POTO GUE

POTO GUE
"Kematian seperti cinta pertama yang mengubah segalanya"

Monday, May 07, 2007

Perlu di baca

Saatnya Sunni-Syiah Berdamai



REPUBLIKA Jumat, 04 Mei 2007



Oleh : Syafiuddin Fadlillah
Anggota Indonesian Society for Middle East Studies (ISMES)

Perdana menteri Irak, Nouri Al Maliki, seperti diberitakan Middle East Online menyatakan bahwa langkah Amerika membuat tembok pemisah warga Sunni di kota Azamiyah adalah tindakan yang tidak akan banyak membantu memecahkan Sunni-Syiah di Irak. Pembangunan tembok setinggi 3 meter dengan panjang 9 km itu mengingatkannya pada tembok Berlin. Dia pun meminta AS untuk menghentikan pembuatan tembok itu.

Azamiyah adalah kota dengan mayoritas Sunni namun terisolasi oleh kota-kota terdekatnya yang mayoritas Syiah. Di Azamiyah terdapat kuburan ilmuwan besar Muslim yang seorang tabi'in dan saudagar pakaian, Imam Abu Hanifah. Dia adalah peletak dasar mazhab Hanafi.

Sebuah kenyataan
Konflik Sunni-Syiah adalah realita yang harus diterima umat Islam sebagai sebuah sunnatul hayat yang merupakan proses dari ijtihad para penganut pemeluknya. Karena itu, konflik Sunni-Syiah tak akan pernah berakhir kecuali dengan mengedepankan sikap toleransi bijak dari masing-masing pihak.

Konflik Sunni-Syiah jika terus dikobarkan akan menjadi buah simalakama tersendiri bagi umat Islam dan jika isu sektarian ini terus dibesar-besarkan akan menghabiskan tenaga dan berujung pada terkurasnya energi. Konflik ini menjadi senjata ampuh bagi musuh untuk menghancurkan keagungan ummat Islam

Di Negara-negara Timur Tengah selain Irak, terdapat kelompok Sunni-Syiah yang hidup berdampingan walau memang terkadang ada konflik-konflik kecil. Tetapi, konflik ini tidak pernah dibiarkan menjadi konflik yang terjadi terus-menerus dan juga tidak sampai menjadikan pertumbuhan darah di kedua belah pihak.

Di Saudi yang mayoritas Sunni Hanbali terdapat sekitar 10-15 persen kaum Syiah, menurut laporan ICG tahun 2005 terdapat sekitar 2 juta warga Syiah terutama di provinsi timur seperti wilayah Qotif dan Ahsa. Di Mesir, terdapat sekitar 1 persen warga Syiah, di Lebanon ada sekitar 25-35 persen warga Syiah, di Bahrain laporan tahun 2006 mengungkapkan terdapat 70 persen warga Syiah. Sedang di Kuwait ada sekitar 30 persen warga Syiah, Uni Emirat Arab ada sekitar 4,5 juta warga Syiah (40 persen) di Suriah ada sekitar 2,2 juta warga Syiah (15 persen). Dua kelompok ini hidup berdampingan tanpa pertumpahan darah.

Sekali lagi, komunitas Sunni-Syiah adalah realita umat sebagai sebuah ijtihad yang tidak perlu menjadikan pertumpahan darah di antara sesama umat. Yang berlaku di sini hukum ijtihad. Jika benar mendapat dua pahala dan jika salah akan memperoleh satu pahala. Deklarasi Makkah 2006 yang disponsori Organisasi Konfrensi Islam (OKI) dan diikuti oleh ulama masing-masing kelompok, patut dijadikan acuan dalam berinteraksi antara Muslim Syiah dengan Muslim Sunni.

Deklarasi Makkah 2006 merupakan jawaban ulama akan sikap keharusan pihak yang bertikai untuk menghentikan pertumpahan darah hanya karena perbedaan aliran pandangan. Perbedaan Sunni-Syiah merupakan perbedaan yang alami sama seperti perbedaan mazhab-mazhab dalam fikih Islam.

Deklarasi Mekkah 2006 diperkuat lagi dengan adanya Konferensi Internasional pendekatan persepsi Sunni-Syiah yang diadakan di Qatar dan dihadiri ulama-ulama Sunni dan Syiah. Seperti halnya Deklarasi Makkah, konfrensi ini juga mengelurkan pernyataan bersama dan menyebut pentingnya membuka dialog antara dua pihak dengan bahasa perdamaian dan bukan dengan bahasa senjata.

Di antara sebagian isi dari deklarasi tersebut adalah bahwa setiap orang yang mengucap kalimat syahadat adalah Muslim yang harta dan kehormatannya menjadi terjaga dan tidak boleh dizalimi. Perbedaan yang ada di Sunni-Syiah adalah perbedaan mazhab dan bukan merupakan perbedaan aqidah.

