POTO GUE

POTO GUE
"Kematian seperti cinta pertama yang mengubah segalanya"

Saturday, January 12, 2008

SETIAP HARI ADALAH ASYURA, DAN SETIAP TANAH ADALAH KARBALA

(disadur dari buku Mazhab Alternatif, Perbandingan Syi’ah-Sunnah, karya DR. Muhammad Tijani As-Samawi, diterjemaahkan dari Kullul Hulul ‘Inda Alirrasul)

Moga-moga orang-orang memahami makna ungkapan ini, lalu memberikan pada setiap tanah yang mereka tempati dan setiap hari yang mereka lalui hak-hak islam, yang karenanya Imam Husain bin Ali as mati syahid.

Kalau mereka mempraktekkan yang demikian, niscaya akan mengubah wajah kaum Muslim di dunia, sehingga mereka menjadi tuan sebagai ganti dari menjadi hamba di dunia ini. Akan tetapi, sayangnya, dari revolusi Imam Husain as yang penuh berkah, mayoritas mereka hanya mengetahui tangisan, ratapan, pekikan suara, memukul dada, pementasan panggung, yang dilakukan beberapa kali dalam setahun, sebagai peringatan dan tradisi, lalu setelah itu segalanya dilupakan.

Mayoritas kalangan Ahlulsunnah wal Jama’ah mengkritik apa yang dilakukan sebagian kalangan Syi’ah berkenaan dengan Asyura, seperti memukul (dada) dan memukul tubuh dengan rantai hingga mengeluarkan darah.

Begitu juga, media massa Barat dan Arab, pada masa sekarang ini menyiarkan apa yang dilakukan kalangan Syi’ah di Iran pada hari-hari peringatan Asyura. Apa yang mereka lakukan, seakan-akan mereka itu binatang liar yang berbahaya, yang hanya mengenal kekerasan, dan tidak merasa nyaman kecuali dengan darah yang mengalir dari tubuh manusia.

Demikian juga dengan para penganut Syi’ah di Pakistan, India , dan di negara-negara lainnya, mereka melakukan hal yang sama. Hanya saja media massa , seperti televisi, hanya memusatkan perhatiannya kepada kalangan Syi’ah yang ada di Iran , dengan maksud supaya diketahui oleh orang-orang yang menaruh minat pada hal-hal berkaitan dengan Islam dan kaum Muslim.

Media massa tidak menyiarkan shalat Jumat di Taheran yang dihadiri tidak kurang dua juta manusia, yang diimami Presiden, dan juga tidak menyiarkan kekhusyukan jutaan kaum Muslim yang menghadiri acara pembacaan doa Kumail bersama yang diselenggarakan setiap malam Jumat. Sehingga, jalan-jalan dipenuhi oleh kaum Muslim laki-laki dan wanita, orang tua maupun anak-anak. Mereka memohon ampunan kepada Allah SWT dengan tunduk dan khusyuk di keheningan malam.

Sungguh sangat disesalkan, mereka hanya mengekspos seputar peringatan Asyura dan memusatkan perhatian pada perbuatan sebagian kalangan yang melukai tubuhnya hingga mengeluarkan darah.

Sebenarnya, apa yang dilakukan sebagian penganut Syi’ah pada peringatan Asyura bukan merupakan bagian dari agama. Seandainya para mujtahid berijtihad dan berfatwa mengenai itu, tentu para pengikutnya yang melakukannya akan beroleh pahala yang besar.

Perbuatan-perbuatan itu hanya merupakan tradisi dan ungkapan emosi yang ditunjukan para pelakunya. Kemudian, ia menjadi popular dan menjadi tradisi yang diwariskan dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya, sebagai taklid buta. Bahkan, sebagian orang awam merasakan bahwa mengeluarkan darah dengan memukul tubuh adalah pendekatan diri kepada Allah Ta’ala. Sebagian yang lain berkeyakinan bahwa yang tidak melakukan hal itu berarti tidak mencintai Al-Husain.

