POTO GUE

POTO GUE
"Kematian seperti cinta pertama yang mengubah segalanya"

Saturday, December 16, 2006

tiga joke terbesar tahun ini

Potret (Keliru) Poligami
Oleh : Redaksi 14 Dec 2006 - 8:30 am

Oleh Sirikit Syah
Kesalahan perjuangan para aktivis perempuan adalah
lebih menghormati PSK dan perempuan simpanan daripada
mereka yang mau jadi istri kedua

Sahabat saya dr Nalini Agung menelepon hanya untuk
menyampaikan komentar kerasnya. "Ada tiga jokes of the
year tahun ini, laki-laki semua. Aa Gym, Yahya Zaini,
dan Akhmad Dani," katanya dengan nada jengkel. Menurut
perempuan cantik dan pintar itu, Yahya, yang tampil
bisu di sisi istrinya di hadapan publik Kamis malam
lalu, "Adalah laki-laki bertubuh besar, bernyali ciut.
Ada persoalan dengan istri, lari ke perempuan lain.
Kini ada persoalan dengan perempuan lain, berlindung
kepada istrinya."

Tentang Aa Gym, Nalini tidak banyak berkomentar,
selain, "Ternyata, Aa Gym manusia biasa juga." Namun,
Nalini tak dapat menoleransi kepongahan suami bernama
Akhmad Dani. "Suami macam itu, kalau saya jadi Maia,
wis tak tinggal."

Tiga lelaki "jokes of the year", istilah bagus temuan
seorang perempuan berpendidikan dan berkarir, yang
juga ibu rumah tangga yang baik. Di kalangan
pemerintah, Presiden SBY tak berkomentar sepatah
kalimat pun mengenai kasus YZ-ME, malah mempersoalkan
regulasi perkawinan poligami seolah-olah itu ancaman
nasional.

Di lapangan, berbagai kelompok masyarakat, antara lain
mahasiswa Universitas Muhamadiyah Jogjakarta, berdemo
menentang poligami. Ibu-ibu muslimat memboikot
pengajian Aa Gym. Sangat mengherankan, tak ada
masyarakat yang berdemo memprotes YZ, wakil rakyat
yang melakukan skandal seks.

Dunia sudah terbolak-balik. Aa Gym -yang menikah
dengan uang sendiri dan mendapat rida istri- dihujani
kecaman lebih keras daripada pelaku perzinahan dan
perselingkuhan dengan menggunakan uang rakyat/negara.

Potret Poligami

Seperti yang dikatakan Aa Gym, poligami sudah sangat
dikelirukan maknanya. Yang melakukan misleading atas
makna poligami itu termasuk di antaranya pemerintah,
para pemimpin negara, tokoh masyarakat, aktivis
perempuan, dan media massa. Poligami telah dipotret
sebagai kejahatan dan kekerasan pada perempuan dan
anak-anak.

Alih-alih mendengarkan penjelasan Aa Gym dan Teh
Ninih, istrinya, masyarakat lebih suka mendengarkan
sumber-sumber yang tidak layak bicara. Bagaimana kita
percaya pandangan Farhat Abbas tentang poligami? Dia
sendiri suami yang gemar mempermainkan perempuan dan
membohongi istrinya.

Juga, mengapa mendengarkan SANDY HARUN ( baca : tiap
3bulan sandy kunjungi tommy ) yang tak setuju poligami
atau berbagi suami? Look who’s talking. Dia
adalah "the other woman", yang kemudian dinikahi.
Dalam status sebagai istri Djodi, dia berhubungan dan
punya anak dengan Tommy Soeharto. Dalam kata lain,
Sandy adalah pelaku poliandri, sebuah tindakan
melanggar hukum. Orang seperti itu akan kita dengar
pendapatnya?

Kekecewaan masyarakat yang luar biasa kepada Aa Gym
sebetulnya dipicu oleh pemujaan berlebihan pada sosok
kiai muda itu. Ibu-ibu membanjiri pengajiannya dan
rela antre berbulan-bulan hanya untuk bisa mengunjungi
pesantrennya di Bandung. Aa dipandang sebagai dewa.
Ketika Aa melakukan hal yang manusiawi (bersifat
manusia), masyarakat terkejut dan patah hati.
Kebanyakan orang kecewa karena Aa sering
mendengung-dengungkan konsep keluarga sakinah.
"Sakinah apaan, bohong besar," kata sementara orang.