Seorang Ulama Syam, Prof Dr Wahbah Zuhaily, juga tidak melihat perbedaan yang begitu dominan antara Syiah dan Sunni. Ia melihat Syiah Imamiyah yang sekarang ada di Iran adalah mazhab yang lebih dekat dengan mazhab Syafii dan hanya memiliki perbedaan dalam 17 perkara fikih. Sedang Syiah Zaidiah, menurut beliau, adalah Syiah yang paling dekat dengan Sunni. Bahkan penganut Sunni menggunakan beberapa buku rujukan Zaidiyah seperti buku fikih karangan Imam Shonani, dan Kitab Subulussalam.

Pembangunan tembok pemisah komunitas Sunni-Syiah adalah kebijakan yang akan melahirkan persoalan baru yang lebih banyak membawa kurugian. Warga Sunni dan Syiah akan terkotak-kotak. Hal ini akan meningkatkan kecurigaan kedua belah pihak, dan akan mendongkrak eskalasi konflik. Padahal, selama ini konsolidasi perdamaian Syiah-Sunni terus disuarakan oleh ulama kedua kelompok.

Penulis melihat, AS sangat berkepentingan untuk terus menciptakan konflik di Irak khususnya dan Timur Tengah umumnya. Semua itu dilakukan AS untuk menjaga stok minyak aman mengalir ke AS. Selama ini AS sangat bergantung terhadap minyak Timur Tengah yang menyimpan 2/3 cadangan minyak dunia. Seperenam dari stok itu ada di Arab Saudi

Fakta lain juga mengungkapkan bahwa AS mengonsumsi minyak per hari sebesar 28,3 juta barel. Sementara produksi minyak dalam negeri sebesar 8,6 juta barel per hari. Itu artinya sebesar 19,7 juta bph harus diimpor dari luar negeri.

Minyak memiliki nilai yang begitu tinggi dalam politik luar negeri, terutama bagi negara-negara Timur Tengah. Kenyataan itu pernah terbukti pada Oktober 1973 ketika Amerika mendukung Israel pada perang Arab-Israel. Atas desakan presiden Mesir, Anwar Sadat, Arab Saudi mengembargo penjualan minyak ke Amerika. Ekonomi Amerika pun ambruk.

Persatuan jadi kunci
Bagimanapun juga, Amerika sangat pandai mengelola konflik sektarian ini sebagai bagian dari rencana besar AS untuk menguasai atau paling tidak mengendalikan negara-negara Timur Tengah. Inilah saatnya dua kelompok tersebut untuk meninggalkan atribut kelompoknya demia mencapai tujuan yang lebih besar yaitu kuatnya solidaritas sesama umat. Hal itu merupakan salah satu syarat untuk memperoleh kemenganan. Persyaratan tersebut telah difirmankan Allah SWT dalam Surat Al Anfal.

Persatuan umat adalah kunci bagi hengkangya kekuatan Amerika di Irak. Jika konflik Sunni-Syiah atau Irak-Kurdi terus dikobarkan, mungkin AS masih akan terus menambah pasukan nasionalnya di Irak. Kenyataan seperti itu berarti bahwa Irak akan terus terjajah oleh Amerika dan sekutunya

Persatuan umat bukan hanya karena Arab atau non-Arab, tetapi karena umat ini adalah umat Islam yang memiliki satu Tuhan dan merupakan umat Nabi Muhammad SAW. Tuhan orang Persia sama dengan Tuhan orang Arab. Semangat atas dasar keislaman inilah yang luntur ketika Khilafah Islamiah hancur berantakan tatkala Arab tidak suka dipimpin oleh orang non-Arab.

Islamlah perekat yang sempurna jika kita semua bersedia memperkecil perbedaan latar budaya dan tipikal pribadi. Pesan seperti itu pernah dikemukaan Khalifah Umar RA. Dalam sebuah kesempatan Khalifah Umar berKata, "Kami diagungkan karena kami berpegang teguh dengan Islam ini dan jika kami mencari keagungan bukan pada Islam maka Allah akan menghinakan kita."

Ikhtisar

- Amerika sangat berkepentingan untuk melanggengkan terjadinya ketegangan Sunni-Syiah.
- Kepentingan yang dimaksud itu adalah kelancaran Amerika untuk menyedot kekayaan minyak dunia Arab.
- Untuk menghadang kepentingan itu, persatuan umat Islam menjadi kuncinya.
- Ego yang terus dipegang kuat oleh masing-masing aliran dalam Islam, bakal sangat membahayakan masa depan Muslimin.

No comments:

Yahoo Mesengger