Jika saya kembali kepada diri saya sendiri, sekalipun saya telah menjadi Syi’ah dan mengakui kebenarannya, sungguh saya merasa tidak puas dengan pemandangan yang menjijikkan ini, yang akal sehat pun menolaknya. Yaitu ketika seorang laki-laki menanggalkan bajunya kemudian memukul dirinya dengan besi sambil berteriak dengan suara keras : Husain..Husain. .Husain..

Yang mengherankan dan menimbulkan keraguan, anda melihat mereka yang tengah mengikuti peringatan itu tampak dalam kedukaan yang mendalam, namun setelah acara selesai, mereka tertawa, makan dan minum, dan seolah-olah segalanya telah berakhir hanya sampai pada ujung acara tersebut saja.. Anehnya lagi, kebanyakan mereka adalah orang-orang yang tidak terikat pada agama. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, perkenankanlah saya untuk mengkritik mereka secara langsung berkali-kali, dan saya ingin katakana kepada mereka, bahwa apa yang mereka perbuat adalh semata-mata tradisi rakyat dan taklid buta.

Semoga Allah merahmati Syahid Muhammad Baqir Shadr yang telah menjelaskan kepada saya dalam peringatan musibah tersebut. Ketika itu saya sempat bertanya kepada beliau sebelum masuk Syi’ah. Beliau berkata kepada saya “Sesungguhnya pemandangan yang anda lihat seperti memukul tubuh dan mengeluarkan darah adalah perbuatan orang-orang awam karena ketidaktahuan merekaTidak seorang pun dari ulama yang melakukan hal itu, bahkan mereka sudah sering menasehati dan melarangnya”

Sungguh, saya tidak menyukai suatu yang berbau bid’ah, bahkan saya memeranginya, di mana pun terjadi. Maka seharusnya kita memahamkan dan mengarahkan pada pengikut Syi’ah agar meninggalkannya. Sebagaimana kita memahamkan para pengikut Ahlus Sunnah wal Jama’ah bahwa perbuatan itu jangan dijadikan alasan dan penghalang untuk mengetahui hakikat ajaran Ahlul Bayt as dan mengikutinya. Jangan mengikuti orang-orang awam Syi’ah dan orang-oranbg bodoh di kalangan mereka.

Kita semua tahu bahwa pada diri Rasulullah saw ada suri tauladan yang baik, beliau mengalami kesedihan yang mendalam tatkala paman dan pelindung beliau Abu Thalib wafat. Tidak berapa lama istri beliau yang amat dicintai, Sayyidah Khadijah wafat. Kemudian disusul pula pamannya, Hamzah bin Abdul Muthalib, yang meninggalkan dunia untuk selama-lamanya. Beliau sangat sedih ketika menyaksikan tubuh pamannya, Hamzah bin Abdul Muthalib, telah terkoyak dan hatinya telah dimakan oleh Hindun, istri Abu Sufyan.

Beliau saw juga menangisi putranya, Ibrahim; menangisi cucunya, Al-Husain, ketika diberitahu Jibril bahwa cucunya kelak akan terbunuh di padang Karbala; menangisi saudaranya dan putra pamannya, Ali bin Abi Thalib, ketika mengetahui kelak umatnya akan menghianati Ali, dan bahwa orang yang paling celaka di dunia ini akan melumuri jenggotnya dengan darah yang mengalir dari kepalanya.

Rasulullah saw adalah orang yang banyak menangis. Bahkan, beliau memerintahkan kaum Muslim untuk berpura-pura menangis jika tidak kuasa untuk menangis, dan memohon pralindungan kepada Allah dari mata yang tidak dapat meneteskan airmata. Akan tetapi, beliau melarang orang yang sedang dilanda musibah dan dirundung kesedihan sampai memukuli tubuh dengan besi hingga mengeluarkan darah.

Demikian juga, Imam pertama, Ali bin Abi Thalib as, tidak melakukan apa-apa yang dilakukan sebagian kalangan Syi’ah sekarang, ketika saudaranya dan putra pamannya, Rasulullah saw, mininggal dunia, yang kemudian disusul dengan meninggalnya istrinya tercinta, Fatimah Az-Zahra, sehingga tubuh dan kekuatan beliau menjadi lemah. Namun, pada saat itu, beliau tidak melukai dan memukuli tubuhnya sebagaimana yang diperbuat sebagian pengikutnya yang awam pada masa sekarang.