Apakah keluarga sakinah tak dapat tercapai dengan
tindakan Aa menikah lagi? Apakah keluarga sakinah
tidak mungkin dialami keluarga poligami? Saya melihat
keluarga poligami Aa Gym lebih sakinah daripada banyak
keluarga nonpoligami.

Pembelokan (bila bukan pemelintiran) makna poligami
-dari sebuah solusi menjadi tindak kejahatan- itu
hanya skala kecil upaya pemerintah untuk menutupi
amburadulnya pengelolaan negara belakangan ini. Ketua
DPR menyalahgunakan voucher pendidikan, anggota DPR
terlibat skandal seks yang videonya merebak ke seluruh
msayarakat, lumpur Sidoarjo tak tertangani, angka
kemiskinan meningkat, rakyat tak punya bahan bakar
untuk memasak, BUMN yang terus merugi atau kalau
untung dijual.

Kekeliruan masyarakat terjadi ketika mereka selalu
membenarkan persepsinya sendiri. Di antaranya, dengan
kalimat "Mana ada perempuan mau dimadu." Kenyataannya,
banyak peremuan bersedia dimadu. Lalu, "Ya, tapi
mereka pasti tertekan dan menderita." Lagi-lagi,
sebuah upaya pembenaran antipoligami.

Perempuan lain boleh pura-pura atau acting. Namun,
kita tak dapat menuduh Teh Ninih hipokret, bukan? Dia
dengan wajah bersinar menyatakan ikhlas dan rida
suaminya menikah lagi. Bahkan, mimik, gesture, dan
body language Ninih dan Aa selama jumpa pers
menunjukkan bahwa mereka masih saling (bahkan lebih)
mencintai.

Saya percaya mereka telah mendapatkan hikmah.
Masyarakat tak mau menerima kenyataan itu. Mereka
menolak fakta kebenaran. Bukan Aa dan Ninih yang
hipokret, melainkan kita sendiri.

Poligami bukan anjuran, apalagi kewajiban. Seperti
kata Aa, "Jangan menggampangkan." Aa tentu saja sah
berpoligami karena dia bukan PNS, dia mampu, dan
memiliki ilmu serta potensi untuk berbuat adil. Banyak
laki-laki tak bertanggung jawab bersembunyi di balik
UU Perkawinan yang melarang poligami dan meneruskan
tindakan bejatnya mempermainkan perempuan tanpa status
perkawinan sah.

Poligami yang baik dilakukan dengan cara kesepatakan
suami istri, kompromi, atau persuasi. Setiawan Djodi
berhasil mempersuasi istrinya untuk menerima kehadiran
Sandy Harun. Ray Sahetapy gagal karena Dewi Yull
memilih bercerai.

Sebagai perempuan muslim, kita boleh stay on atau quit
dalam perkawinan poligami. Alasan quit jelas: enggan
berbagi. Alasan stay on: mencintai suami dan tak ingin
kehilangan atau tak berdaya secara ekonomi dan sosial.

Kesalahan perjuangan para aktivis perempuan adalah
lebih menghormati PSK dan perempuan simpanan yang
independen daripada mereka yang mau jadi istri kedua.
Para istri pertama yang ikhlas, yang seharusnya
mendapat apresiasi dari kita, malah didudukkan sebagai
korban yang perlu dikasihani.

Banyak gerakan perempuan yang didukung pemerintah
meneriakkan yel-yel antipoligami. Sitoresmi yang
menjadi istri keempat Debby Nasution dipecat dari
LSM-nya di Jogjakarta karena dianggap "tidak berdaya".

Pada intinya, UU Perkawinan yang membatasi perkawinan
poligami hanya melindungi para istri pertama yang
enggan berbagi hak dengan sesama perempuan (padahal
diteriakkan persamaan hak dengan laki-laki). Lebih
buruk lagi, UU itu melindungi laki-laki hidung belang
yang tak mau bertanggung jawab. Itu sama tak
bertanggung jawabnya dengan laki-laki yang
berpoligami, padahal tidak mampu, tidak adil, dan tak
mendapat restu istri pertama. (hidayatullah)

*) Penulis adalah ibu rumah tangga, aktif sebagai
pengarang. Tulisan ini diambil dari Jawa Pos edisi
Rabu, 13 Des 2006

No comments:

Yahoo Mesengger