat dan
lingkungan sekitar. Dalam sebuah masyarakat yang memiliki
budaya hidup mewah, kecenderungan kepada kemewahan akan
menguasai seluruh anggota masyarakat. Dalam hal ini,
kemewahan para pejabat dan tokoh masyarakat akan
memberikan pengaruh yang sangat besar pada gaya kehidupan
ini.

Di era kontemporer ini iklan yang terdapat di berbagai
sarana media ikut membantu menciptakan budaya hedonisme.
Media-media ini dalam banyak kasus mengiklankan
produk-produk yang sebenarnya tidak diperlukan.
Iklan-iklan ini pula meninggalkan berbagai dampak
psikologis terhadap para pemirsa.

Allah swt mengaruniakan nikmat yang tidak terhingga untuk
digunakan oleh manusia dalam kehidupan, dan Allah
memerintahkan manusia untuk mengunakannya nikmat dan
karunia ini secara benar dan adil serta tidak melanggar
hak orang lain. Seperti mana yang telah disampaikan oleh
Imam Ali as: Saya tidak pernah melihat harta yang ditimbun
tanpa ada kezaliman terhadap hak orang lain.
Dengan demikian, hedonisme berarti keluar dari aturan
ilahi dan menyimpangkan karunia Allah dan hak orang lain.

Allah swt dalam ayat 31 surah al A’raaf, mengingatkan
manusia untuk tidak berlebihan-lebihan dalam memanfaatkan
nikmat Allah swt: “…Makan dan minumlah, dan janganlah
berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang yang berlebih-lebihan.

Dalam sebuah ayat yang lain, Orang yang suka memubazirkan
nikmat Allah, disebut sebagai saudara setan. Nabi Muhammad
saaw dalam sebuah hadis bersabda: Barang siapa yang
memakai pakaian dan merasa besar dengan pakaian itu, maka
Allah swt akan menyeretnya ke neraka dan dia akan bersama
dengan Qarun.

Orang yang hedonis, tidak hanya dikecam karena sikapnya
yang memubazirkan anugerah Allah saja, tetapi ia dikecam
juga karena dia menutup kesempatan berkembangnya
nilai-nilai kebaikan seperti infak, kemanusiaan dan
kedermawanan, serta menyebabkan berkembangnya kemiskinan
dan ketidak-adilan dalam masyarakat serta meruntuhkan
nilai-nilai spiritualitas.

Banyak akibat buruk yang ditimbulkan oleh hedonisme.
Pertama, lenyapnya kekayaan, meningkatnya jurang antar
miskin dan kaya, berkembangnya kemiskinan, kebangkrutan
dan hutang di tengah masyarakat kecil. Ibnu Khaldun
sejarawan dan sosiolog muslim dalam hal ini berkata:
Sejauh mana sebuah masyarakat tenggelam dalam hedonisme,
sejauh itulah mereka akan mendekati batas kehancuran.
Proses kehancuran akan terjadi karena hedonisme secara
perlahan akan menyebabkan kemiskinan masyarakat dan
negara. Sejauh mana hedonisme mewabah, sejauh itu pulalah
kemiskinan akan menyebar di tengah masyarakat.

Di pihak lain, membuang-buang harta untuk membeli
barang-barang mahal yang hanya dimaksudkan untuk
berbangga-bangga, perlahan-lahan akan menyeret sebuah
negara kepada pihak asing. Hal inilah yang terjadi saat
ini dunia. Banyak negara dunia yang bergantung kepada
Barat yang setiap waktu memasarkan produk-produk baru
untuk dikonsumsi.

Meskipun pekerjaan, usaha dan jerih payah untuk mencari
harta, dapat mengantarkan seseorang dan masyarakatnya
kepada kemajuan dan hal ini didukung oleh agama Islam,
namun jangan sampai hal itu menjerumuskan kita ke lembah
hedonisme dan kemewahan. Sebab, hal itu akan membawa
kerugian dan menghalangi manusia untuk sampai kepada
tujuan hidup yang sebenarnya. Untuk itu, harus dibedakan
antara kecenderungan ke arah keindahan yang merupakan
tuntutan fitrah manusia dengan hedonisme yang akan
menyeret ke kemewahan dan kesombongan

No comments:

Yahoo Mesengger