Begitu juga Imam Hasan as dan Imam Husain as, mereka tidak melakukan hal itu pada saat kakeknya, Rasulullah saw, meninggal dunia; ketika ibu mereka, Fatimah Az-Zahra, penghulu wanita seluruh alam, meninggalkan dunia yang fana ini; dan juga ketika kematian ayahnya-sebaik- baik manusia setelah Nabi saw-mana kala Ibnu Muljam memukulnya dengan pedangnya di saat beliau as sedang (mengimami) shalat (subuh).
Demikian pula dengan Imam As-Sajjad, Ali Zain Al- Abidin bin Husain as, Beliau as menyaksikan sendiri tragedi Karbala yang telah merenggut nyawa ayahnya, paman-pamannya, dan semua saudaranya.

Sejarah tidak pernah merekam bahwa salah seorang Imam pernah melakukan yang seperti itu, atau memerintahkan kepada pengikutnya untuk melakukannya. Sejarah hanya mencatat bahwa para Imam as suka mendengarkan syair-syair yang berisi ratapan Ahlul Bait, kemudian bersedih hati dan menangis karenanya. Untuk itu, mereka menganjurkan pengikutnya agar menangisi dan bersedih atas musibah yang menimpa Ahlul Bait. Namun, ini pun hanya termasuk perkara yang dianjurkan (mandub), bukan wajib.

Atas dasar itulah, setelah mengamati hakikat Ahlul Bait as, dalam melakukan peringatan Asyura kami tidak mengikuti apa-apa yang dilakukan orang-orang awam. Kami menghidupkan peringatan Asyura dengan pembacaan maqtal, yang menceritakan kisah-kisah sedih kalangan Ahlul Bait, dengan penuh kesedihan, tangisan dan ratapan. Yang penting adalah menggugah hati supaya meneteskan air mata, tunduk dan khusyuk berzikir kepada Allah, demi kebenaran, dan berjanji kepada Allah untuk meneruskan jalan Al-Husain, yang merupakan jalan Rasulullah dan Ahlul Baitnya as.

Peristiwa Asyura telah meninggalkan kedukaan yang mendalam, kesedihan, tangisan, dan kenangan yang memilukan; sekaligus memberikan pelajaran akan keberanian dan keikhlasan kepada para pengikut setia Ahlul Bait, yang terikat dengan sunnah nabi yang sahih dan apa-apa yang diperbuat para imam yang suci.

Sementara itu, apa yang dilakukan orang-orang Syiah awam justru mengundang kritikan, dan memberi lahan kepada lawan untuk memancing di air keruh, guna mengaburkan akidah Syi’ah, memisahkan mereka dari Ahlul Bait, dan bahkan mengkafirkannya.
Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan kita penganut Syi’ah yang berwawasan luas, yang memperoleh petunjuk melalui proses penelitian dan pengkajian, dan tidak menjadikan kita sebagai penganut Syi’ah yang ikut-ikutan.

Kami menghimbau kepada para pembaca budiman, hendaklah menjadi suri tauladan yang berpegang pada sunnah nabi yang sahih yang dinukil dari para Imam Ahlul Bait yang suci as.(1)

Catatan Kaki.

(1) Tak pelak lagi bahwa banyak para ulama, seperti Sayyid Muhsin Al-Amin, Sayyid Ali Khamene’i, Sayyid Muhammad Husain Fadhlullah, dan masih banyak ulama lainnya, mereka berfatwa tidak membolehkannya. Adapun kalangan yang membolehkannya, mereka tetap menekankan untuk menjauhi hal-hal yang membahayakan dan memelihara beberapa hal. Bahkan, salah seorang ulama mengatakan, Pedang-pedang yang diacungkan ke wajah orang-orang zalim kini digunakan untuk memukul-mukul kepala mereka sendiri.
Namun sekarang, dengan berkembangnya kesadaran dan karena fatwa para ulama agama, di Republik Islam Iran , tindakan-tindakan di atas telah menyusut sampai 98 persen. Demikian pula di Irak , Lebanon , India , dan Pakistan , dengan selisih persentase yang berbeda.

No comments:

Yahoo Mesengger